Direktur PD Pontren Kemenag: Lulusan Ponpes Tak Harus Jadi Kiyai
loading...
A
A
A
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI (PD Pontren Kemenag) Waryono Abdul Ghofur mengemukakan bahwa lulusan pesantren tidak harus menjadi tokoh agama seperti seorang kiyai.
"Asalkan bisa memberi manfaatbagi umat, hal itu tetap baik," kata Waryono Abdul Ghofur saat memberi sambutan di acara Silaturrahim Nasional (Silatnas) Asosiasi Ma'had Aly Indonesia (Amali) ke-4 di Ma'had Aly Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin, Balekambang Nalumsari, Jepara, Jawa Tengah, tadi malam (2/3/2023).
Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu mengisahkan seorang santri yang telah mengikuti seleksi TNI dan Polri kemudian dinyatakan lulus. Tetapi karena orang tuanya kurang setuju lantaran menganggap tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan agama maka anak tersebut dicabut.
"Padahal sudah diseleksi dan lulus. Ini juga yang perlu diberi pemahaman kepada orang tua bahwa anaknya menjadi TNI atau Polri juga sama baiknya dengan menjadi pengasuh pesantren. Sama-sama menjaga masyarakat dan negara," jelas pria kelahiran tahun 1972 itu.
Dalam forum bertajuk "Rekognisi, Afirmasi dan Fasilitasi: Refleksi Implementasi UU Pesantren dan Dana Abadi Pesantren" itu, Waryono menyampaikan kabar gembira untuk pesantren bahwa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) telah membuka peluang bagi para santri untuk kuliah di sekolah tinggi tersebut dengan full beasiswa dan ikatan dinas.
"Artinya, setelah lulusan D3 atau S1, nantinya lulusan STAN ini bisa langsung mendapatkan lapangan kerja dan masih berkesempatan melanjutkan kuliah setelah satu atau dua tahun di dunia kerja," paparnya.
Menurutnya, ini merupakan peluang bagi para santri untuk mengisi ruang-ruang yang selama ini belum banyak dimasuki lulusan pesantren. Ia optimistis jika para santri nantinya tidak saja berkompeten secara skill dan intelektual, tetapi juga moral yang mereka miliki.
"Kementerian keuangan secara khusus menyampaikan kepada kami bahwa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) membutuhkan alumni dari pesantren," ungkapnya.
Dalam forum yang digelar selama tiga hari itu, turut diundang sejumlah narasumber, yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Roudhotut Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus); Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah KH Bahaudin Nur Salim (Gus Baha).
Kemudian Menteri Agama Republik Indonesia KH Yaqut Cholil Qoumas, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Muhammad Ali Ramdhani; Ketua Majlis Masyaikh KH Abdul Ghoffar Rozin (Gus Rozin), dan Ka Subdit Pendidikan Diniyah dan Ma'had Aly Kementerian Agama RI Nurul Huda.
Lihat Juga: Hari Kesehatan Nasional, Ribuan Santri Pesantren Attaqwa Putra Gelar Senam dan Penyuluhan Kesehatan
"Asalkan bisa memberi manfaatbagi umat, hal itu tetap baik," kata Waryono Abdul Ghofur saat memberi sambutan di acara Silaturrahim Nasional (Silatnas) Asosiasi Ma'had Aly Indonesia (Amali) ke-4 di Ma'had Aly Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin, Balekambang Nalumsari, Jepara, Jawa Tengah, tadi malam (2/3/2023).
Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu mengisahkan seorang santri yang telah mengikuti seleksi TNI dan Polri kemudian dinyatakan lulus. Tetapi karena orang tuanya kurang setuju lantaran menganggap tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan agama maka anak tersebut dicabut.
"Padahal sudah diseleksi dan lulus. Ini juga yang perlu diberi pemahaman kepada orang tua bahwa anaknya menjadi TNI atau Polri juga sama baiknya dengan menjadi pengasuh pesantren. Sama-sama menjaga masyarakat dan negara," jelas pria kelahiran tahun 1972 itu.
Dalam forum bertajuk "Rekognisi, Afirmasi dan Fasilitasi: Refleksi Implementasi UU Pesantren dan Dana Abadi Pesantren" itu, Waryono menyampaikan kabar gembira untuk pesantren bahwa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) telah membuka peluang bagi para santri untuk kuliah di sekolah tinggi tersebut dengan full beasiswa dan ikatan dinas.
"Artinya, setelah lulusan D3 atau S1, nantinya lulusan STAN ini bisa langsung mendapatkan lapangan kerja dan masih berkesempatan melanjutkan kuliah setelah satu atau dua tahun di dunia kerja," paparnya.
Menurutnya, ini merupakan peluang bagi para santri untuk mengisi ruang-ruang yang selama ini belum banyak dimasuki lulusan pesantren. Ia optimistis jika para santri nantinya tidak saja berkompeten secara skill dan intelektual, tetapi juga moral yang mereka miliki.
"Kementerian keuangan secara khusus menyampaikan kepada kami bahwa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) membutuhkan alumni dari pesantren," ungkapnya.
Dalam forum yang digelar selama tiga hari itu, turut diundang sejumlah narasumber, yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Roudhotut Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus); Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah KH Bahaudin Nur Salim (Gus Baha).
Kemudian Menteri Agama Republik Indonesia KH Yaqut Cholil Qoumas, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Muhammad Ali Ramdhani; Ketua Majlis Masyaikh KH Abdul Ghoffar Rozin (Gus Rozin), dan Ka Subdit Pendidikan Diniyah dan Ma'had Aly Kementerian Agama RI Nurul Huda.
Lihat Juga: Hari Kesehatan Nasional, Ribuan Santri Pesantren Attaqwa Putra Gelar Senam dan Penyuluhan Kesehatan
(rhs)