Haruskah Muslimah Mengganti Sholat Fardhu yang Ditinggalkan karena Haid?
Selasa, 10 Januari 2023 - 13:27 WIB
Ketika sedang mengalami mentruasi atau haid , kaum muslimah diharamkan untuk melakukan ibadah seperti sholat dan puasa. Namun, ketika meninggalkan sholat fardhu misalnya, haruskah dia mengganti atau qadha sholat tersebut di lain waktu?
Haid dan nifas merupakan salah satu jenis darah yang keluar dari rahim perempuan. Adapun batas minimal haid adalah 24 jam atau satu hari satu malam dan batas maksimal haid adalah 15 hari dan 15 malam. Adapun batas minimal nifas adalah satu tetes dan batas maksimalnya adalah 60 hari dan 60 malam. Umumnya darah haid itu akan terhenti di hari ke 6 - 7 dan darah nifas umumnya akan terhenti pada hari ke-40.
Lantas benarkah harus mengganti sholat fardhunya? Dikutip dari kitab 'Risalah Haidl Nifas dan Istihadhah karya KH. Muhammad Ardani bin Ahmad, dijelaskan, jika haid atau nifas selesai di dalam waktu sholat fardu dan kira-kira masih cukup untuk melaksanakan shalat meskipun hanya takbiratul ihram saja, maka ia wajib menjalankan sholat ketika waktu terhentinya haid tersebut.
Begitu juga ia harus menjalankan shalat fardhu sebelumnya jika sholat fardhu tersebut boleh dijamak dengan shalatnya ketika waktu terhenti haid tadi. Jadi ia wajib melaksanakan shalat Dzuhur bersama dengan shalat Ashar, wajib shalat Magrib bersama shalat Isya. Tidak wajib Isya bersama sholat Subuh, Subuh dengan Dzuhur, Ashar dengan Magrib karena tidak boleh dijamak.
Dalam karyanya KH. Muhammad Ardani mencontohkan, bila masuknya waktu Magrib pukul 17.30 WIB sore. Sekitar pukul 17.30 kurang satu menit haid atau nifas selesai. Maka perempuan tersebut wajib shalat Ashar dan Dzuhur sebab masih menjumpai waktu Ashar meskipun hanya cukup digunakan takbiratul ihram saja (apalagi jika masih longgar), dan Dzuhur boleh dijamak dengan Ashar.
Oleh karena itu jika selesainya haid pada waktu Dzuhur misalnya, maka hanya shalat Dzuhur yang wajib dikerjakan. Tidak wajib sholat Subuh sebab Subuh tidak boleh dijamak dengan Dzuhur.
Namun jika selesainya haid tadi waktunya tidak cukup untuk takbiratul ihram, atau tepat ketika habisnya waktu, maka tidak wajib menjalankan sholatnya waktu tersebut, kecuali jika bisa dijamak dengan sholat sesudahnya.
Jadi seandainya haid atau nifas selesai pada akhirnya waktu Dzuhur atau Magrib kira-kira sudah tidak cukup seandainya digunakan takbiratul ihram, maka wajib sholat Dzuhur bersama Ashar dan wajib shalat Magrib bersama Isya. Adapun selain Dzuhur dan Magrib tidak wajib.
Ada hal yang perlu diperhatikan bagi seluruh perempuan adalah jika haid atau nifas selesai dalam waktu diwajibkanya sholat, maka ia harus segera mandi kemudian sholat. Artinya tidak boleh ditunda-tunda sampai habisnya waktu sholat meskipun di tengah malam atau dingin sekali. Jangan sampai ada sholat yang diqadha apalagi sampai ketinggalan atau tidak dikerjakan sama sekali.
Wallahu A'lam
Haid dan nifas merupakan salah satu jenis darah yang keluar dari rahim perempuan. Adapun batas minimal haid adalah 24 jam atau satu hari satu malam dan batas maksimal haid adalah 15 hari dan 15 malam. Adapun batas minimal nifas adalah satu tetes dan batas maksimalnya adalah 60 hari dan 60 malam. Umumnya darah haid itu akan terhenti di hari ke 6 - 7 dan darah nifas umumnya akan terhenti pada hari ke-40.
Lantas benarkah harus mengganti sholat fardhunya? Dikutip dari kitab 'Risalah Haidl Nifas dan Istihadhah karya KH. Muhammad Ardani bin Ahmad, dijelaskan, jika haid atau nifas selesai di dalam waktu sholat fardu dan kira-kira masih cukup untuk melaksanakan shalat meskipun hanya takbiratul ihram saja, maka ia wajib menjalankan sholat ketika waktu terhentinya haid tersebut.
Begitu juga ia harus menjalankan shalat fardhu sebelumnya jika sholat fardhu tersebut boleh dijamak dengan shalatnya ketika waktu terhenti haid tadi. Jadi ia wajib melaksanakan shalat Dzuhur bersama dengan shalat Ashar, wajib shalat Magrib bersama shalat Isya. Tidak wajib Isya bersama sholat Subuh, Subuh dengan Dzuhur, Ashar dengan Magrib karena tidak boleh dijamak.
Dalam karyanya KH. Muhammad Ardani mencontohkan, bila masuknya waktu Magrib pukul 17.30 WIB sore. Sekitar pukul 17.30 kurang satu menit haid atau nifas selesai. Maka perempuan tersebut wajib shalat Ashar dan Dzuhur sebab masih menjumpai waktu Ashar meskipun hanya cukup digunakan takbiratul ihram saja (apalagi jika masih longgar), dan Dzuhur boleh dijamak dengan Ashar.
Oleh karena itu jika selesainya haid pada waktu Dzuhur misalnya, maka hanya shalat Dzuhur yang wajib dikerjakan. Tidak wajib sholat Subuh sebab Subuh tidak boleh dijamak dengan Dzuhur.
Namun jika selesainya haid tadi waktunya tidak cukup untuk takbiratul ihram, atau tepat ketika habisnya waktu, maka tidak wajib menjalankan sholatnya waktu tersebut, kecuali jika bisa dijamak dengan sholat sesudahnya.
Jadi seandainya haid atau nifas selesai pada akhirnya waktu Dzuhur atau Magrib kira-kira sudah tidak cukup seandainya digunakan takbiratul ihram, maka wajib sholat Dzuhur bersama Ashar dan wajib shalat Magrib bersama Isya. Adapun selain Dzuhur dan Magrib tidak wajib.
Ada hal yang perlu diperhatikan bagi seluruh perempuan adalah jika haid atau nifas selesai dalam waktu diwajibkanya sholat, maka ia harus segera mandi kemudian sholat. Artinya tidak boleh ditunda-tunda sampai habisnya waktu sholat meskipun di tengah malam atau dingin sekali. Jangan sampai ada sholat yang diqadha apalagi sampai ketinggalan atau tidak dikerjakan sama sekali.
Wallahu A'lam
(wid)