Meneladani Ibrahim (1): Kebesaran Allah dan Kehidupan
loading...
A
A
A
Penciptaan kita sebagai manusia (insan, basyar atau Bani Adam) itu sendiri. Sungguh sebuah kenikmatan dan kemuliaan yang luar biasa:
ولقد كرمنا بني ادم
"Sesunggguhnya Kami telah muliakan anak cucu Adam (manusia)."
Penciptaan kita sebagai ciptaan terbaik, the best design (ahsanu taqwiim) merupakan bentuk kenikmatan yang luar biasa. Keindahan, kenyamanan dan kesempurnaan penciptaan kita sebagai manusia, sungguh kenikmatan yang menuntut kesadaran rasa syukur dari kita semua.
Dijadikannya manusia sebagai makhluk yang memiliki kapasitas akal atau fikir, menjadikan makhluk lain irihati. Dengan kemampuan inilah manusia mampu berinovasi dalam rangka mengemban amanah kekhilafahannya di atas bumi ini:
وعلم آدم الأسماء كلها ثم عرضهم علي الملائكة فقال أنبئوني بأسماء هؤلاء ان كُنتُم صادقين
"Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya. Kemudian Dia (Allah) menanyakan kepada para malaikat (tentang nama-nama itu). Maka Allah berkata: sebutkan kepadaKu nama-nama semuanya jika kalian mengaku benar."
Nikmat Iman dan Islam
Tapi perlu kita kembali menyadari bahwa dari semua nikmat yang Allah karuniakan itu, nikmat iman dan Islamlah yang menjadi fondasi dan penentu. Karunia apapun akan menjadi nikmat jika dibangun di atas fondasi iman. Sebaliknya, karunia apapun jika tidak dibarengi iman justeru bisa menjadi niqmah atau musibah kehidupan.
Dunia Barat dengan segala kemajuan material, perkembangan sains dan teknolog, khususnya dalam dunia informasi saat ini terbukti gagal memberikan ketenangan dan kebahagiaan hidup. Sebuah realita bahwa hidup tanpa iman dan Islam adalah kehidupan yang gagal, walau bergelimang dengan kemajuan materi.
Realita ini harus menyadarkan kita untuk mensyukuri dan selalu meninggikan value atau nilai iman dan Islam kita.
ولكن الله حبب إليكم الإيمان وزينه في قلوبكم وكزه إليكم الكفر والفسوق والعصيان أولائك هم الراشدون. فضلا منالله ونعمة والله عليم حكيم
"Akan tetapi Allah menjadikan engkau mencintai keimanan, membenci kekufuran, kefasikan dan dosa-dosa. Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Itulah keutamaan dan kenikmatan dari Allah. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Idul Adha dan Ketauladanan Ibrahim
Perayaan Idul Adha yang umat Islam rayakan di seantero dunia sarat dengan makna dan nilai-nilai kehidupan yang sangat luar biasa. Ada makna hidup dan ujian, makna ketaatan dan pengorbanan, makna soliditas mental dan kekokohan iman, sekaligus mengajarkan nilai-nilai kehidupan kolektif dan kepemimpinan.
Dan yang teristimewa dari semua itu adalah kenyataan bahwa semua ini sangat erat dengan sejarah hidup Ibrahim AS. Maka sangat wajar, jika perayaan Idul Adha itu adalah bentuk kenangan sekaligus ketauladanan kita kepada Nabiyullah Ibrahim.
Umat ini memang diperintah untuk menauladani Ibrahim:
واتبعوا ملة ابراهيم
"Dan teladanilah millah Ibrahim ."
Haji, Ibrahim dan kurban memang menjadi tema utama dari Idul Adha yang yang dirayakan. Karena memang Ibrahim menjadi simbol kesempurnaan dalam pengabdian dan kemuliaan akhlak. Sementara Haji adalah ibadah yang menjadi miniatur kehidupan manusia. Dan semua itu hanya dapat diwujudkan dengan semangat pengorbanan.
Ibrahim-lah yang pertama kali diperintah untuk mengumandangkan kewajiban haji kepada umat manusia:
واذذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلي كل ضامر يأتين من كل فج عميق
ولقد كرمنا بني ادم
"Sesunggguhnya Kami telah muliakan anak cucu Adam (manusia)."
Penciptaan kita sebagai ciptaan terbaik, the best design (ahsanu taqwiim) merupakan bentuk kenikmatan yang luar biasa. Keindahan, kenyamanan dan kesempurnaan penciptaan kita sebagai manusia, sungguh kenikmatan yang menuntut kesadaran rasa syukur dari kita semua.
Dijadikannya manusia sebagai makhluk yang memiliki kapasitas akal atau fikir, menjadikan makhluk lain irihati. Dengan kemampuan inilah manusia mampu berinovasi dalam rangka mengemban amanah kekhilafahannya di atas bumi ini:
وعلم آدم الأسماء كلها ثم عرضهم علي الملائكة فقال أنبئوني بأسماء هؤلاء ان كُنتُم صادقين
"Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya. Kemudian Dia (Allah) menanyakan kepada para malaikat (tentang nama-nama itu). Maka Allah berkata: sebutkan kepadaKu nama-nama semuanya jika kalian mengaku benar."
Nikmat Iman dan Islam
Tapi perlu kita kembali menyadari bahwa dari semua nikmat yang Allah karuniakan itu, nikmat iman dan Islamlah yang menjadi fondasi dan penentu. Karunia apapun akan menjadi nikmat jika dibangun di atas fondasi iman. Sebaliknya, karunia apapun jika tidak dibarengi iman justeru bisa menjadi niqmah atau musibah kehidupan.
Dunia Barat dengan segala kemajuan material, perkembangan sains dan teknolog, khususnya dalam dunia informasi saat ini terbukti gagal memberikan ketenangan dan kebahagiaan hidup. Sebuah realita bahwa hidup tanpa iman dan Islam adalah kehidupan yang gagal, walau bergelimang dengan kemajuan materi.
Realita ini harus menyadarkan kita untuk mensyukuri dan selalu meninggikan value atau nilai iman dan Islam kita.
ولكن الله حبب إليكم الإيمان وزينه في قلوبكم وكزه إليكم الكفر والفسوق والعصيان أولائك هم الراشدون. فضلا منالله ونعمة والله عليم حكيم
"Akan tetapi Allah menjadikan engkau mencintai keimanan, membenci kekufuran, kefasikan dan dosa-dosa. Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Itulah keutamaan dan kenikmatan dari Allah. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Idul Adha dan Ketauladanan Ibrahim
Perayaan Idul Adha yang umat Islam rayakan di seantero dunia sarat dengan makna dan nilai-nilai kehidupan yang sangat luar biasa. Ada makna hidup dan ujian, makna ketaatan dan pengorbanan, makna soliditas mental dan kekokohan iman, sekaligus mengajarkan nilai-nilai kehidupan kolektif dan kepemimpinan.
Dan yang teristimewa dari semua itu adalah kenyataan bahwa semua ini sangat erat dengan sejarah hidup Ibrahim AS. Maka sangat wajar, jika perayaan Idul Adha itu adalah bentuk kenangan sekaligus ketauladanan kita kepada Nabiyullah Ibrahim.
Umat ini memang diperintah untuk menauladani Ibrahim:
واتبعوا ملة ابراهيم
"Dan teladanilah millah Ibrahim ."
Haji, Ibrahim dan kurban memang menjadi tema utama dari Idul Adha yang yang dirayakan. Karena memang Ibrahim menjadi simbol kesempurnaan dalam pengabdian dan kemuliaan akhlak. Sementara Haji adalah ibadah yang menjadi miniatur kehidupan manusia. Dan semua itu hanya dapat diwujudkan dengan semangat pengorbanan.
Ibrahim-lah yang pertama kali diperintah untuk mengumandangkan kewajiban haji kepada umat manusia:
واذذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلي كل ضامر يأتين من كل فج عميق