Umat yang Tunggal Ini Kenyataannya Terpecah, Begini Penjelasan Cak Nur

Kamis, 02 Februari 2023 - 11:14 WIB
loading...
A A A
Selanjutnya Cak Nur mengatakan mungkin kita harus mencoba mencari keterangan lain untuk membuat semuanya itu "make sense." Mungkin keterangan itu dapat diperoleh dari beberapa firman Ilahi juga, yang melengkapi firman-firman terkutip di atas sehingga menjadi pandangan dan pengertian yang bulat. Firman itu ialah, misalnya:

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ () إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Kalau seandainya Tuhanmu menghendaki, maka tentunya Dia jadikan manusia umat yang tunggal. Tetapi mereka itu akan tetap selalu berselisih, kecuali mereka yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu, dan untuk itulah Dia menciptakan mereka." [ QS Hud/11 :118-119]



Juga firman Allah:

وَمَا كَانَ النَّاسُ اِلَّآ اُمَّةً وَّاحِدَةً فَاخْتَلَفُوْاۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيْمَا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ

Manusia itu tidak lain kecuali umat yang tunggal, kemudian mereka berselisih. Jika seandainya tidak karena adanya "Sabda" (Kalimah) yang telah lewat dari Tuhanmu, maka tentulah diputuskan (sekarang juga) antara mereka berkenaan dengan perkara yang mereka perselisihkan itu.[ QS. Yunus/10 :19]

Cak Nur mengatakan firman-firman itu membuka kemungkinan berbagai interpretasi tentang apa yang ada dalam ajaran Kitab Suci mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sejarah berkenaan dengan perkara persatuan dan perpecahan.

Menurutnya, mengenai "Sabda" (Kalimah) dalam QS Yunus/10:19, misalnya, ditafsirkan sebagai berarti "Keputusan" Tuhan, yang merupakan ekspresi Iradat dan Hikmat-Nya yang universal dalam peristiwa tertentu.

Cak Nur lalu mengutip A Yusuf Ali dalam The Holy Qur'an, Translation and Commentary (Jeddah: Dar al Qibla, 1403 H) sbb:

"Here we have again the mystic doctrine of "the Word."..."Word" is the Decree of God, the expression of His Universal Will or Wisdom in a particular case. When men began to deverge from one another..., God made their very differences subserve the higher ends by increasing emulation in virtue and piety, and thus pointing back to the ultimate Unity and Reality."



Di sini (dalam ayat ini), kata Cak Nur, kita mendapatkan lagi doktrin kesufian tentang "Sabda." "Sabda" adalah Keputusan Tuhan, pernyataan Iradat atau Hikmat-Nya yang universal dalam suatu masalah tertentu. Ketika manusia telah bersimpangan jalan satu dari yang lain, Tuhan membuat justru berbagai perbedaan mereka itu membantu mengarahkan manusia kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih tinggi dengan meningkatnya perlombaan dalam kebaikan den kesalahan, dan dengan mengarah kembali kepada Kesatuan den Wujud yang mutlak

Ayat suci dan tafsirnya itu mengingatkan kita kepada sebuah hadis yang sering dikutip orang bahwa perselisihan di antara orang yang beriman adalah suatu rahmat.

Sabda Nabi yang terbaca, Ikhtilaf ummati rahmah (Perbedaan pendapat ummatku adalah rahmat). Cukup ironis bahwa justru hadis ini pun diperselisihkan, baik dari kesahihan sanadnya maupun dari segi lafalnya yang lebih persis. Lafal lain terbaca, misalnya, Ikhtilaf al-a'immah rahmah li al-ummah (Perbedaan pendapat para imam adalah rahmat untuk ummat).

Akan tetapi betapa pun diperselisihkan hadis itu nampaknya banyak dipercayai para ahli. Rasyid Ridla, misalnya, memberi pengantar dengan semangat hadit itu untuk penerbitan risalah Ibnu Taimiyah, Khilaf al-Ummah fi al-Ibadat wa Madzhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah (Perselisihan umat dalam ibadat dan Madzhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah), (Cairo: Mathba'at al-Manar, 1326 H.).

Cak Nur melanjutkan, dan ayat suci itu bersesuaian dengan ayat suci yang lain, yang menyebutkan adanya Kehendak Ilahi tentang perbedaan antara sesama manusia, dan adanya Kehendak agar dengan perbedaan itu manusia berlomba-lomba ke arah berbagai kebaikan (istibaq al-khayrat, emulation in virtue and piety). Ayat suci itu ialah firman-Nya:

"Jika seandainya Allah menghendaki, maka pastilah Dia menjadikan kamu sekalian umat yang tunggal. Tetapi (Dia tidak menghendakinya) karena Dia hendak menguji kamu semua berkenaan dengan sesuatu yang diberikan-Nya kepadamu. Karena itu berlomba-lombalah kamu semua (dengan menggunakan kelebihan itu) untuk berbagai kebaikan. Kepada Allah-lah tempat kembalimu semua, kemudian Dia akan menerangkan kepada kamu tentang segala sesuatu yang pernah kamu perselisihkan. [ QS al-Ma'idah/5 :48]

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1640 seconds (0.1#10.140)