Hari Pembebasan Al-Quds, Shalahuddin Al-Ayyubi Menyiapkan Pasukannya Lebih Dari 20 Tahun
loading...
A
A
A
DEPOK - Kembalinya Al-Quds (Yerusalem) ke pangkuan muslim pada 2 Oktober 1187 M menjadi momen spesial bagi Adara Relief International (Adara) menggelar online talkshow bertajuk "Semangat Perempuan Pecinta Al-Quds di Masa Shalahuddin: Kisah Cinta di Balik Nasi Maqlubah dan Parfum Mawar". Peringatan 833 Tahun Hari Pembebasan Al-Quds ini mengingatkan kita sosok pemimpin hebat bernama Shalahuddin Al-Ayyubi (1137-1193 M).
Melalui Talkshow Daring ini, Adara mengajak umat muslim untuk mengenang hari pembebasan Al-Quds . Sekitar 1.800 orang peserta bergabung melalui online platform dan live streaming di media sosial Adara. Kegiatan ini menghadirkan Agung Waspodo (Pembaca Sejarah Dunia Islam Librarian di Pustaka Fatih); Aisyah Al-Maghoribah (Sindiyanatul Quds Palestina); Syaima Raihana (Pelajar asal Gaza, Palestina); dan Sri Vira Chandra (Ketua Adara).
( )
Agung Waspodo membuka sesi diskusi dengan mengenalkan sekilas sosok Shalahuddin Al-Ayyubi . "Untuk memahami siapa Shalahuddin Al-Ayyubi , maka kita harus memahami sebuah kejadian besar yaitu Perang Salib. Shalahuddin muncul di antara Perang Salib kedua dan ketiga, namun penting juga bagi kita mengenal kaitannya sejak Perang Salib pertama," kata Agung dalam talkshow yang digelar Sabtu, 3 Oktober 2020.
Ada pelajaran penting yang dapat dipetik, saat umat Islam sedang berjaya, maka fitnah yang menimpa yaitu perpecahan dan pertikaian. Shalahuddin memegang peranan penting untuk menyatukan umat. "Pada masa Shalahuddin, salah satu tanda keberhasilan kaum muslimin bangkit dari perpecahan adalah semakin merapatnya barisan," jelas Agung.
Disebutkan, kekuatan sosok pemilik nama asli Yusuf bin Najmuddin Al-Ayyubi ini ada pada hati yang lembut. Ia adalah seorang pejuang yang memahami hukum-hukum Islam. Salahuddin Al-Ayyubi tidak pernah meninggalkan salat berjamaah, tidak senang berdebat, seorang pribadi yang zuhud, dan gemar bersedekah. Shalahuddin beserta pasukannya telah memberikan kontribusi luar biasa bagi pembebasan Al-Quds yang di dalamnya terdapat tempat suci ketiga bagi umat Islam yaitu Baitul Maqdis .
"Melalui harta, jiwa, bahkan seluruh hidupnya dihabiskan di atas kuda demi tujuan membebaskan Al-Aqsha," tambahnya.
Sindiyanatul Quds Palestina , Aisyah Al-Maghoribah mengatakan, perjuangan Salahuddin dan pasukannya bukan tanpa strategi. Ia memiliki tahapan-tahapan kemenangan yang dijabarkan dalam jadwal harian, jadwal pekanan, jadwal bulanan, bahkan jadwal tahunan. Dikatakan dia satu kata kunci, yaitu persiapan. "Shalahudin menyiapkan pasukannya lebih dari 20 tahun. Ia juga menyusun setiap aspek penting dalam menyiapkan suatu bangsa atau generasi, yaitu ilmu, amal, serta pembangunan akhlak, akidah, dan ibadah," kata Aisyah. (Baca Juga: DPR Kecam Penutupan Al-Quds oleh Israel)
Perempuan Pecinta Al-Quds
Aisyah Al-Maghoribah menyebutkan tentang peran seorang ibu meski tidak pergi ke medan perang adalah menyiapkan generasi. Kapanpun, baik itu kemarin, sekarang, maupun di masa depan, peran perempuan tidak akan pernah berubah. Bagaimana pun dia menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Seorang ibu lah yang menanamkan kesadaran dan cinta terhadap Palestina .
"Ibu adalah poin kunci penanaman pemahaman pada anak yang insyaallah akan siap menjadi bagian dari pembebasan Al-Aqsha," ungkapnya.
Kisah inspiratif mengenai para perempuan Al-Quds yang menyambut kemenangan Shalahuddin dengan menyiapkan nasi Maqlubah dan juga cerita parfum mawar yang dibuat oleh perempuan-perempuan Diyar Bakr untuk wewangian Al-Aqsha memberikan kesan tersendiri. Meski sederhana, namun keterlibatan diri dalam perjuangan pembebasan Al-Quds merupakan bentuk nyata dari rasa cinta untuk mengembalikan kedamaian ke tanah para Nabi tersebut.
Hal yang sama juga dilakukan seorang perempuan tak dikenal namanya yang sangat ingin menjadi bagian dari pasukan pembebas Al-Quds . Saat salah satu pasukan Shalahudin tak mendapati apapun untuk tali kekang kudanya, ia rela memberikan rambutnya yang berharga untuk dijadikan penyambung tali kekang kuda tersebut. "Menghilangkan rasa kikir menjadi bagian dari perjuangan membantu Palestina . Kita bisa membantu dengan sedikit apapun yang kita miliki. Bila kita tidak memiliki harta, kita masih memiliki kata," terang Aisyah Al-Maghoribah.
Pelajar asal Gaza, Palestina , Syaima binti Ahed juga menyampaikan hal serupa pada sesi ketiga acara talkshow ini. Mewakili generasi muda Palestina , ia menyampaikan bahwa bagi umat muslim yang jauh dari Palestina, bisa turut berjuang dengan mengedukasi diri sendiri dan orang lain, juga menyebarluaskan kabar terkini mengenai Palestina melalui media sosial.
"Dengan banyak membaca, maka kita memiliki banyak referensi untuk menyusun strategi memenangkan Palestina. Selain itu, membaca adalah perintah pertama dan utama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم," katanya.
Sementara Ketua Adara, Sri Vira Chandra merefleksikan kembali kisah anak-anak Palestina serta cerita perempuan yang dengan keterbatasan fisiknya terus saja disiksa oleh zionis Yahudi. "Salah satu kontribusi yang dapat kita berikan adalah memberikan didikan terbaik untuk generasi penerus guna melanjutkan amanah pembebasan Al Quds yang diwasiatkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم," katanya.
Kegiatan ini ditutup dengan lelang barang Palestina, yang hasilnya akan didonasikan melalui program bantuan Adara yang sedang berjalan. Meski hari sudah larut, namun para pemburu merchandise Palestina terlihat sangat bersemangat untuk berdonasi dan mendapatkan barang-barang khas Palestina.
Perjuangan pembebasan Al-Quds tidak dibangun oleh satu negara saja, namun juga gabungan dari seluruh negara di dunia. Seluruh umat muslim harus berkolaborasi dan berkonsolidasi, guna membantu perjuangan rakyat Palestina dengan apa pun yang dimilikinya, sesedikit atau sesederhana apa pun itu. ( )
Melalui Talkshow Daring ini, Adara mengajak umat muslim untuk mengenang hari pembebasan Al-Quds . Sekitar 1.800 orang peserta bergabung melalui online platform dan live streaming di media sosial Adara. Kegiatan ini menghadirkan Agung Waspodo (Pembaca Sejarah Dunia Islam Librarian di Pustaka Fatih); Aisyah Al-Maghoribah (Sindiyanatul Quds Palestina); Syaima Raihana (Pelajar asal Gaza, Palestina); dan Sri Vira Chandra (Ketua Adara).
( )
Agung Waspodo membuka sesi diskusi dengan mengenalkan sekilas sosok Shalahuddin Al-Ayyubi . "Untuk memahami siapa Shalahuddin Al-Ayyubi , maka kita harus memahami sebuah kejadian besar yaitu Perang Salib. Shalahuddin muncul di antara Perang Salib kedua dan ketiga, namun penting juga bagi kita mengenal kaitannya sejak Perang Salib pertama," kata Agung dalam talkshow yang digelar Sabtu, 3 Oktober 2020.
Ada pelajaran penting yang dapat dipetik, saat umat Islam sedang berjaya, maka fitnah yang menimpa yaitu perpecahan dan pertikaian. Shalahuddin memegang peranan penting untuk menyatukan umat. "Pada masa Shalahuddin, salah satu tanda keberhasilan kaum muslimin bangkit dari perpecahan adalah semakin merapatnya barisan," jelas Agung.
Disebutkan, kekuatan sosok pemilik nama asli Yusuf bin Najmuddin Al-Ayyubi ini ada pada hati yang lembut. Ia adalah seorang pejuang yang memahami hukum-hukum Islam. Salahuddin Al-Ayyubi tidak pernah meninggalkan salat berjamaah, tidak senang berdebat, seorang pribadi yang zuhud, dan gemar bersedekah. Shalahuddin beserta pasukannya telah memberikan kontribusi luar biasa bagi pembebasan Al-Quds yang di dalamnya terdapat tempat suci ketiga bagi umat Islam yaitu Baitul Maqdis .
"Melalui harta, jiwa, bahkan seluruh hidupnya dihabiskan di atas kuda demi tujuan membebaskan Al-Aqsha," tambahnya.
Sindiyanatul Quds Palestina , Aisyah Al-Maghoribah mengatakan, perjuangan Salahuddin dan pasukannya bukan tanpa strategi. Ia memiliki tahapan-tahapan kemenangan yang dijabarkan dalam jadwal harian, jadwal pekanan, jadwal bulanan, bahkan jadwal tahunan. Dikatakan dia satu kata kunci, yaitu persiapan. "Shalahudin menyiapkan pasukannya lebih dari 20 tahun. Ia juga menyusun setiap aspek penting dalam menyiapkan suatu bangsa atau generasi, yaitu ilmu, amal, serta pembangunan akhlak, akidah, dan ibadah," kata Aisyah. (Baca Juga: DPR Kecam Penutupan Al-Quds oleh Israel)
Perempuan Pecinta Al-Quds
Aisyah Al-Maghoribah menyebutkan tentang peran seorang ibu meski tidak pergi ke medan perang adalah menyiapkan generasi. Kapanpun, baik itu kemarin, sekarang, maupun di masa depan, peran perempuan tidak akan pernah berubah. Bagaimana pun dia menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Seorang ibu lah yang menanamkan kesadaran dan cinta terhadap Palestina .
"Ibu adalah poin kunci penanaman pemahaman pada anak yang insyaallah akan siap menjadi bagian dari pembebasan Al-Aqsha," ungkapnya.
Kisah inspiratif mengenai para perempuan Al-Quds yang menyambut kemenangan Shalahuddin dengan menyiapkan nasi Maqlubah dan juga cerita parfum mawar yang dibuat oleh perempuan-perempuan Diyar Bakr untuk wewangian Al-Aqsha memberikan kesan tersendiri. Meski sederhana, namun keterlibatan diri dalam perjuangan pembebasan Al-Quds merupakan bentuk nyata dari rasa cinta untuk mengembalikan kedamaian ke tanah para Nabi tersebut.
Hal yang sama juga dilakukan seorang perempuan tak dikenal namanya yang sangat ingin menjadi bagian dari pasukan pembebas Al-Quds . Saat salah satu pasukan Shalahudin tak mendapati apapun untuk tali kekang kudanya, ia rela memberikan rambutnya yang berharga untuk dijadikan penyambung tali kekang kuda tersebut. "Menghilangkan rasa kikir menjadi bagian dari perjuangan membantu Palestina . Kita bisa membantu dengan sedikit apapun yang kita miliki. Bila kita tidak memiliki harta, kita masih memiliki kata," terang Aisyah Al-Maghoribah.
Pelajar asal Gaza, Palestina , Syaima binti Ahed juga menyampaikan hal serupa pada sesi ketiga acara talkshow ini. Mewakili generasi muda Palestina , ia menyampaikan bahwa bagi umat muslim yang jauh dari Palestina, bisa turut berjuang dengan mengedukasi diri sendiri dan orang lain, juga menyebarluaskan kabar terkini mengenai Palestina melalui media sosial.
"Dengan banyak membaca, maka kita memiliki banyak referensi untuk menyusun strategi memenangkan Palestina. Selain itu, membaca adalah perintah pertama dan utama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم," katanya.
Sementara Ketua Adara, Sri Vira Chandra merefleksikan kembali kisah anak-anak Palestina serta cerita perempuan yang dengan keterbatasan fisiknya terus saja disiksa oleh zionis Yahudi. "Salah satu kontribusi yang dapat kita berikan adalah memberikan didikan terbaik untuk generasi penerus guna melanjutkan amanah pembebasan Al Quds yang diwasiatkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم," katanya.
Kegiatan ini ditutup dengan lelang barang Palestina, yang hasilnya akan didonasikan melalui program bantuan Adara yang sedang berjalan. Meski hari sudah larut, namun para pemburu merchandise Palestina terlihat sangat bersemangat untuk berdonasi dan mendapatkan barang-barang khas Palestina.
Perjuangan pembebasan Al-Quds tidak dibangun oleh satu negara saja, namun juga gabungan dari seluruh negara di dunia. Seluruh umat muslim harus berkolaborasi dan berkonsolidasi, guna membantu perjuangan rakyat Palestina dengan apa pun yang dimilikinya, sesedikit atau sesederhana apa pun itu. ( )
(rhs)