Kisah Nabi Daud Disindir Ulat Merah, Ini Penyebabnya
loading...
A
A
A
Kisah tentang Nabi Daud disindir ulat merah ini disampaikan Imam Al-Gazali dalam kitabnya, Mukâsyafah al-Qulûb al-Muqarrab Ilâ Ḥaḍrah ‘Allâm al-Guyûb.
Suatu ketika Nabi Daud as duduk di dalam ruang peribadatannya sembari membaca kitab Zabur. Tiba-tiba beliau melihat seekor ulat merah sedang berjalan di atas tanah. Kemudian, beliau berkata kepada dirinya, “apa yang sebenarnya diinginkan oleh Allah menciptakan makhluk semacam ini?”
Mendengar pernyataan itu, akhirnya Allah memberikan kekuasaan berbicara kepada ulat merah tadi. Sehingga ia menjawab pertanyaan Nabi Daud as tersebut seraya berkata:
“Wahai Nabi Allah, aku diciptakan oleh Allah ke muka bumi tidak lain dan tidak bukan untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, setiap hari aku berzikir, subḥâna allâh wal ḥamdu li allâh wa lâ ilâha illâ allâh wa allâh akbar, sebanyak seribu kali. Ketika malam tiba, aku tak henti-henti membaca salawat, allâhumma ṣalli ‘alâ muḥammad an-nabiyyi al-ummiyyi wa ‘alâ âlihî wa ṣaḥbihî wa sallim, sebanyak seribu kali juga, sebagaimana perintah Allah kepadaku. Lalu bagaimana dengan dirimu? Apa yang telah engkau baca untuk memuji Allah dalam setiap hari dan malam, sehingga engkau berani berkata demikian?”
Setelah mendengar penuturan dan sindiran ulat merah tersebut, maka Nabi Daud as langsung menyesali perbuatannya. Hatinya bergetar karena takut kepada Allah dan langsung bertobat serta tawakal kepadaNya.
Surat al-Isrâ’
Cerita tentang bertasbihnya ulat merah ini sesuai dengan surat al-Isrâ’ (17): 44 yang berbunyi:
Artinya: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.
Menurut Imam aṣ-Ṣâwî dalam kitabnya, Ḥâsyiyah al-‘Allâmah aṣ-Ṣâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain, ayat ini memberikan pemahaman bahwa semua makhluk Allah, seperti malaikat, manusia, jin, binatang, tumbuhan, bebatuan, dan benda-benda keras lainnya bertasbih kepadaNya.
Imam Ad-Dîba’î pun memberikan untaian indah dalam Mawlid ad-Dîba’î bahwa manusia, benda, bebatuan, dan binatang semuanya bertauhid kepada Allah SWT.
Suatu ketika Nabi Daud as duduk di dalam ruang peribadatannya sembari membaca kitab Zabur. Tiba-tiba beliau melihat seekor ulat merah sedang berjalan di atas tanah. Kemudian, beliau berkata kepada dirinya, “apa yang sebenarnya diinginkan oleh Allah menciptakan makhluk semacam ini?”
Mendengar pernyataan itu, akhirnya Allah memberikan kekuasaan berbicara kepada ulat merah tadi. Sehingga ia menjawab pertanyaan Nabi Daud as tersebut seraya berkata:
“Wahai Nabi Allah, aku diciptakan oleh Allah ke muka bumi tidak lain dan tidak bukan untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, setiap hari aku berzikir, subḥâna allâh wal ḥamdu li allâh wa lâ ilâha illâ allâh wa allâh akbar, sebanyak seribu kali. Ketika malam tiba, aku tak henti-henti membaca salawat, allâhumma ṣalli ‘alâ muḥammad an-nabiyyi al-ummiyyi wa ‘alâ âlihî wa ṣaḥbihî wa sallim, sebanyak seribu kali juga, sebagaimana perintah Allah kepadaku. Lalu bagaimana dengan dirimu? Apa yang telah engkau baca untuk memuji Allah dalam setiap hari dan malam, sehingga engkau berani berkata demikian?”
Setelah mendengar penuturan dan sindiran ulat merah tersebut, maka Nabi Daud as langsung menyesali perbuatannya. Hatinya bergetar karena takut kepada Allah dan langsung bertobat serta tawakal kepadaNya.
Surat al-Isrâ’
Cerita tentang bertasbihnya ulat merah ini sesuai dengan surat al-Isrâ’ (17): 44 yang berbunyi:
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا
Artinya: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.
Menurut Imam aṣ-Ṣâwî dalam kitabnya, Ḥâsyiyah al-‘Allâmah aṣ-Ṣâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain, ayat ini memberikan pemahaman bahwa semua makhluk Allah, seperti malaikat, manusia, jin, binatang, tumbuhan, bebatuan, dan benda-benda keras lainnya bertasbih kepadaNya.
Imam Ad-Dîba’î pun memberikan untaian indah dalam Mawlid ad-Dîba’î bahwa manusia, benda, bebatuan, dan binatang semuanya bertauhid kepada Allah SWT.
(mhy)