Surat Adh-Dhuha : Bukti Kecintaan Allah SWT pada Perjuangan Dakwah Rasulullah
Rabu, 28 Desember 2022 - 11:25 WIB
Ada rahasia besar dalam Surat adh-Dhuha . Surat ini diturunkan untuk membuktikan dan mengabarkan kecintaan serta kepedulian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap perjuangan dakwah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Berkaitan dengan asbab nuzul (sebab turunnya) surat ini, ada beberapa riwayat atau hadis yang shahih. Antara lain turun karena hinaan dan olok-olok kaum musyrikin Mekkah sudah makin menjadi-jadi, hingga nabi disebut gila.
Hadis dari Jundub bin Abdillah bin Sufyan al Bajali Radhiyallahu anhu , ia berkata :
"Jibril Alaihisssallam tertahan (tidak kunjung datang) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, , lalu ada seorang wanita musyrik dari Quraisy berkata dengan maksud mengolok-olok nabi : “Setannya terlambat datang kepadanya,” maka turunlah surat ini.
Berikut lafaz Surat adh-Dhuha , lengkap dengan bacaan arab, latin, dan artinya.
Waḍ-ḍuḥā (1) wal-laili iżā sajā (2) mā wadda’aka rabbuka wa mā qalā (3) wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ụlā (4) wa lasaufa yu’ṭīka rabbuka fa tarḍā (5) a lam yajidka yatīman fa āwā (6) wa wajadaka ḍāllan fa hadā (7) wa wajadaka ‘ā`ilan fa agnā (8) fa ammal-yatīma fa lā taq-har (9) wa ammas-sā`ila fa lā tan-har (10) wa ammā bini’mati rabbika fa ḥaddiṡ (11) .
Artinya: "Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan."
Begitulah bacaan Surat adh-Dhuha. Surat ke-93 dari Al-Qur'an yang diturunkan di Mekkah atau tergolong Surat Makiyyah. Surat yang diturunkan saat Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam mengalami kesedihan hati yang teramat sangat. Beberapa bulan (diriwayatkan 6 bulan) tidak ada turun surat. Orang musyrik Mekkah pun memprovokasi bahwa Nabi Muhammad sudah ditinggalkan Tuhannya. Nabi bolak balik naik turun bukit sampai ada tuduhan sudah gila. Nah, setelah itu lah turun surat Surat adh-Dhuha.
Dalam 'Tafsir Muyassar' karya Syaikh 'Aidh al-Qorni bahwa surat pertama, menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dalam waktu matahari mulai naik, suasana cerah. Sinar matahari yang mulai terang menyinari dunia. Kemunculannya di alam semesta membawa keindahan yang menenteramkan. Semua adalah bukti keindahan dan kemegahan matahari ciptaan-Nya.
Surat kedua, menerangkan bahwa Allah Ta'ala bersumpah di malam hari ketika manusia tenang dengan kesunyiannya. Kegelapannya menyelimuti alam semesta dengan pakaian hitamnya, dan menutupi dunia dengan serba hitamnya. Hingga segala sesuatu tersembunyi di dalam kegelapannya.
Surat ketiga dan keempat, Allah Ta'ala tidak marah, tidak benci, dan tidak menjauh dari Rasulullah bahkan Allah mencintainya. Sesungguhnya Allah telah memilih Muhammad sebagai manusia pilihan dan Allah akan selalu melindungi beliau.
Allah Subahanahu wa Ta'ala juga menegaskan bahwa rumah di akhirat lebih indah, lebih tinggi, dan lebih baik dari rumah di dunia. Rumah itu adalah Surga Firdaus bersifat kekal dan penuh kebahagiaan dan kenikmatan dibanding dunia yang penuh kesedihan, kesusahan, dan kepayahan.
Surat kelima, keenam, dan ketujuh, mengabarkan bahwa Allah Ta'ala memberikan kenikmatan dan penghormatan kepada Rasulullah. Dan akan memberikan kebahagiaan serta kedamaian yang tak terkira.
Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah adalah seorang yatim yang telah diangkat menjadi nabi, dijaga, dilindungi, dididik, diurus, dan Allah telah memberi berbagai kenikmatan. Yakni, beliau yang dulunya tidak tahu apa-apa kemudian diajari dan menunjukkan semua amal kebaikan dan mengangkat beliau menjadi nabi.
Ayat kedelapan sampai kesebelas, Allah menjelaskan bahwa Allah mendapati beliau dalam keadaan fakir lalu Allah memberikan banyak rezeki. Diberi kenikmatan material dan spiritual yang berkah dan diridhoi-Nya. Dan menjari dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ilmu ketuhanan.
Maka dari itu, Allah mengingatkan kepada Nabi Muhammad agar tidak memperlakukan anak yatim dengan buruk. Akan tetapi berilah kasih sayang, hiburlah hatinya, dan usap air mata anak yatim. Lalu kepada orang yang meminta-minta, janganlah menghardiknya. Akan tetapi berilah ia makan, bantulah kesulitannya, dan jangan disakiti perasaanya.
Kemudian di ayat pamungkas, Allah memerintahkan mendakwahkan dan mengabarkan kepada masyarakat bahwa nikmat dari Allah itu luas. Allah memerintahkan Rasulullah untuk menampakkan nikmat itu dengan selalu bersyukur dan mengingat-Nya. Dan dilarang menyembunyikan serta mengingkari nikmat-nikmat dari Allah itu.
Begitulah Allah menurunkan Adh Dhuha untuk membahagiakan hati Rasulullah. Karena itulah surat bisa dibaca untuk kelapangan hati.
Berkaitan dengan asbab nuzul (sebab turunnya) surat ini, ada beberapa riwayat atau hadis yang shahih. Antara lain turun karena hinaan dan olok-olok kaum musyrikin Mekkah sudah makin menjadi-jadi, hingga nabi disebut gila.
Hadis dari Jundub bin Abdillah bin Sufyan al Bajali Radhiyallahu anhu , ia berkata :
"Jibril Alaihisssallam tertahan (tidak kunjung datang) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, , lalu ada seorang wanita musyrik dari Quraisy berkata dengan maksud mengolok-olok nabi : “Setannya terlambat datang kepadanya,” maka turunlah surat ini.
Berikut lafaz Surat adh-Dhuha , lengkap dengan bacaan arab, latin, dan artinya.
وَٱلضُّحَىٰ@ وَٱلَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ @ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ @ وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ @ وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰٓ @ أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَـَٔاوَىٰ @ وَوَجَدَكَ ضَآلًّا فَهَدَىٰ @ وَوَجَدَكَ عَآئِلًا فَأَغْنَىٰ @ فَأَمَّا ٱلْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ @ وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنْهَرْ @ وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Waḍ-ḍuḥā (1) wal-laili iżā sajā (2) mā wadda’aka rabbuka wa mā qalā (3) wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ụlā (4) wa lasaufa yu’ṭīka rabbuka fa tarḍā (5) a lam yajidka yatīman fa āwā (6) wa wajadaka ḍāllan fa hadā (7) wa wajadaka ‘ā`ilan fa agnā (8) fa ammal-yatīma fa lā taq-har (9) wa ammas-sā`ila fa lā tan-har (10) wa ammā bini’mati rabbika fa ḥaddiṡ (11) .
Artinya: "Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan."
Begitulah bacaan Surat adh-Dhuha. Surat ke-93 dari Al-Qur'an yang diturunkan di Mekkah atau tergolong Surat Makiyyah. Surat yang diturunkan saat Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam mengalami kesedihan hati yang teramat sangat. Beberapa bulan (diriwayatkan 6 bulan) tidak ada turun surat. Orang musyrik Mekkah pun memprovokasi bahwa Nabi Muhammad sudah ditinggalkan Tuhannya. Nabi bolak balik naik turun bukit sampai ada tuduhan sudah gila. Nah, setelah itu lah turun surat Surat adh-Dhuha.
Dalam 'Tafsir Muyassar' karya Syaikh 'Aidh al-Qorni bahwa surat pertama, menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dalam waktu matahari mulai naik, suasana cerah. Sinar matahari yang mulai terang menyinari dunia. Kemunculannya di alam semesta membawa keindahan yang menenteramkan. Semua adalah bukti keindahan dan kemegahan matahari ciptaan-Nya.
Surat kedua, menerangkan bahwa Allah Ta'ala bersumpah di malam hari ketika manusia tenang dengan kesunyiannya. Kegelapannya menyelimuti alam semesta dengan pakaian hitamnya, dan menutupi dunia dengan serba hitamnya. Hingga segala sesuatu tersembunyi di dalam kegelapannya.
Surat ketiga dan keempat, Allah Ta'ala tidak marah, tidak benci, dan tidak menjauh dari Rasulullah bahkan Allah mencintainya. Sesungguhnya Allah telah memilih Muhammad sebagai manusia pilihan dan Allah akan selalu melindungi beliau.
Allah Subahanahu wa Ta'ala juga menegaskan bahwa rumah di akhirat lebih indah, lebih tinggi, dan lebih baik dari rumah di dunia. Rumah itu adalah Surga Firdaus bersifat kekal dan penuh kebahagiaan dan kenikmatan dibanding dunia yang penuh kesedihan, kesusahan, dan kepayahan.
Surat kelima, keenam, dan ketujuh, mengabarkan bahwa Allah Ta'ala memberikan kenikmatan dan penghormatan kepada Rasulullah. Dan akan memberikan kebahagiaan serta kedamaian yang tak terkira.
Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah adalah seorang yatim yang telah diangkat menjadi nabi, dijaga, dilindungi, dididik, diurus, dan Allah telah memberi berbagai kenikmatan. Yakni, beliau yang dulunya tidak tahu apa-apa kemudian diajari dan menunjukkan semua amal kebaikan dan mengangkat beliau menjadi nabi.
Ayat kedelapan sampai kesebelas, Allah menjelaskan bahwa Allah mendapati beliau dalam keadaan fakir lalu Allah memberikan banyak rezeki. Diberi kenikmatan material dan spiritual yang berkah dan diridhoi-Nya. Dan menjari dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ilmu ketuhanan.
Maka dari itu, Allah mengingatkan kepada Nabi Muhammad agar tidak memperlakukan anak yatim dengan buruk. Akan tetapi berilah kasih sayang, hiburlah hatinya, dan usap air mata anak yatim. Lalu kepada orang yang meminta-minta, janganlah menghardiknya. Akan tetapi berilah ia makan, bantulah kesulitannya, dan jangan disakiti perasaanya.
Kemudian di ayat pamungkas, Allah memerintahkan mendakwahkan dan mengabarkan kepada masyarakat bahwa nikmat dari Allah itu luas. Allah memerintahkan Rasulullah untuk menampakkan nikmat itu dengan selalu bersyukur dan mengingat-Nya. Dan dilarang menyembunyikan serta mengingkari nikmat-nikmat dari Allah itu.
Begitulah Allah menurunkan Adh Dhuha untuk membahagiakan hati Rasulullah. Karena itulah surat bisa dibaca untuk kelapangan hati.
Lihat Juga :