Kisah Muslim Pakistan di Amerika, Ibadah Bersama McDonalds
Jum'at, 23 Desember 2022 - 14:54 WIB
Iqbal Musaji dibesarkan di Karachi, Pakistan , putra seorang pegawai di United States Civil Service. Keluarganya hidup dalam kebudayaan Islam. Ketika dia menyatakan minatnya untuk sekolah ke luar negeri, dia diperingatkan tentang kebobrokan moral yang harus dihindarinya di Amerika .
Steven Barbosa dalam bukunya berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" menuturkan Iqbal Musaji memulai pendidikan tingginya di Pakistan, tetapi menyelesaikannva di California. Di sana dia mulai bekerja di McDonalds untuk mencukupi kebutuhannya. Di sana pula kisahnya dimulai. Seorang Muslim yang bekerja sama di bidang fast-food.
Berikut penuturan Iqbal Musaji selengkapnya tentang dirinya sebagaimana dinukil dalam buk yang diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995).
Saya cukup beruntung mendapatkan sedikit orientasi dari duta besar AS ketika masih di Pakistan. Persepsi saya tentang Amerika dibentuk oleh film-film, oleh apa yang saya lihat d majalah-majalah.
Dia membawa kami, enam pemuda, ke sebuah auditorium. Lalu lampu ditemaramkan, dan yang kemudian tampak di layar adalah sebuah gambar dari majalah Playboy.
Gambar tersebut berada di layar selama satu menit, tetapi rasanya seperti selamanya. Kami gelisah, menunduk, melihat ke samping. Kami sangat malu.
Akhirnya dia menyalakan lampu, memandang kepada kami dan berkata, "Sekarang saya ingin Anda menanamkan dalam benak Anda bahwa di Amerika tidak semua wanita seperti itu. Mereka sama seperti saudara perempuan dan ibu Anda."
Saya pikir kami berenam diharapkan untuk mengerti bahwa Amerika bukan seperti apa yang tampak di majalah itu. Kami diharap untuk datang dengan berbekal pemahaman dan rasa hormat yang jauh lebih baik terhadap rakyat Amerika.
Saya kuliah di Northrop Institute of Technology, di Inglewood, California. Mata kuliah utama saya adalah elektronika. Karena bekal yang terbatas, dalam waktu enam bulan saya sudah harus mencari pekerjaan. Itu saya perlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliah saya.
Pekerjaan pertama yang saya dapatkan adalah di McDonalds. Saya kuliah di pagi hari, siangnya saya pergi ke McDonalds dan bekerja selama tiga jam. Setelah itu saya bekerja untuk sebuah toko perkakas, di bagian pembersihan. Setelah itu di rumah sakit hewan. Kemudian saya pulang, menyelesaikan pekerjaan rumah, memasak, istirahat, dan memberi makan binatang. Lalu tidur, dan kembali ke kampus keesokan harinya.
Pada enam bulan pertama, ketika saya tinggal di asrama mahasiswa, bulan Ramadhan tiba. Inilah Ramadhan pertama saya jauh dari rumah. Kami meminta untuk disediakan makan pada pukul setengah empat pagi. Mereka memandang kami seolah-olah berkata, Anda pasti bergurau. Kami katakan pada mereka bahwa ini bulan Ramadhan. Dengan sedikitnya masyarakat Muslim di L.A., kami harus menerangkan mengapa kami harus berpuasa selama Ramadhan dan bangun dini hari untuk makan.
Kami beruntung. Northrop, yang kini menjadi universitas, sangat mengakomodasi kami, karena mereka mengharapkan pelajar-pelajar asing untuk datang ke sana. Mereka berkata, kami tidak dapat menyediakan makan pada dini hari, tetapi kami akan membuka fasilitas dapur untuk Anda. Maka saya dan keenam rekan yang lain bangun dini hari dan turun ke dapur, mengocok telur, lulu memasukkannya ke alat pemanggang, kemudian makan.
Sepulang kuliah, saya akan berlari ke McDonalds dan masak kentang goreng yang diiris memanjang. Saya tetap berpuasa sepanjang hari. Sementara saya menyajikan makanan dan minuman, saya tidak makan apa pun.
Itu memang jalan yang sangat berat untuk dilalui. Jika Anda tumbuh dewasa bersama agama Islam di negara Anda sendiri, Anda akan menemukan bahwa kebudayaan telah berbaur dengan agama. Ketika Anda berpuasa seluruh negara akan berpuasa, setiap orang mengubah gaya hidupnya.
Aktivitas dimulai pada jam yang berbeda dari biasanya, tutup pada jam yang berbeda; makanan disajikan pada jam yang berbeda; rumah makan dibuka pada jam yang berbeda. Tetapi di sini, hidup berjalan sebagaimana biasa. Andalah yang harus membuat penyesuaian.
Ketika Anda dilahirkan dalam agama Islam, Anda akan mempelajarinya dari lingkungan sekitar Anda, bukan hanya dari buku-buku, bukan hanya dari Al-Quran, tetapi juga dari para imam, teman, dan keluarga Anda.
Sekarang saya merasa sebagai seorang Muslim yang lebih baik dengan pemahaman yang jauh lebih baik tentang agama saya, dan saya merasa jauh lebih bahagia. Saya dapat memandang agama saya dalam cahaya yang sebenarnya. Saya tahu lebih banyak tentang apakah Islam sebenarnya. Saya mulai mempelajari apakah hadis itu, apakah Al-Quran, dan apakah kebudayaan. Dan Anda dapat memisahkan kebudayaan dari ajaran agama.
Steven Barbosa dalam bukunya berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" menuturkan Iqbal Musaji memulai pendidikan tingginya di Pakistan, tetapi menyelesaikannva di California. Di sana dia mulai bekerja di McDonalds untuk mencukupi kebutuhannya. Di sana pula kisahnya dimulai. Seorang Muslim yang bekerja sama di bidang fast-food.
Berikut penuturan Iqbal Musaji selengkapnya tentang dirinya sebagaimana dinukil dalam buk yang diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995).
Saya cukup beruntung mendapatkan sedikit orientasi dari duta besar AS ketika masih di Pakistan. Persepsi saya tentang Amerika dibentuk oleh film-film, oleh apa yang saya lihat d majalah-majalah.
Dia membawa kami, enam pemuda, ke sebuah auditorium. Lalu lampu ditemaramkan, dan yang kemudian tampak di layar adalah sebuah gambar dari majalah Playboy.
Gambar tersebut berada di layar selama satu menit, tetapi rasanya seperti selamanya. Kami gelisah, menunduk, melihat ke samping. Kami sangat malu.
Akhirnya dia menyalakan lampu, memandang kepada kami dan berkata, "Sekarang saya ingin Anda menanamkan dalam benak Anda bahwa di Amerika tidak semua wanita seperti itu. Mereka sama seperti saudara perempuan dan ibu Anda."
Saya pikir kami berenam diharapkan untuk mengerti bahwa Amerika bukan seperti apa yang tampak di majalah itu. Kami diharap untuk datang dengan berbekal pemahaman dan rasa hormat yang jauh lebih baik terhadap rakyat Amerika.
Saya kuliah di Northrop Institute of Technology, di Inglewood, California. Mata kuliah utama saya adalah elektronika. Karena bekal yang terbatas, dalam waktu enam bulan saya sudah harus mencari pekerjaan. Itu saya perlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliah saya.
Pekerjaan pertama yang saya dapatkan adalah di McDonalds. Saya kuliah di pagi hari, siangnya saya pergi ke McDonalds dan bekerja selama tiga jam. Setelah itu saya bekerja untuk sebuah toko perkakas, di bagian pembersihan. Setelah itu di rumah sakit hewan. Kemudian saya pulang, menyelesaikan pekerjaan rumah, memasak, istirahat, dan memberi makan binatang. Lalu tidur, dan kembali ke kampus keesokan harinya.
Pada enam bulan pertama, ketika saya tinggal di asrama mahasiswa, bulan Ramadhan tiba. Inilah Ramadhan pertama saya jauh dari rumah. Kami meminta untuk disediakan makan pada pukul setengah empat pagi. Mereka memandang kami seolah-olah berkata, Anda pasti bergurau. Kami katakan pada mereka bahwa ini bulan Ramadhan. Dengan sedikitnya masyarakat Muslim di L.A., kami harus menerangkan mengapa kami harus berpuasa selama Ramadhan dan bangun dini hari untuk makan.
Kami beruntung. Northrop, yang kini menjadi universitas, sangat mengakomodasi kami, karena mereka mengharapkan pelajar-pelajar asing untuk datang ke sana. Mereka berkata, kami tidak dapat menyediakan makan pada dini hari, tetapi kami akan membuka fasilitas dapur untuk Anda. Maka saya dan keenam rekan yang lain bangun dini hari dan turun ke dapur, mengocok telur, lulu memasukkannya ke alat pemanggang, kemudian makan.
Sepulang kuliah, saya akan berlari ke McDonalds dan masak kentang goreng yang diiris memanjang. Saya tetap berpuasa sepanjang hari. Sementara saya menyajikan makanan dan minuman, saya tidak makan apa pun.
Itu memang jalan yang sangat berat untuk dilalui. Jika Anda tumbuh dewasa bersama agama Islam di negara Anda sendiri, Anda akan menemukan bahwa kebudayaan telah berbaur dengan agama. Ketika Anda berpuasa seluruh negara akan berpuasa, setiap orang mengubah gaya hidupnya.
Aktivitas dimulai pada jam yang berbeda dari biasanya, tutup pada jam yang berbeda; makanan disajikan pada jam yang berbeda; rumah makan dibuka pada jam yang berbeda. Tetapi di sini, hidup berjalan sebagaimana biasa. Andalah yang harus membuat penyesuaian.
Ketika Anda dilahirkan dalam agama Islam, Anda akan mempelajarinya dari lingkungan sekitar Anda, bukan hanya dari buku-buku, bukan hanya dari Al-Quran, tetapi juga dari para imam, teman, dan keluarga Anda.
Sekarang saya merasa sebagai seorang Muslim yang lebih baik dengan pemahaman yang jauh lebih baik tentang agama saya, dan saya merasa jauh lebih bahagia. Saya dapat memandang agama saya dalam cahaya yang sebenarnya. Saya tahu lebih banyak tentang apakah Islam sebenarnya. Saya mulai mempelajari apakah hadis itu, apakah Al-Quran, dan apakah kebudayaan. Dan Anda dapat memisahkan kebudayaan dari ajaran agama.