Lailatulqadar dan Surat Al-Qadar Menurut Quraish Shihab

Rabu, 05 April 2023 - 05:15 WIB
loading...
Lailatulqadar dan Surat Al-Qadar Menurut Quraish Shihab
Prof Dr Quraish Shihab/Foto Ist
A A A
Prof Dr Muhammad Quraish Shihab mengatakan berbicara tentang Lailat Al-Qadar atau Lailatulqadar mengharuskan kita berbicara tentang surat Al-Qadar .

Menurutnya, Surat Al-Qadar adalah surat ke-97 menurut urutannya dalam Mushaf. Ia ditempatkan sesudah surat Iqra' . Para ulama Al-Qur'an menyatakan bahwa ia turun jauh sesudah turunnya surat Iqra'. "Bahkan sebagian di antara mereka menyatakan bahwa surat Al-Qadar turun setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah," ujar Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Qur'an ".

Penempatan urutan surat dalam Al-Qur'an dilakukan langsung atas perintah Allah SWT, dan dari perurutannya ditemukan keserasian-keserasian yang mengagumkan.

Quraish menjelaskan kalau dalam surat Iqra' Nabi SAW (demikian pula kaum Muslim) diperintahkan untuk membaca, dan yang dibaca itu antara lain adalah Al-Qur'an, maka wajar jika surat sesudahnya yakni surat Al-Qadar ini berbicara tentang turunnya Al-Qur'an, dan kemuliaan malam yang terpilih sebagai malam Nuzul Al-Quran .



Bulan Ramadan memiliki sekian banyak keistimewaan, salah satunya adalah Lailat Al-Qadar, suatu malam yang oleh Al-Qur'an "lebih baik dari seribu bulan."

Tetapi apa dan bagaimana malam itu? Apakah ia terjadi sekali saja yakni malam ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu, atau terjadi setiap bulan Ramadan sepanjang masa?

Bagaimana kedatangannya, apakah setiap orang yang menantinya pasti akan mendapatkannya, dan benarkah ada tanda-tanda fisik material yang menyertai kehadirannya (seperti membekunya air, heningnya malam, dan menunduknya pepohonan dan sebagainya)?

Bahkan masih banyak lagi pertanyaan yang dapat dan sering muncul berkaitan dengan malam Al-Qadar itu.

Menurut Quraish Shihab, yang pasti dan harus diimani oleh setiap Muslim berdasarkan pernyataan Al-Quran bahwa, "Ada suatu malam yang bernama Lailat Al-Qadar, dan bahwa malam itu adalah malam yang penuh berkah, di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan penuh kebijaksanaan."

"Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami". (QS Al-Dukhan [44]: 3-5).



Malam tersebut terjadi pada bulan Ramadan, karena kitab suci menginformasikan bahwa ia diturunkan Allah pada bulan Ramadan ( QS Al-Baqarah [2] : 185) serta pada malam Al-Qadar ( QS Al-Qadr [97] : l).

Malam tersebut adalah malam mulia. Tidak mudah diketahui betapa besar kemuliannya. Hal ini disyaratkan oleh adanya "pertanyaan" dalam bentuk pengagungan, yaitu: "Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?" ( QS Al-Qadr [97] : 2)

Quraish Shihab menjelaskan, 13 kali kalimat ma adraka terulang dalam Al-Quran, 10 di antaranya mempertanyakan tentang kehebatan yang berkait dengan hari kemudian, seperti: Ma adraka ma yaum al-fashl, dan sebagainya. Kesemuanya merupakan hal yang tidak mudah dijangkau oleh akal pikiran manusia, kalau enggan berkata mustahil dijangkaunya. Tiga kali ma adraka sisa dari angka tiga belas itu adalah:

"Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?" ( QS Al-Thariq [86] : 2)

"Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?" ( QS Al-Balad [90] : 12)

"Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?" ( QS Al-Qadr [97] : 2)



Pemakaian kata-kata ma adraka dalam Al-Quran, kata Quraish Shihab, berkaitan dengan objek pertanyaan yang menunjukkan hal-hal yang sangat hebat, dan sulit dijangkau hakikatnya secara sempurna oleh akal pikiran manusia.

Walaupun demikian, sementara ulama membedakan antara pertanyaan ma adraka dan ma yudrika yang juga digunakan Al-Quran dalam tiga ayat.

"Dan tahukah kamu, boleh jadi hari berbangkit itu adalah dekat waktunya?" ( QS Al-Ahzab [33] : 63)

"Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat?" ( QS Al-Syura [42] : 17)

"Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan diri (dan dosa)?" ( QS 'Abasa [80] : 3).

Dua ayat pertama di atas, kata Quraish Shihab, mempertanyakan dengan ma yudrika menyangkut waktu kedatangan kiamat, sedang ayat ketiga berkaitan dengan kesucian jiwa manusia. Ketiga hal tersebut tidak mungkin diketahui manusia.



Quraish Shihab mengatakan secara gamblang Al-Qur'an --demikian pula As-Sunnah-- menyatakan bahwa Nabi SAW tak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, tidak pula mengetahui tentang perkara yang gaib. Ini berarti bahwa ma yudrika digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui walau oleh Nabi SAW sendiri, sedang wa ma adraka, walau berupa pertanyaan namun pada akhirnya Allah SWT menyampaikannya kepada Nabi SAW sehingga informasi lanjutan dapat diperoleh dari beliau. "Demikian perhedaan kedua kalimat tersebut," jelasnya.

Ini berarti bahwa persoalan Lailat Al-Qadar, harus dirujuk kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, karena di sanalah kita dapat memperoleh informasinya.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1331 seconds (0.1#10.140)