Toleransi Islam di Hagia Sophia: Simbol-Simbol Gereja itu Tetap Utuh

Rabu, 15 Juli 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Untuk memperkuat struktur bersejarah Bizantium ini, Sinan membangun dua menara besar di barat yang awalnya ruang khusus sultan, dan türbe (bangunan untuk makam di Turki) untuk makam Selim II di tenggara bangunan pada 1576-7 M / 984 H.

Selain itu, lambang bulan sabit emas dipasang di atas kubah. Kemudian, makam ini juga menjadi makam bagi 43 pangeran Utsmani.

Pada 1594 M / 1004 H Mimar (kepala arsitek) Davud Ağa membangun makam Murad III (1574–1595), tempat sultan dan permaisurinya, Safiye Sultan, putra, dan putri mereka dikebumikan.

Bangunan makam persegi delapan putra mereka Mehmed III (1595–1603) dibangun arsitek kekaisaran Dalgiç Mehmet Aĝa pada 1608 / 1017 H.

Di bangunan ini, dimakamkan pula Handan Sultan, selir Mehmed III yang menjadi ibu suri bagi putra mereka Ahmed I. Dimakamkan pula putra dan putri Ahmed I, putri dari Murad III, dan putra sultan lainnya. Putranya yang lain, Mustafa I (1617–1618; 1622–1623), mengubah bekas ruang untuk pembaptisan menjadi türbe-nya.

Murad III juga membawa dua guci besar Helenistik dari batu pualam dari Pergamum dan menempatkannya di dalam kedua sisi tengah bangunan.

Pada 1717, di bawah kepemimpinan Sultan Ahmed III (1703–1730), plester yang runtuh dalam interior bangunan direnovasi, secara tidak langsung berperan dalam kelestarian banyak mosaik, yang jika tidak dilakukan maka akan dihancurkan oleh para pekerja bangunan.

Karena kenyataannya adalah hal biasa bagi mereka untuk menjual batu-batu mosaik – yang dipercaya sebagai azimat – kepada para pengunjung.

Selanjutnya, Sultan Mahmud I memerintahkan perbaikan Aya Sofya pada 1739 dan menambahkan sebuah madrasah, imaret atau dapur umum untuk kaum miskin, dan perpustakaan. Pada tahun 1740, pondok sultan (sultan mahfili) dan mihrab baru ditambahkan di dalam bangunan.

Bangunan ini ditutup bagi umum oleh pemerintah Republik Turki dan dibuka kembali sebagai museum empat tahun setelahnya pada 1935.

Bangunan abad keenam itu arsitekturnya memukau menjadi magnet bagi turis di seluruh dunia. Pada tahun 2014, Aya Sofya menjadi museum kedua di Turki yang paling banyak dikunjungi, menarik hampir 3,3 juta wisatawan per tahun.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata Turki, Aya Sofya merupakan tempat di Turki yang paling menarik perhatian wisatawan pada 2015.

Toleransi Islam di Hagia Sophia: Simbol-Simbol Gereja itu Tetap Utuh


Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, menyatakan pembukaan kembali Hagia Sophia menjadi masjid tidak akan menghilangkan identitasnya, sebab bangunan ini akan selalu menjadi milik warisan sejarah dunia.

"Langkah ini tidak akan menghalangi orang-orang mengunjunginya," katanya.

Menurutnya, Turki masih akan melestarikan ikon-ikon Kristen di sana, sama seperti nenek moyang kita memelihara semua nilai-nilai Kristen. “Semua masjid utama kami seperti Masjid Biru, Masjid Fatih dan Suleymaniye, mereka terbuka untuk pengunjung dan jamaah,” kata Kalin.

Kalin mengutip contoh-contoh Katedral Notre Dame yang ikonis di Prancis dan Basilika Sacre-Coeur, gereja-gereja terkenal di dunia yang terbuka untuk turis dan jemaah.

“Membuka Hagia Sophia untuk beribadah tidak menghalangi wisatawan lokal atau asing mengunjungi situs ini,” tegasnya.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjamin bahwa Turki akan selalu melindungi hak-hak Muslim dan minoritas yang tinggal di negara itu. ( )

Foto-foto: Reuters
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1406 seconds (0.1#10.140)