Al-Walid Khalifah Bani Umayyah yang Sukses Memperluas Wilayah dari Pakistan sampai Spanyol
loading...
A
A
A
SETELAH Abdul Malik bin Marwan memerintah selama dua puluh tahun (685-705 M) dia mengangkat anaknya al-Walid sebagai Khalifah penggantinya. Kalifah Al-Walid mewarisi stabilitas politik yang memungkinkannya dapat membangun negara. Oleh sebab itu, dia memperluas Masjid Makkah , membangun Masjid Madinah .
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menyebut di Syam sebagai ibu kota negara, dia membangun sejumlah sekolah dan rumah ibadah serta membantu lembaga-lembaga sosial, seperti lembaga yang menangani penderita penyakit kusta, lumpuh dan buta.
Al-Walid bin Abdul Malik melakukan perluasan wilayah di Front timur mencapai titik terjauh dengan kecemerlangan di bawah dua panglima perangnya yaitu Qutaibah bin Muslim dan Muhammad bin al-Qasim, keduanya merupakan menantu al-Hajaj bin Yusuf , Gubernur Irak.
Mereka telah berhasil menguasai India bagian barat (kini Pakistan ), Bukhara, Samarqand, dan Sind. Akan tetapi seluruh India baru dapat ditaklukkan pada penghujung abad ke 9 oleh Muhammad Ghaznah dari Daulah Ghaznawiyah.
Penaklukkan di front barat yang dilakukan Musa bin Nushair, tidak kurang cemerlang dari front timur. Sebagai gubernur, Qairawan, dia dapat meluaskan wilayah Islam sampai ke Spanyol .
Pertama, Musa mengirim Tarif bin Malik bersama 500 pasukan untuk menaklukkan Spanyol pada tahun 710 M. Kedua, Musa mengirim Tariq bin Ziyad bersama 12.000 pasukan pada tahun 711 M. Ketiga, Musa berangkat ikut serta menaklukkan Spanyol pada tahun 712 M.
Murid Bangsa yang Ditaklukkan
Syamruddin Nasution mengatakan Bangsa Arab tidak membawa tradisi ilmu pengetahuan dan warisan kebudayaan ke negeri-negeri yang ditaklukkannya. Jelasnya mereka tidak berwatak pencinta ilmu dan tidak pula memiliki kebudayaan yang berarti. Akibatnya mereka menjadi murid dari bangsa yang ditakhlukkannya yang mempunyai kebudayaan dan tradisi keilmuwan yang lebih tinggi, seperti bangsa Persia atau Iran.
Ada empat pusat kebudayaan pada masa Daulah Umaiyah ini, yaitu Makkah, Madinah, Basrah, dan Kufah.
Dua yang pertama terletak di wilayah Hijaz, sedang dua terakhir terletak di wilayah Irak yang lebih dikenal sebagai bekas kerajaan Persia.
Dalam ilmu Fiqh dikenal ulama Hijaz sebagai ahl al-Hadist dan ulama Irak sebagai ahl al-Ra’yi. Di masa daulah Umaiyah berkuasa lebih tepat dikatakan sebagai masa penyebaran benih kebudayaan yang hidup subur di masa Daulah Abbasiyah.
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah Umaiyah ini adalah ilmu-ilmu keagamaan (naqliyah), seperti ilmu qira’at, ilmu tafsir , ilmu hadis, ilmu fiqih , ilmu bahasa, ilmu kalam, ilmu tasawuf dan ilmu arsitektur.
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menyebut di Syam sebagai ibu kota negara, dia membangun sejumlah sekolah dan rumah ibadah serta membantu lembaga-lembaga sosial, seperti lembaga yang menangani penderita penyakit kusta, lumpuh dan buta.
Al-Walid bin Abdul Malik melakukan perluasan wilayah di Front timur mencapai titik terjauh dengan kecemerlangan di bawah dua panglima perangnya yaitu Qutaibah bin Muslim dan Muhammad bin al-Qasim, keduanya merupakan menantu al-Hajaj bin Yusuf , Gubernur Irak.
Mereka telah berhasil menguasai India bagian barat (kini Pakistan ), Bukhara, Samarqand, dan Sind. Akan tetapi seluruh India baru dapat ditaklukkan pada penghujung abad ke 9 oleh Muhammad Ghaznah dari Daulah Ghaznawiyah.
Penaklukkan di front barat yang dilakukan Musa bin Nushair, tidak kurang cemerlang dari front timur. Sebagai gubernur, Qairawan, dia dapat meluaskan wilayah Islam sampai ke Spanyol .
Pertama, Musa mengirim Tarif bin Malik bersama 500 pasukan untuk menaklukkan Spanyol pada tahun 710 M. Kedua, Musa mengirim Tariq bin Ziyad bersama 12.000 pasukan pada tahun 711 M. Ketiga, Musa berangkat ikut serta menaklukkan Spanyol pada tahun 712 M.
Murid Bangsa yang Ditaklukkan
Syamruddin Nasution mengatakan Bangsa Arab tidak membawa tradisi ilmu pengetahuan dan warisan kebudayaan ke negeri-negeri yang ditaklukkannya. Jelasnya mereka tidak berwatak pencinta ilmu dan tidak pula memiliki kebudayaan yang berarti. Akibatnya mereka menjadi murid dari bangsa yang ditakhlukkannya yang mempunyai kebudayaan dan tradisi keilmuwan yang lebih tinggi, seperti bangsa Persia atau Iran.
Ada empat pusat kebudayaan pada masa Daulah Umaiyah ini, yaitu Makkah, Madinah, Basrah, dan Kufah.
Dua yang pertama terletak di wilayah Hijaz, sedang dua terakhir terletak di wilayah Irak yang lebih dikenal sebagai bekas kerajaan Persia.
Dalam ilmu Fiqh dikenal ulama Hijaz sebagai ahl al-Hadist dan ulama Irak sebagai ahl al-Ra’yi. Di masa daulah Umaiyah berkuasa lebih tepat dikatakan sebagai masa penyebaran benih kebudayaan yang hidup subur di masa Daulah Abbasiyah.
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah Umaiyah ini adalah ilmu-ilmu keagamaan (naqliyah), seperti ilmu qira’at, ilmu tafsir , ilmu hadis, ilmu fiqih , ilmu bahasa, ilmu kalam, ilmu tasawuf dan ilmu arsitektur.
(mhy)