Dalil-dalil Hadis Tentang Keutamaan Puasa Asyura

Rabu, 19 Juli 2023 - 11:08 WIB
loading...
Dalil-dalil Hadis Tentang...
Keutamaan puasa Asyura banyak diterangkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang derajatnya shahih dan bisa diamalkan. Foto ilustrasi/ist
A A A
Keutamaan puasa Asyura (10 Muharram) banyak diterangkan dalam beberapa hadis Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Menurut Ustaz Miftah el-Banjary, Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an semua hadis mengenai hari 'Asyura kebanyakan derajatnya Shahih dan dapat diamalkan.

Di antaranya:

Hadis I:

قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهَا


Rasulullah SAW bersabda: "Puasa hari 'Asyura aku berharap Allah akan menghapuskan dosa selama setahun".

Hadis ini diriwayatkan oleh Abi Qatadah dari Rasulullah dengan jalur sanad diriwayatkan selanjutnya oleh Abdullah bin Ma'bad az-Zamani kepada Ghaylan bin Jarir kepada Hamad bin Zayd. Imam Muslim menshahihkan hadis ini.

Hadis II:

قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صوموا قبله يوما وبعده يوما وخالفوا سنة اليهود


"Berpuasalah satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya (10 Muharram ) dan selisihilah tradisi orang-orang Yahudi."

Hadis ini pula disahihkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal pada No. Hadis 2154. Hadis ini muncul saat Rasulullah SAW pertama kali berhijrah ke Madinah dan mendapati kebiasaan penduduk Yahudi Madinah yang berpuasa pada setiap tanggal 10 Muharram.

Rasulullah SAW bertanya, "Hari apa hari ini?!" Dijawab oleh orang Yahudi, "Hari ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Nabi Musa!"

Lantas Rasulullah SAW bersabda:

نحن أولى بموسى منكم وأمر بصيامه


"Kami lebih utama mencintai Musa daripada kalian, lantas Rasulullah SAW memerintahkan berpuasa..."

Bahkan kemudian Rasulullah SAW pernah bersabda:

عشت لقابل لأصومنّ التّاسع والعاشر


"Sekiranya aku masih berusia sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh.."

Namun, ketika itu Rasulullah SAW belum sempat menjalankan niat beliau berpuasa di hari kesembilan, sebab Allah lebih dahulu mewafatkan beliau.

Ibnu Abbas manakala mengomentari hadis di atas mengatakan bahwa maksud dari ucapan Nabi SAW di atas bahwasanya Rasulullah SAW berkeinginan untuk menggeser puasa Asyura di hari kesepuluh ke hari yang kesembilan dari bulan Muharram agar tidak tasyabuh dengan tradisi orang-orang Yahudi.

Menurut sebagian pendapat dari kalangan para ulama bahwa puasa Asyura pada awalnya diwajibkan pada umat terdahulu sebelum bulan Ramadhan, namun digantikan dengan kewajiban puasa Ramadhan bagi umat Nabi akhir zaman. Memang bulan Muharram , terlebih pada hari Asyura terdapat banyak peristiwa bersejarah bagi para Nabi Bani Israel, di antaranya:

(1) Diciptakan Nabi Adam 'alahisslam (AS), dimasukkan Nabi Adam ke dalam surga dan diterimanya taubat Nabi Adam.
(2) Hari diciptakannya singgasana 'Arasy, Kursy, Langit, Bumi, Bulan, Matahari, Bintang dan Jannah.
(3) Dilahirkannya Nabi Ibrahim AS dan diselamatkannya dari kawah api Namrudz.
(4) Allah Ta'ala menyelamatkan Nabi Musa dari kejaran Fir'aun dan menenggalamkan Fir'aun.
(5) Dilahirkannya Nabi Isa dan diangkat ke langit.
(6) Diangkat Nabi Idris ke langit.
(7) Diselamatkannya bahtera Nabi Nuh mendarat di bukit Judy.
(8) Pemberian singgasana kerajaan pada Nabi Sulaiman.
(9) Keluarnya Nabi Yunus dari perut ikan
(10) Disembuhkan kebutaan Nabi Ya'kub
(11) Dibebaskan Nabi Yusuf dari penjara dan tuduhan fitnah.
(12) Selesainya ujian bagi Nabi Ayyub.
(13) Diturunkannya hujan pertama kali di dunia.

Semua itu menandai kemuliaan serta keutamaan bulan Muharram , khususnya hari Asyura . Bahkan, dalam sebuah hadits shahih disebutkan keutamaan lainnya oleh Rasulullah SAW :

قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: من وسّع على عياله وأهله يوم عاشوراء وسّع اللّه عليه سائر سنته


"Barang siapa yang melapangkan bagi keluarganya pada hari 'Asyura , niscaya Allah akan melapangkan baginya kelapangan (rezeki) selama setahun."

Hadits ini shahih sebab diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari jalur periwayatan Jabir, Abdullah bin Mas'ud, dan Abi Said al-Khudrie.



Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2435 seconds (0.1#10.140)