Ini Mengapa Nabi Muhammad SAW Menangis ketika Turunnya Surah Ali Imran Ayat 190
loading...
A
A
A
Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al-Wajiz menuturkan bahwa Al-Quran Surah Ali Imran ayat 190 diturunkan ketika suku Quraisy meminta Nabi SAW dengan berkata: “Bedoalah kepada Tuhanmu untuk menjadikan bukit Shafa menjadi emas”. Lalu beliau berdoa kepada Tuhan. Kemudian turunlah ayat ini:
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” ( QS Ali Imran ; 190)
Menurut Wahbah Zuhaili, alasan para kaum Quraish diperintahkan untuk memikirkan tentang penciptaan dan pembuatan langit dan bumi, pergantian malam dan siang hari sebab dalam pergantian keduanya dalam waktu yang lama maupun singkat, panas dan dingin, serta peristiwa lainnya itu mengandung dalil yang jelas atas keberadaan, kuasa dan keesaan Allah bagi orang-orang yang berakal sehat.
Turunnya ayat ini juga diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban di dalam kitab Shahihnya. Suatu hari ketika Bilal hendak azan salat Subuh, ia mendapati Nabi Muhammad SAW sedang menangis. “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu menangis?” tanya Bilal.
Nabi SAW menjawab, “Apa yang dapat melarangku untuk menangis, sedangkan telah turun kepadaku malam ini ayat: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”
Kemudian beliau bersabda, “Celakalah bagi orang yang membacanya namun ia tidak mau merenungkannya.”
Hadis di atas juga terdapat dalam riwayat imam Ibnul Mundzir, imam Ibnu Mardawaih, dan Imam Ibnu Abi Ad-Dunya di dalam kitab At-Tafakkur dari sayyidah ‘Aisyah ra.
Sementara perintah untuk memperhatikan pergantian malam menjadi siang menyimpan sebuah pesan tersendiri. Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, pergantian warna langit menjadi biru ke senja dan gelap merupakan sebuah kejadian alam yang menakjubkan.
Teks ayat tersebut, jelas Quraish, memberi isyarat pada fakta-fakta kosmis yang menunjuk pada keagungan Pencipta. Belakangan diketahui, bahwa fenomena alam yang cukup unik itu dilahirkan oleh bias cahaya langit yang berlapis-lapis, membentuk warna abu-abu dan terbawa oleh angin menuju kawasan cukup jauh di bagian tengah Afrika, menuju ke utara melewati bagian barat Asia dan dapat diamati dengan jelas di beberapa kawasan di Syria.
Peristiwa itu bisa ditafsirkan bahwa partikel-partikel halus debu yang beterbangan di angkasa telah menghalangi radiasi matahari, dan ketika semakin menipis warnanya berubah merah, kuning dan seterusnya.
Ayat ini mengajak kita sesekali untuk mengamati langit. Perbedaan rentang waktu siang dan malam adalah sebagai tanda-tanda kekuasaan Tuhan bagi para orang-orang yang mau merenung.
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” ( QS Ali Imran ; 190)
Menurut Wahbah Zuhaili, alasan para kaum Quraish diperintahkan untuk memikirkan tentang penciptaan dan pembuatan langit dan bumi, pergantian malam dan siang hari sebab dalam pergantian keduanya dalam waktu yang lama maupun singkat, panas dan dingin, serta peristiwa lainnya itu mengandung dalil yang jelas atas keberadaan, kuasa dan keesaan Allah bagi orang-orang yang berakal sehat.
Baca Juga
Turunnya ayat ini juga diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban di dalam kitab Shahihnya. Suatu hari ketika Bilal hendak azan salat Subuh, ia mendapati Nabi Muhammad SAW sedang menangis. “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu menangis?” tanya Bilal.
Nabi SAW menjawab, “Apa yang dapat melarangku untuk menangis, sedangkan telah turun kepadaku malam ini ayat: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”
Kemudian beliau bersabda, “Celakalah bagi orang yang membacanya namun ia tidak mau merenungkannya.”
Hadis di atas juga terdapat dalam riwayat imam Ibnul Mundzir, imam Ibnu Mardawaih, dan Imam Ibnu Abi Ad-Dunya di dalam kitab At-Tafakkur dari sayyidah ‘Aisyah ra.
Sementara perintah untuk memperhatikan pergantian malam menjadi siang menyimpan sebuah pesan tersendiri. Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, pergantian warna langit menjadi biru ke senja dan gelap merupakan sebuah kejadian alam yang menakjubkan.
Teks ayat tersebut, jelas Quraish, memberi isyarat pada fakta-fakta kosmis yang menunjuk pada keagungan Pencipta. Belakangan diketahui, bahwa fenomena alam yang cukup unik itu dilahirkan oleh bias cahaya langit yang berlapis-lapis, membentuk warna abu-abu dan terbawa oleh angin menuju kawasan cukup jauh di bagian tengah Afrika, menuju ke utara melewati bagian barat Asia dan dapat diamati dengan jelas di beberapa kawasan di Syria.
Peristiwa itu bisa ditafsirkan bahwa partikel-partikel halus debu yang beterbangan di angkasa telah menghalangi radiasi matahari, dan ketika semakin menipis warnanya berubah merah, kuning dan seterusnya.
Ayat ini mengajak kita sesekali untuk mengamati langit. Perbedaan rentang waktu siang dan malam adalah sebagai tanda-tanda kekuasaan Tuhan bagi para orang-orang yang mau merenung.
(mhy)