Pentingnya Mengajak Anak Menghidupkan Lailatul Qadar

Senin, 25 April 2022 - 18:30 WIB
loading...
Pentingnya Mengajak Anak Menghidupkan Lailatul Qadar
Orang tua perlu mengajak anak-anak dan mengenalkan mereka untuk menghidupkan Lailatul Qadar, salah satunya mengajak anak-anak ke masjid dan beribadah di tempat suci ini. Foto ilustrasi/ist
A A A
Begitu besar imbalan yang akan Allah berikan kepada hamba-Nya yang menghidupkan Lailatul Qadar . Karena istimewanya, setiap orang tua hendaknya tidak melupakan untuk mengajak anak-anaknya menghidupkan Lailatul Qadar dengan beribadah, taqarrub ilallah. Sebab ibadah adalah manifestasi dari garizah tadayyun (naluri beragama).

Dan salah satu bagian dari penguatan garizah tadayyun anak dengan mengajaknya beribadah di malam Qadar. Orang tua harus mulai mempersiapkan dengan mengikutsertakan anak-anaknya, mulai dari mencari Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Perhatikan, sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,

“Barang siapa sholat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari)


Kenapa anak perlu diikutsertakan? Penting, anak usia prabalig dipahamkan tentang keutamaan Lailatul Qadar dan beribadah di dalamnya. Seribu bulan jika dikonversi ke dalam tahun, maka sekitar 83 tahun. Maka, sholat di malam Qadar seperti halnya melakukan sholat selama 83 tahun. Masyaallah.

Selain dari besarnya pahala yang akan didapatkan, juga dosa-dosa yang telah lalu akan diampuni oleh Allah SWT. Doa-doa yang dipanjatkan akan dikabulkan. Pada malam Qadar semua malaikat termasuk malaikat Jibril turun ke bumi dan mengaminkan setiap doa hamba yang menghidupkan malam Qadar. Semua dilakukan hamba dengan landasan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah SWT

Ceritakan kepada anak bagaimana Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, di saat sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebab, Nabi Muhammad adalah teladan anak-anak muslim.

Dari Aisyah radhiyallahu'anha, ia berkata bahwa "Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR Muslim)

Aisyah juga menuturkan, “Rasulullah saw. biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membangunkan keluarganya dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (HR Tirmidzi).

Mengajak anak ke masjid dan berniat iktikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan. Iktikaf terutama di malam-malam ganjil, dengan berharap dipertemukan dengan Lailatul Qadar di Rumah Allah.

Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu'anha juga pernah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, seandainya aku bertepatan dengan malam Lailatulqadar, doa apa yang aku katakan?” Rasulullah SAW. menjawab, “Katakan, Allahumma innaKa afuwwun tuhibbul afwa fa’fu annii (Ya Allah Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku.)” (HR Tirmidzi)


Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4946 seconds (0.1#10.140)