Hadis yang Menjelaskan Makna Malam Kemuliaan Itu Lebih Baik daripada Seribu Bulan
loading...
A
A
A
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan". ( Al-Qadr : 1-3)
Ayat ini turun tatkala kaum muslimin merasa kagum dengan lelaki Bani Israil yang berjihad di jalan Allah selama seribu bulan. Hadis ini dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan dari Mujahid bahwa Nabi Muhammad SAW menceritakan tentang seorang lelaki dari kalangan Bani Israil yang menyandang senjatanya selama seribu bulan dalam berjihad di jalan Allah SWT. Maka kaum muslim merasa kagum dengan perihal lelaki Bani Israil itu.
Mujahid melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Allah SWT menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Al-Qur'an ) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. ( Al-Qadr : 1-3) "Maksudnya, lebih baik daripada lelaki itu menyandang senjatanya selama seribu bulan dalam berjihad di jalan Allah," tutur Ibnu Katsir.
Hal senada juga diriwayatkan Ibnu Jarir. Dari Mujahid yang mengatakan bahwa dahulu di kalangan kaum Bani Israil terdapat seorang lelaki yang malam harinya melakukan qiyam hingga pagi hari, kemudian di siang harinya ia berjihad di jalan Allah hingga petang hari.
Dia mengerjakan amalan ini selama seribu bulan, maka Allah menurunkan firman-Nya: Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (Al-Qadar: 3) Yakni melakukan qiyam di malam kemuliaan itu lebih baik daripada amalan laki-laki Bani Israil itu.
Hadis lainnya dari Ibnu Abu Hatim yang mengatakan dari Ali ibnu Urwah bahwa di suatu hari Rasulullah SAW menceritakan tentang kisah empat orang lelaki dari kalangan kaum Bani Israil (di masa lalu). Mereka menyembah Allah selama delapan puluh tahun tanpa melakukan kedurhakaan kepada-Nya barang sekejap mata pun.
Beliau SAW menyebutkan nama mereka, yaitu Ayyub , Zakaria, Hizkil ibnul Ajuz, dan Yusya' ibnu Nun .
Ali ibnu Urwah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu para sahabat Rasulullah SAW merasa kagum dengan amalan mereka. Maka datanglah Jibril kepada Nabi SAW dan berkata, "Hai Muhammad, umatmu merasa kagum dengan ibadah mereka selama delapan puluh tahun itu tanpa berbuat durhaka barang sekejap mata pun. Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan hal yang lebih baik daripada itu."
Kemudian Malaikat Jibril as membacakan kepadanya firman Allah SWT: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (Al-Qadar: 1-3)
Ini lebih baik daripada apa yang engkau dan umatmu kagumi. Maka bergembiralah karenanya Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersamanya saat itu.
Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa telah sampai kepadaku dari Mujahid sehubungan dengan malam kemuliaan lebih baik daripada seribu bulan. Bahwa amalan, puasa, dan qiyamnya lebih baik daripada melakukan hal yang sama dalam seribu bulan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan dari Mujahid yang mengatakan bahwa malam kemuliaan lebih baik daripada seribu bulan yang di dalam bulan-bulannya tidak terdapat malam Lailatulqadar.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah ibnu Di'amah dan Imam Syafii serta yang lainnya yang bukan hanya seorang. Amr ibnu Qais Al-Mala'i telah mengatakan bahwa melakukan suatu amalan di malam kemuliaan lebih baik daripada melakukan amalan selama seribu bulan.
Ibnu Katsir mengatakan pendapat yang menyebutkan bahwa malam Lailatulqadar itu lebih afdal daripada melakukan ibadah selama seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatulqadar, merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir, dan pendapat inilah yang benar, bukan yang lainnya.
Pengertian ini sama dengan apa yang disebutkan dalam sabda Nabi SAW yang mengatakan:
«رِبَاطُ لَيْلَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ لَيْلَةٍ فِيمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَنَازِلِ»
Berjaga-jaga selama semalam di jalan Allah (jihad) lebih baik daripada seribu malam di tempat-tempat yang lainnya. (HR Imam Ahmad).
Sebagaimana pula yang disebutkan berkenaan dengan keutamaan seseorang yang datang ke salat Jumat dengan penampilan yang baik dan niat yang saleh, bahwa dicatatkan baginya amal selama satu tahun, berikut pahala puasa dan qiyamnya. Dan masih banyak lagi nas-nas lainnya yang semakna.
Imam Ahmad mengatakan dari Abu Hurairah ra yang menceritakan bahwa ketika Ramadan tiba, Rasulullah SAW bersabda: "Telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang diberkati, Allah telah memfardukan bagimu melakukan puasa padanya. Di dalamnya dibukakan semua pintu surga dan ditutup rapat-rapat semua pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya, berarti dia telah terhalang (dari semua kebaikan)."
Mengingat melakukan ibadah di dalam malam Lailatulqadar sebanding pahalanya dengan melakukan ibadah selama seribu bulan, telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barang siapa yang melakukan qiyam (salat sunat) di malam Lailatulqadar karena iman dan mengharapkan pahala dan rida Allah, maka diampunilah baginya semua dosanya yang terdahulu.
Ayat ini turun tatkala kaum muslimin merasa kagum dengan lelaki Bani Israil yang berjihad di jalan Allah selama seribu bulan. Hadis ini dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan dari Mujahid bahwa Nabi Muhammad SAW menceritakan tentang seorang lelaki dari kalangan Bani Israil yang menyandang senjatanya selama seribu bulan dalam berjihad di jalan Allah SWT. Maka kaum muslim merasa kagum dengan perihal lelaki Bani Israil itu.
Mujahid melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Allah SWT menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Al-Qur'an ) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. ( Al-Qadr : 1-3) "Maksudnya, lebih baik daripada lelaki itu menyandang senjatanya selama seribu bulan dalam berjihad di jalan Allah," tutur Ibnu Katsir.
Hal senada juga diriwayatkan Ibnu Jarir. Dari Mujahid yang mengatakan bahwa dahulu di kalangan kaum Bani Israil terdapat seorang lelaki yang malam harinya melakukan qiyam hingga pagi hari, kemudian di siang harinya ia berjihad di jalan Allah hingga petang hari.
Dia mengerjakan amalan ini selama seribu bulan, maka Allah menurunkan firman-Nya: Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (Al-Qadar: 3) Yakni melakukan qiyam di malam kemuliaan itu lebih baik daripada amalan laki-laki Bani Israil itu.
Hadis lainnya dari Ibnu Abu Hatim yang mengatakan dari Ali ibnu Urwah bahwa di suatu hari Rasulullah SAW menceritakan tentang kisah empat orang lelaki dari kalangan kaum Bani Israil (di masa lalu). Mereka menyembah Allah selama delapan puluh tahun tanpa melakukan kedurhakaan kepada-Nya barang sekejap mata pun.
Beliau SAW menyebutkan nama mereka, yaitu Ayyub , Zakaria, Hizkil ibnul Ajuz, dan Yusya' ibnu Nun .
Baca Juga
Ali ibnu Urwah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu para sahabat Rasulullah SAW merasa kagum dengan amalan mereka. Maka datanglah Jibril kepada Nabi SAW dan berkata, "Hai Muhammad, umatmu merasa kagum dengan ibadah mereka selama delapan puluh tahun itu tanpa berbuat durhaka barang sekejap mata pun. Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan hal yang lebih baik daripada itu."
Kemudian Malaikat Jibril as membacakan kepadanya firman Allah SWT: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (Al-Qadar: 1-3)
Ini lebih baik daripada apa yang engkau dan umatmu kagumi. Maka bergembiralah karenanya Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersamanya saat itu.
Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa telah sampai kepadaku dari Mujahid sehubungan dengan malam kemuliaan lebih baik daripada seribu bulan. Bahwa amalan, puasa, dan qiyamnya lebih baik daripada melakukan hal yang sama dalam seribu bulan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan dari Mujahid yang mengatakan bahwa malam kemuliaan lebih baik daripada seribu bulan yang di dalam bulan-bulannya tidak terdapat malam Lailatulqadar.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah ibnu Di'amah dan Imam Syafii serta yang lainnya yang bukan hanya seorang. Amr ibnu Qais Al-Mala'i telah mengatakan bahwa melakukan suatu amalan di malam kemuliaan lebih baik daripada melakukan amalan selama seribu bulan.
Ibnu Katsir mengatakan pendapat yang menyebutkan bahwa malam Lailatulqadar itu lebih afdal daripada melakukan ibadah selama seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatulqadar, merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir, dan pendapat inilah yang benar, bukan yang lainnya.
Pengertian ini sama dengan apa yang disebutkan dalam sabda Nabi SAW yang mengatakan:
«رِبَاطُ لَيْلَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ لَيْلَةٍ فِيمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَنَازِلِ»
Berjaga-jaga selama semalam di jalan Allah (jihad) lebih baik daripada seribu malam di tempat-tempat yang lainnya. (HR Imam Ahmad).
Sebagaimana pula yang disebutkan berkenaan dengan keutamaan seseorang yang datang ke salat Jumat dengan penampilan yang baik dan niat yang saleh, bahwa dicatatkan baginya amal selama satu tahun, berikut pahala puasa dan qiyamnya. Dan masih banyak lagi nas-nas lainnya yang semakna.
Imam Ahmad mengatakan dari Abu Hurairah ra yang menceritakan bahwa ketika Ramadan tiba, Rasulullah SAW bersabda: "Telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang diberkati, Allah telah memfardukan bagimu melakukan puasa padanya. Di dalamnya dibukakan semua pintu surga dan ditutup rapat-rapat semua pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya, berarti dia telah terhalang (dari semua kebaikan)."
Mengingat melakukan ibadah di dalam malam Lailatulqadar sebanding pahalanya dengan melakukan ibadah selama seribu bulan, telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barang siapa yang melakukan qiyam (salat sunat) di malam Lailatulqadar karena iman dan mengharapkan pahala dan rida Allah, maka diampunilah baginya semua dosanya yang terdahulu.
(mhy)