Mencontoh Rasulullah SAW: Menyambut Lailatulqadar dengan Iktikaf

Rabu, 12 April 2023 - 04:00 WIB
loading...
Mencontoh Rasulullah SAW: Menyambut Lailatulqadar dengan Iktikaf
Banyak hadis sahih yang menginformasikan perihal iktikaf. Foto/Ilustrasi: istanbul tour studio
A A A
Rasulullah SAW menyambut kedatangan Lailatulqadar dengan iktikaf . Beliau menganjurkan sambil mengamalkan iktikaf di masjid dalam rangka perenungan dan penyucian jiwa.

Prof Dr Muhammad Quraish Shihab, MA mengatakan masjid adalah tempat suci. Segala aktivitas kebajikan bermula di masjid. "Di masjid pula seseorang diharapkan merenung tentang diri dan masyarakatnya, serta dapat menghindar dari hiruk pikuk yang menyesakkan jiwa dan pikiran guna memperoleh tambahan pengetahuan dan pengayaan iman," ujar Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Wawasan al-Quran ".

Itu sebabnya, kata Quraish Shihab, ketika melaksanakan iktikaf, dianjurkan untuk memperbanyak doa dan bacaan Al-Quran , atau bahkan bacaan-bacaan lain yang dapat memperkaya iman dan takwa.

Quraish Shihab menjelaskan malam Qadar yang ditemui atau yang menemui Nabi pertama kali adalah ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri beliau dan masyarakat. Saat jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah Ar-Ruh (Jibril) membawa ajaran dan membimbing beliau sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidup beliau bahkan perjalanan hidup umat manusia.

"Karena itu pula beliau mengajarkan kepada umatnya, dalam rangka menyambut kehadiran Lailat Al-Qadar itu, antara lain adalah melakukan iktikaf," jelasnya.



Walaupun iktikaf dapat dilakukan kapan saja, dan dalam waktu berapa lama saja --bahkan dalam pandangan Imam Syafi'i, walau sesaat selama dibarengi oleh niat yang suci-- namun Nabi SAW selalu melakukannya pada sepuluh hari dan malam terakhir bulan puasa. Di sanalah beliau bertadarus dan merenung sambil berdoa.

Salah satu doa yang paling sering beliau baca dan hayati maknanya adalah: "Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan peliharalah kami dan siksa neraka." ( QS Al-Baqarah [2]: 201 ).

Quraish Shihab menjelaskan doa ini bukan sekadar berarti permohonan untuk memperoleh kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, tetapi ia lebih-lebih lagi bertujuan untuk memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebajikan dimaksud, karena doa mengandung arti permohonan yang disertai usaha.

Permohonan itu juga berarti upaya untuk menjadikan kebajikan dan kebahagiaan yang diperoleh dalam kehidupan dunia ini, tidak hanya terbatas dampaknya di dunia, tetapi berlanjut hingga hari kemudian kelak.



Hadis Sahih Mengenai Iktikaf

Sementara itu dalam kitab "Ad-Du’aa’ wal I’tikaaf karya Syaikh Samir bin Jamil bin Ahmad ar-Radhi" yang diterjemahkan Abu Ihsan al-Atsari menjadi "I’tikaf Menurut Sunnah yang Shahih" menyampaikan sejumlah hadis sahih mengenai iktikaf.

Hadis-hadis itu antara lain:

1. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha bahwa ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan iktikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian aku melakukan iktikaf setelah beliau.”

2. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan iktikaf sepuluh hari terakhir di setiap bulan Ramadan. Pada tahun beliau diwafatkan, beliau iktikaf selama dua puluh hari.”

3. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, bahwa ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan iktikaf pada sepuluh akhir di bulan Ramadan dan bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.

‘Carilah lailatulqadar pada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadan.’”

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3072 seconds (0.1#10.140)