Kisah Imam Hasan Al-Bashri dan Tetangga Nasrani yang Masuk Islam
loading...
A
A
A
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah (22-110 H) adalah sosok ulama Tabiin yang sangat dihormati berkat keluasan ilmu dan petuahnya. Ulama kelahiran Madinah Tahun 22 Hijriyah ini memiliki kisah menarik ketika menetap di Basrah Irak.
Keindahan akhlaknya menjadi sebab tetangganya yang Nasrani memeluk Islam. Selain memiliki akhlak yang baik, Imam Hasan Al-Bashri dikenal sebagai ulama yang fasih berbicara dan memiliki banyak pengikut.
Tak heran jika ulama Tabi'in sekelas Abu Ja'far al-Baqir berkata dalam Hilyatul Aulia: "Dia (Hasan Al-Bashri) itu adalah orang yang perkataannya menyerupai ucapan para Nabi."
Dalam satu kajian Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq diceritakan kisah tetangga Imam Hasan Al-Bashri memeluk Islam. Beliau bertetangga dengan seorang Nasrani yang tinggal di tingkat dua bangunan yang mereka tinggali, tepat di atas rumah beliau.
Dari rumah tetangganya itu merembes air kotor yang berasal dari kamar mandinya tepat menetes ke kamar sang imam. Untuk mengatasi gangguan ini, Imam Hasan meletakkan baskom untuk menampung tetesan air tersebut. Apabila telah penuh maka beliau buang dan baskomnya digunakan kembali menampung rembesan lagi. Demikianlah berlangsung sekian lama.
Suatu hari, Imam Hasan Al-Bashri jatuh sakit dan tetangganya yang beragama Nasrani itu datang untuk menjenguknya. Alangkah kagetnya si Nasrani saat melihat ada kebocoran yang lumayan parah berasal dari atap rumah Hasan Al-Bashri. Ia sadar betul bahwa itu berasal dari kamar mandi miliknya.
Si Nasrani itu bertanya kepada sang imam:
يا أبا سعيد: مذ كم تحملون منّي هذا الأذى؟
Artinya: "Wahai Abu Sa'id (Imam Hasan Al-Bashri), sudah berapa lama dirimu menanggung gangguan dariku ini?"
Imam Hasan Al-Bashri menjawab:
منذ عشرين سنة
Artinya: "Sejak 20 tahun yang lalu."
Seketika itu juga orang tersebut melepaskan ikat pinggang yang menjadi simbol agamanya dan langsung bersyahadat menyatakan keislamannya. [Al Imta'wal Muanasah Hal. 247]
Tetangganya Majusi
Suatu hari Imam Hasan Al-Bashri mengunjungi tetangganya yang beragama Majusi sedang sakit keras. Beliau duduk di sampingnya sambil menghibur dan menanyakan keadaan orang tersebut, seraya berkata: "Bagaimana keadaanmu? Apa yang kamu rasakan?"
Dengan suara lemah tak berdaya majusi itu menjawab:
لي قلب عليل ولا صحة لي، وبدن سقيم، ولا قوة لي، وقبر موحش ولا أنيس لي، وسفر بعيد ولا زاد لي، وصراط دقيق ولا جواز لي، ونار حامية ولا بدن لي، وجنّة عالية ولا نصيب لي، ورب عادل ولا حجة لي
"Hatiku telah hancur, tubuhku kesakitan, kuburku sedang digali, dan tidak lama lagi aku akan melakukan perjalanan yang sangat jauh. Akan tetapi, aku tidak memiliki bekal apa-apa. Aku tidak akan mampu melewati jembatan Shiratal Mustaqim dan aku akan dibakar panasnya api neraka. Tidak ada lagi harapan surga bagiku."
Sang imam berkata lembut kepadanya:
لم لا تسلم حتى تسلم؟
"Mengapa engkau tidak masuk Islam saja sehingga engkau bisa selamat?"
Keindahan akhlaknya menjadi sebab tetangganya yang Nasrani memeluk Islam. Selain memiliki akhlak yang baik, Imam Hasan Al-Bashri dikenal sebagai ulama yang fasih berbicara dan memiliki banyak pengikut.
Tak heran jika ulama Tabi'in sekelas Abu Ja'far al-Baqir berkata dalam Hilyatul Aulia: "Dia (Hasan Al-Bashri) itu adalah orang yang perkataannya menyerupai ucapan para Nabi."
Dalam satu kajian Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq diceritakan kisah tetangga Imam Hasan Al-Bashri memeluk Islam. Beliau bertetangga dengan seorang Nasrani yang tinggal di tingkat dua bangunan yang mereka tinggali, tepat di atas rumah beliau.
Dari rumah tetangganya itu merembes air kotor yang berasal dari kamar mandinya tepat menetes ke kamar sang imam. Untuk mengatasi gangguan ini, Imam Hasan meletakkan baskom untuk menampung tetesan air tersebut. Apabila telah penuh maka beliau buang dan baskomnya digunakan kembali menampung rembesan lagi. Demikianlah berlangsung sekian lama.
Suatu hari, Imam Hasan Al-Bashri jatuh sakit dan tetangganya yang beragama Nasrani itu datang untuk menjenguknya. Alangkah kagetnya si Nasrani saat melihat ada kebocoran yang lumayan parah berasal dari atap rumah Hasan Al-Bashri. Ia sadar betul bahwa itu berasal dari kamar mandi miliknya.
Si Nasrani itu bertanya kepada sang imam:
يا أبا سعيد: مذ كم تحملون منّي هذا الأذى؟
Artinya: "Wahai Abu Sa'id (Imam Hasan Al-Bashri), sudah berapa lama dirimu menanggung gangguan dariku ini?"
Imam Hasan Al-Bashri menjawab:
منذ عشرين سنة
Artinya: "Sejak 20 tahun yang lalu."
Seketika itu juga orang tersebut melepaskan ikat pinggang yang menjadi simbol agamanya dan langsung bersyahadat menyatakan keislamannya. [Al Imta'wal Muanasah Hal. 247]
Tetangganya Majusi
Suatu hari Imam Hasan Al-Bashri mengunjungi tetangganya yang beragama Majusi sedang sakit keras. Beliau duduk di sampingnya sambil menghibur dan menanyakan keadaan orang tersebut, seraya berkata: "Bagaimana keadaanmu? Apa yang kamu rasakan?"
Dengan suara lemah tak berdaya majusi itu menjawab:
لي قلب عليل ولا صحة لي، وبدن سقيم، ولا قوة لي، وقبر موحش ولا أنيس لي، وسفر بعيد ولا زاد لي، وصراط دقيق ولا جواز لي، ونار حامية ولا بدن لي، وجنّة عالية ولا نصيب لي، ورب عادل ولا حجة لي
"Hatiku telah hancur, tubuhku kesakitan, kuburku sedang digali, dan tidak lama lagi aku akan melakukan perjalanan yang sangat jauh. Akan tetapi, aku tidak memiliki bekal apa-apa. Aku tidak akan mampu melewati jembatan Shiratal Mustaqim dan aku akan dibakar panasnya api neraka. Tidak ada lagi harapan surga bagiku."
Sang imam berkata lembut kepadanya:
لم لا تسلم حتى تسلم؟
"Mengapa engkau tidak masuk Islam saja sehingga engkau bisa selamat?"