Mengapa Manusia Diberi Ujian Hidup? Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
“Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Mahakaya, Mahamulia.” (QS. Al-Naml: 40).
Dengan kesadaran tersebut, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam lulus dari ujian itu lantaran ia selalu menggunakan kenikmatan tersebut guna mendekatkan diri kepada Allah. Allah pun mengabarkan bahwa ia termasuk sebaik-baik hamba karena ketaatan dan rasa syukurnya (QS. Shad: 30).
Maka, siapa yang senantiasa bersyukur atas karunia yang Allah berikan, ia layak dinyatakan sebagai pemilik iman yang jujur dan layak mendapatkan gelar sebagai sebaik-baik hamba.
4. Ujian Kesusahan yang Harus Disabari
Selain dari kenikmatan yang Allah karuniakan, dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan terlepas dari sesuatu yang tidak disenangi, baik berupa musibah, penyakit, kesusahan, maupun berbagai hal yang tidak sesuai dengan harapan. Semua itu merupakan ujian yang Allah berikan agar seseorang menjadi insan yang pandai bersabar.Untuk itu, mari kita mengingat kembali kisah Nabi Ayub ‘alaihissalam, di mana Allah mengujinya dengan penyakit yang menyerang seluruh tubuhnya, kecuali hati dan lisannya. Sehingga dengan keduanya ia selalu berbaik sangka dan berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Bahkan karena penyakit yang begitu parah, Nabi Ayub dijauhi masyarakat dan orang-orang terdekatnya, hingga diasingkan di dekat pembuangan sampah (Al-Syaqawi, Qishah Nabiyillah Ayyub, 1). Namun, dalam kondisi demikian Nabi Ayub ‘alaihissalam tetap bersabar, hingga Allah pun menyatakan lulus dan menyembuhkannya dari segala penyakit tersebut.
Demikianlah Nabi Ayub ‘alaihissalam lulus dan Allah kabarkan kepadanya, bahwa ia termasuk dari sebaik-baik hamba karena ketaatan dan kesabarannya atas musibah yang diberikan (QS. Shad: 38). Maka, siapa yang senantiasa bersabar atas musibah dan kesusahan yang ada, ia layak dinyatakan sebagai pemilik iman yang jujur dan layak mendapatkan gelar sebagai sebaik-baik hamba.
5. Ujian dari Musuh-Musuh Allah
Selain ujian perintah-larangan dan kenikmatan-kesusahan, bentuk ujian manusia yang lain adalah adanya musuh-musuh Islam, baik dari kalangan jin maupun manusia (QS. Fatir: 6; QS. Al-Nas: 6).Untuk itu, peperangan antara haq dan batil akan terus ada hingga hari kiamat. Semua ini merupakan ujian, agar manusia kembali mengingat Tuhannya, memerhatikan urusan saudaranya, dan menjaga ukhuwah serta persatuan Islam.
Oleh karenanya, mari kita mengingat kembali kisah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau selalu mendapat hinaan, cacian, siksaan, bahkan mendapat ancaman serta konspirasi pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Makkah dan jin yang menyamar menjadi manusia.
Namun demikian, Rasulullah tidak gentar dalam menyuarakan kebenaran. Rasulullah pun sangat memperhatikan urusan kaum muslimin dan bekerja sama untuk menjalin ukhuwah Islam demi tercapainya cita-cita mulia, yaitu membebaskan manusia dari peribadahan selain Allah, menuju kesucian ibadah hanya kepada-Nya.
Untuk itu, beliau adalah sebaik-baik nabi dan rasul yang diutus untuk seluruh manusia hingga hari kiamat. Sehingga siapa yang mencintai dan mengikuti jejak beliau, maka ia merupakan pemilik iman yang jujur dan akan masuk surga bersama kekasih tercintanya, Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahu A'lam
(wid)