Tragedi Karbala: Kisah Syahidnya 3 Pendukung Setia Husein bin Ali
loading...
A
A
A
Kisah syahidnya 3 pendukung setia Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah SAW, sebelum terjadinya tragedi Karbala menjadi kisah sedih yang dicatat dalam sejarah. Tiga pendukung Imam Husein tersebut adalah Muslim bin Aqil, Hani bin Urwah, dan Adullah bin Yaqthir.
Ibnu Qutaibah al-Dinawari dalam bukunya berjudul "al-Akhbār al-Thiwāl" menulis, Sayyidina Husein mendengar berita duka itu pada Selasa 22 Dzulhijjah 60 Hijriah saat dalam perjalanan dari Mekkah menuju Kufah . Mendengar berita ini, Imam Husein berseru, "Inna lillah wa inna ilahi raji'un. Setelah mereka pergi, kehidupan ini tidak berguna."
Setelah itu, beliau pun meneteskan air mata dan para pengikut beliau juga menangis.
Muslim bin Aqil adalah sepupu Sayyidina Husein. Beliau utusan beliau di Kufah. Muslim hadir dalam sebagian penaklukan kaum muslimin dan juga dalam perang Shiffin.
Dia pergi ke Kufah sebagai perwakilan Husein. Dialah yang melaporkan seluruh perkembangan di Kufah. Laporannya antara lain memberitakan akan kesiapan penduduk Kufah dalam menyambut kedatangannya.
Dengan pengangkatan dan pelantikan Ubaidillah bin Ziyad sebagai gubernur dan penguasa Kufah, membuat penduduk Kufah berada dalam ketakutan sehingga mencabut dukungan mereka kepada Muslim bin Aqil. Tidak lama kemudian, Muslim bin Aqil berhasil ditangkap dan atas perintah Ubaidillah ia dibunuh pada hari Arafah tahun 60 H.
Imam Husain bertanya kepada putra-putra Muslim, "Sekarang apa yang akan kalian lakukan?"
Mereka menjawab, "Demi Allah! Kami tidak akan kembali, kecuali setelah membalas dendam atas kematiannya atau kami juga gugur sebagai syahid."
Menurut ahli sejarah, Imam Husein menyempurnakan hujah bagi seluruh pengikut beliau. Setelah mendengar kesyahidan Muslim tersebut, mereka yang mengikuti Imam Husain hanya demi menumpuk harta dan kedudukan meninggalkan beliau.
Ucapan Imam Husain kepada seorang penduduk Kufah di persinggahan ini, "Demi Allah! Sendainya saya berjumpa denganmu di Madinah, niscaya saya
akan tunjukkan kepadamu bekas Jibril di rumah kami dan bagaimana ia turun untuk membawakan wahyu kepada kakekku. Wahai saudaraku! Banyak orang yang telah mempelajari ilmu pengetahuan dari kami."
Hani bin Urwah
Tokoh pembela Sayyidina Husein yang syahid lainnya Hani bin Urwah Muradi. Dia adalah pembesar Kufah dan penolong setia Ali bin Abi Thalib ra. Ia turut serta dalam perang Jamal dan perang Shiffin.
Hani adalah pilar utama perlawanan Hujr bin 'Adi dalam bertempur melawan Ziyad bin Abih. Ia juga termasuk orang-orang yang tidak membaiat Yazid.
Rumahnya, semenjak zaman masuknya Ubaidillah bin Ziyad ke Kufah, menjadi pusat kegiatan politik dan militer. Ia memainkan peranan penting dalam membantu perlawanan Muslim bin Aqil.
Ia syahid pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 60 H/680, setelah syahadahnya Muslim bin Aqil, dan atas perintah Ubaidillah bin Ziyad kepalanya ditebas dan terpisah dari badannya.
Kabar kesyahidannya sampai kepada Imam Husain ketika beliau sedang dalam perjalanan dari Madinah menuju Kufah. Imam Husain menangis atas syahadahnya Urwah dan membacakan ayat Istirja' (QS Al-Baqarah: 156) serta memohonkan rahmat baginya.
Satu lagi tokoh penting yang syahid adalah Abdullah bin Yaqthar. Dia saudara asuh dan utusan Husein as ke Kufah bersama Muslim bin Aqil. Ia ditangkap oleh Hashiyin bin Numair atas perintah Ibnu Ziyad di Qadisiyah setelah itu karena ia menolak mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak pantas untuk Ali bin Abi Thalib dan Husein, ia dilemparkan dari atas atap istana Khalifah yang menjadi penyebab kesyahidannya.
Sesampai di Zubalah pada Rabu, 23 Dzulhijjah 60 Hijriah, Sayyidina Husain memberitahukan berita kesyahidan Muslim bin Aqil, Hani bin Urwah, dan Adullah bin Yaqthir kepada para pengikut di persinggahan ini.
Setelah itu, beliau berkata, "Para pengikut di Kufah telah meninggalkan kita tanpa penolong. Barangsiapa di antara kalian menghendaki, maka ia bisa kembali dan ia tidak memiliki tanggungan apapun dari kami."
Ibnu Qutaibah al-Dinawari dalam bukunya berjudul "al-Akhbār al-Thiwāl" menulis, Sayyidina Husein mendengar berita duka itu pada Selasa 22 Dzulhijjah 60 Hijriah saat dalam perjalanan dari Mekkah menuju Kufah . Mendengar berita ini, Imam Husein berseru, "Inna lillah wa inna ilahi raji'un. Setelah mereka pergi, kehidupan ini tidak berguna."
Setelah itu, beliau pun meneteskan air mata dan para pengikut beliau juga menangis.
Muslim bin Aqil adalah sepupu Sayyidina Husein. Beliau utusan beliau di Kufah. Muslim hadir dalam sebagian penaklukan kaum muslimin dan juga dalam perang Shiffin.
Dia pergi ke Kufah sebagai perwakilan Husein. Dialah yang melaporkan seluruh perkembangan di Kufah. Laporannya antara lain memberitakan akan kesiapan penduduk Kufah dalam menyambut kedatangannya.
Dengan pengangkatan dan pelantikan Ubaidillah bin Ziyad sebagai gubernur dan penguasa Kufah, membuat penduduk Kufah berada dalam ketakutan sehingga mencabut dukungan mereka kepada Muslim bin Aqil. Tidak lama kemudian, Muslim bin Aqil berhasil ditangkap dan atas perintah Ubaidillah ia dibunuh pada hari Arafah tahun 60 H.
Imam Husain bertanya kepada putra-putra Muslim, "Sekarang apa yang akan kalian lakukan?"
Mereka menjawab, "Demi Allah! Kami tidak akan kembali, kecuali setelah membalas dendam atas kematiannya atau kami juga gugur sebagai syahid."
Menurut ahli sejarah, Imam Husein menyempurnakan hujah bagi seluruh pengikut beliau. Setelah mendengar kesyahidan Muslim tersebut, mereka yang mengikuti Imam Husain hanya demi menumpuk harta dan kedudukan meninggalkan beliau.
Ucapan Imam Husain kepada seorang penduduk Kufah di persinggahan ini, "Demi Allah! Sendainya saya berjumpa denganmu di Madinah, niscaya saya
akan tunjukkan kepadamu bekas Jibril di rumah kami dan bagaimana ia turun untuk membawakan wahyu kepada kakekku. Wahai saudaraku! Banyak orang yang telah mempelajari ilmu pengetahuan dari kami."
Hani bin Urwah
Tokoh pembela Sayyidina Husein yang syahid lainnya Hani bin Urwah Muradi. Dia adalah pembesar Kufah dan penolong setia Ali bin Abi Thalib ra. Ia turut serta dalam perang Jamal dan perang Shiffin.
Hani adalah pilar utama perlawanan Hujr bin 'Adi dalam bertempur melawan Ziyad bin Abih. Ia juga termasuk orang-orang yang tidak membaiat Yazid.
Rumahnya, semenjak zaman masuknya Ubaidillah bin Ziyad ke Kufah, menjadi pusat kegiatan politik dan militer. Ia memainkan peranan penting dalam membantu perlawanan Muslim bin Aqil.
Ia syahid pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 60 H/680, setelah syahadahnya Muslim bin Aqil, dan atas perintah Ubaidillah bin Ziyad kepalanya ditebas dan terpisah dari badannya.
Kabar kesyahidannya sampai kepada Imam Husain ketika beliau sedang dalam perjalanan dari Madinah menuju Kufah. Imam Husain menangis atas syahadahnya Urwah dan membacakan ayat Istirja' (QS Al-Baqarah: 156) serta memohonkan rahmat baginya.
Satu lagi tokoh penting yang syahid adalah Abdullah bin Yaqthar. Dia saudara asuh dan utusan Husein as ke Kufah bersama Muslim bin Aqil. Ia ditangkap oleh Hashiyin bin Numair atas perintah Ibnu Ziyad di Qadisiyah setelah itu karena ia menolak mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak pantas untuk Ali bin Abi Thalib dan Husein, ia dilemparkan dari atas atap istana Khalifah yang menjadi penyebab kesyahidannya.
Sesampai di Zubalah pada Rabu, 23 Dzulhijjah 60 Hijriah, Sayyidina Husain memberitahukan berita kesyahidan Muslim bin Aqil, Hani bin Urwah, dan Adullah bin Yaqthir kepada para pengikut di persinggahan ini.
Setelah itu, beliau berkata, "Para pengikut di Kufah telah meninggalkan kita tanpa penolong. Barangsiapa di antara kalian menghendaki, maka ia bisa kembali dan ia tidak memiliki tanggungan apapun dari kami."
(mhy)