Kisah Heroik Shalahuddin Al-Ayyubi Taklukkan Baitul Maqdis di Bulan Rajab
loading...
A
A
A
Pada pada hari Jumat, 27 Rajab 583 H bertepatan dengan 2 Oktober 1187, pasukan Islam yang dipimpin Shalahuddin Al Ayyubi sukses merebut Kota al-Quds dan membebaskan Baitul Maqdis .
Hari dikuasainya kembali al-Quds merupakan hari yang baik, sayyidul ayyam. Hari Jumat merupakan hari favorit Shalahuddin untuk memulai pertempuran. Dan tentu saja ia juga merupakan hari favorit untuk meraih kemenangan.
Tanggal kemenangan itu juga merupakan tanggal yang bersejarah. Ibn Shaddad dalam bukunya menulis, “Sultan menerima penyerahan kota itu pada hari Jumat 27 Rajab . Waktu itu bertepatan dengan (tanggal) Mikraj Nabi yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an al-Karim.”
Derap suara kuda dan gemuruh takbir bersahut-sahutan memekikkan syukur atas kemenangan yang sudah dinanti-nanti selama 90 tahun itu, sejak Baitul Maqdis jatuh ke tangan pasukan Salib.
Kota al-Quds (Yerusalem) jatuh ke tangan Pasukan Salib pada tahun 1099 (492 H). Ketika kota itu dikuasai Pasukan Salib, 70.000 kaum Muslimin yang berada di kota itu dibunuh oleh Pasukan Salib selama satu minggu lamanya. Selama puluhan tahun berikutnya, tidak ada satu pun kaum Muslimin yang berhasil merebut kembali kota al-Quds dari tangan Pasukan Salib.
Perjuangan panjang untuk membebaskan tempat suci ini sudah dimulai sejak Immaduddin, Nuruddin, dan baru berhasil di masa Shalahuddin.
Sejak itu, Shalahuddin memerintahkan pasukannya untuk membersihkan Baitul Maqdis yang semasa pendudukan pasukan salib digunakan sebagai istana sekaligus pusat komando Perang Salib.
Patung-patung, salib, gambar, dan simbol-simbol kekufuran lainnya ditanggalkan. Puluhan babi yang dipelihara di lingkungan Al Aqsa disingkirkan.
Untuk pertama kalinya, setelah hampir satu abad, azan kembali berkumandang dari Masjidil Aqsa. Dari tempat di mana Rasulullah SAW mikraj untuk menjemput perintah sholat.
Pasukan Shalahuddin yang begitu perkasa di medan jihad, luruh dalam keharuan manakala mendengar seruan, “… Hayya 'alash sholah… Hayya 'alal falah –Marilah kita shalat. Marilah meraih kemenangan-“
Semua segera membenamkan sujud syukurnya dalam-dalam. Termasuk Sang Panglima yang masih kelelahan akibat staminanya terkuras habis di detik-detik terakhir menjelang kemenangan.
Shalahuddin lalu menunjuk Qadi Muhyiddin bin Zaki ad-Din untuk mengimami sholat dan menyampaikan khutbah yang diawali dengan QS Al An’am 45: “Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Di antara isi khutbahnya yang terkenal, “Wahai segenap manusia, berbahagialah dengan ridha Allah yang merupakan tujuan utama. Dia telah memudahkan untuk mengambalikan Al Aqsa yang sirna. Ini adalah Tanah Air bapak kalian, Ibrahim AS dan lokasi Mikraj Muhammad SAW, serta kiblat pertama kalian. Di sinilah Rasulullah SAW shalat dengan para malaikat.
Kalian telah mengembalikan kejayaan Qadisiyah, peristiwa Yarmuk, Khaibar, untuk Islam. Allah akan membalas jasa dan segala daya upaya yang kalian kerahkan untuk melawan musuh. Allah akan menerima darah para syuhada dan menggantinya dengan surga kelak…”
Situs Bersejarah
Baitul Maqdis merupakan situs bersejarah yang berada di Palestina. Kesucian Baitul Maqdis diklaim oleh tiga agama, yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen.
Ketiga agama tersebut secara bergantian pernah menguasai situs suci tersebut. Pemerintah Islam pernah menaklukkan Baitul Maqdis yang pertama kali dipimpin oleh Khalifah Umar ibn Khattab dan terus berlanjut di bawah kepemimpinan muslim selama berabad-abad di masa Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, hingga era Dinasti Abbasiyah.
Kemudian Baitul Maqdis ditaklukkan kembali pada masa Dinasti Al Ayyubiyah di bawah kepemimpinan Salahuddin Al Ayyubi. Baitul Maqdis memiliki arti yang sangat penting bagi umat Islam karena di sana pertama kali dibangun masjid yang kemudian menjadi kiblat pertama bagi umat Muslim di seluruh dunia, yaitu Masjid Al Aqsa.
Begitu berhasil mengusir kaum Salibis, ia segera memerintahkan pemugaran kota suci itu. Baitul Maqdis dan Kubah Batu dibersihkannya dari simbol- simbol yang menyalahi tauhid.
Kompleks rumah ibadah itu diperluasnya, serta memperindahnya dengan berbagai ornamen kaligrafi. Ia juga membuat mimbar yang lantas dikenal sebagai Mimbar Saladin di sana. Artefak yang tak ternilai itu sempat bertahan selama ratusan tahun sebelum dijarah seorang Zionis pada 1972.
Hari dikuasainya kembali al-Quds merupakan hari yang baik, sayyidul ayyam. Hari Jumat merupakan hari favorit Shalahuddin untuk memulai pertempuran. Dan tentu saja ia juga merupakan hari favorit untuk meraih kemenangan.
Tanggal kemenangan itu juga merupakan tanggal yang bersejarah. Ibn Shaddad dalam bukunya menulis, “Sultan menerima penyerahan kota itu pada hari Jumat 27 Rajab . Waktu itu bertepatan dengan (tanggal) Mikraj Nabi yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an al-Karim.”
Derap suara kuda dan gemuruh takbir bersahut-sahutan memekikkan syukur atas kemenangan yang sudah dinanti-nanti selama 90 tahun itu, sejak Baitul Maqdis jatuh ke tangan pasukan Salib.
Kota al-Quds (Yerusalem) jatuh ke tangan Pasukan Salib pada tahun 1099 (492 H). Ketika kota itu dikuasai Pasukan Salib, 70.000 kaum Muslimin yang berada di kota itu dibunuh oleh Pasukan Salib selama satu minggu lamanya. Selama puluhan tahun berikutnya, tidak ada satu pun kaum Muslimin yang berhasil merebut kembali kota al-Quds dari tangan Pasukan Salib.
Perjuangan panjang untuk membebaskan tempat suci ini sudah dimulai sejak Immaduddin, Nuruddin, dan baru berhasil di masa Shalahuddin.
Sejak itu, Shalahuddin memerintahkan pasukannya untuk membersihkan Baitul Maqdis yang semasa pendudukan pasukan salib digunakan sebagai istana sekaligus pusat komando Perang Salib.
Patung-patung, salib, gambar, dan simbol-simbol kekufuran lainnya ditanggalkan. Puluhan babi yang dipelihara di lingkungan Al Aqsa disingkirkan.
Untuk pertama kalinya, setelah hampir satu abad, azan kembali berkumandang dari Masjidil Aqsa. Dari tempat di mana Rasulullah SAW mikraj untuk menjemput perintah sholat.
Pasukan Shalahuddin yang begitu perkasa di medan jihad, luruh dalam keharuan manakala mendengar seruan, “… Hayya 'alash sholah… Hayya 'alal falah –Marilah kita shalat. Marilah meraih kemenangan-“
Semua segera membenamkan sujud syukurnya dalam-dalam. Termasuk Sang Panglima yang masih kelelahan akibat staminanya terkuras habis di detik-detik terakhir menjelang kemenangan.
Shalahuddin lalu menunjuk Qadi Muhyiddin bin Zaki ad-Din untuk mengimami sholat dan menyampaikan khutbah yang diawali dengan QS Al An’am 45: “Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Di antara isi khutbahnya yang terkenal, “Wahai segenap manusia, berbahagialah dengan ridha Allah yang merupakan tujuan utama. Dia telah memudahkan untuk mengambalikan Al Aqsa yang sirna. Ini adalah Tanah Air bapak kalian, Ibrahim AS dan lokasi Mikraj Muhammad SAW, serta kiblat pertama kalian. Di sinilah Rasulullah SAW shalat dengan para malaikat.
Kalian telah mengembalikan kejayaan Qadisiyah, peristiwa Yarmuk, Khaibar, untuk Islam. Allah akan membalas jasa dan segala daya upaya yang kalian kerahkan untuk melawan musuh. Allah akan menerima darah para syuhada dan menggantinya dengan surga kelak…”
Situs Bersejarah
Baitul Maqdis merupakan situs bersejarah yang berada di Palestina. Kesucian Baitul Maqdis diklaim oleh tiga agama, yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen.
Ketiga agama tersebut secara bergantian pernah menguasai situs suci tersebut. Pemerintah Islam pernah menaklukkan Baitul Maqdis yang pertama kali dipimpin oleh Khalifah Umar ibn Khattab dan terus berlanjut di bawah kepemimpinan muslim selama berabad-abad di masa Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, hingga era Dinasti Abbasiyah.
Kemudian Baitul Maqdis ditaklukkan kembali pada masa Dinasti Al Ayyubiyah di bawah kepemimpinan Salahuddin Al Ayyubi. Baitul Maqdis memiliki arti yang sangat penting bagi umat Islam karena di sana pertama kali dibangun masjid yang kemudian menjadi kiblat pertama bagi umat Muslim di seluruh dunia, yaitu Masjid Al Aqsa.
Begitu berhasil mengusir kaum Salibis, ia segera memerintahkan pemugaran kota suci itu. Baitul Maqdis dan Kubah Batu dibersihkannya dari simbol- simbol yang menyalahi tauhid.
Kompleks rumah ibadah itu diperluasnya, serta memperindahnya dengan berbagai ornamen kaligrafi. Ia juga membuat mimbar yang lantas dikenal sebagai Mimbar Saladin di sana. Artefak yang tak ternilai itu sempat bertahan selama ratusan tahun sebelum dijarah seorang Zionis pada 1972.
(mhy)