Mengapa Manusia Diberi Ujian Hidup? Begini Penjelasannya

Kamis, 20 Juli 2023 - 13:29 WIB
loading...
Mengapa Manusia Diberi...
Ujian manusia ini diberikan lantaran kasih sayang Allah amat besar untuk mengetahui siapa yang imannya benar sehingga layak baginya surga dan siapa yang imannya dusta sehingga layak baginya neraka. Foto ilustrasi/ist
A A A
Ujian manusia dalam menjalani kehidupan dunia sudah ditetapkan Allah Subhanahu wa ta'ala. Ujian manusia ini diberikan lantaran kasih sayang Allah amat besar untuk mengetahui siapa yang imannya benar sehingga layak baginya surga dan siapa yang imannya dusta sehingga layak baginya neraka.

Dalam Al-Qur'an Allah Ta’ala berfiman :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ


“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al-‘Ankabut ayat 2-3)

Semakna dengan ayat tersebut, Khabbab bin Arat radhiyallahu ‘anhu pernah mengeluhkan beratnya siksaan yang dideritanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lantas beliau bersabda, “Wahai Khabbab, orang-orang sebelum kalian pernah disisir kepalanya dengan sisir besi sehingga urat dan daging terlepas dari tulangnya, tetapi mereka tidak berpaling dari agamanya. Ada pula yang dipenggal lehernya hingga kepalanya putus, namun ia tetap teguh dengan agamanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6943)

Mengapa manusia harus diberi ujian hidup? Ustadz Amir Sahidin MAg, dai sekaligus pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga menjelaskan, dalam berbagai literatur Islam yang ada, setidaknya ada lima bentuk ujian manusia yang hendaknya disadari.
Berikut penjelasannya:

1. Ujian Perintah yang Harus Dikerjakan

Dalam Islam banyak sekali perintah-perintah yang wajib untuk dikerjakan, sepeti salat, zakat, puasa, haji bila mampu, berbakti kepada orang tua, berkata jujur, dan menepati janji. Semua ini merupakan ujian manusia yang Allah berikan untuk menguji sesiapa yang imannya jujur dan sesiapa yang imannya dusta.

Terkait perintah-perintah ini, Rasulullah bersabda,

[arabOpenمَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ


“Apa yang aku larang hendaknya kalian menjauhinya dan apa-apa yang aku perintahkan kepada kalian hendaknya kalian melakukannya semampu kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 7288; HR. Muslim no. 1337)

Dari hadis tersebut terlihat bahwa kewajiban-kewajiban yang Allah bebankan merupakan ujian untuk dikerjakan semampunya bukan semaunya. Untuk itu, mari kita mengingat kembali kisah Nabi Ibarahim ‘alaihissalam, di mana Allah mengujinya dengan perintah yang wajib untuk dikerjakan.

Bahkan perintah tersebut, merupakan perintah di luar nalar manusiawi, yaitu perintah untuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail yang sudah lama ditinggal di padang pasir tandus.

Namun demikian, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tetap melaksanakan perintah itu, hingga ia dinyatakan lulus atas ujian tersebut (QS. Al-Shaffat: 102-107). Karena itulah, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sangat layak dinyatakan sebagai kekasih Allah (khalilullah) lantaran kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah yang telah diberikan.

Maka, sesiapa yang taat dan selalu mematuhi perintah-perintah Allah, ia layak dinyatakan sebagai pemilik iman yang jujur dan layak dinyatakan sebagai kekasih Allah.

2. Ujian Larangan yang Harus Ditinggalkan

Dalam Islam juga banyak larangan yang harus ditinggalkan, seperti minum-minuman keras atau mabuk, berjudi, berzina, berdusta, korupsi, menipu, dan berkhianat. Semua larangan tersebut merupakan ujian manusia yang Allah berikan untuk ditinggalkan.

Untuk itu, mari kita mengingat kembali kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam, di mana Allah mengujinya dengan larangan yang harus ditinggalkan. Nabi Yusuf ‘alaihissalam diuji dengan makar dan rayuan istri seorang raja (imra’ah al-aziz) yang terpesona oleh ketampanannya.

Namun demikian, Nabi Yusuf ‘alaihissalam tidak tergoda untuk melakukan perbuatan keji tersebut dan lulus dalam menghadapinya (QS. Yusuf: 23-24). Karena kelulusan itulah Allah jadikan ia sebagai salah satu pembesar dan orang penting dalam kerajaan.

Tidak hanya itu, Nabi Yusuf ‘alaihissalam juga dapat digolongkan dan dijadikan contoh seorang yang mendapat perlindungan Allah di hari tiada lindungan kecuali lindungan-Nya. Yaitu, seorang lelaki yang diajak oleh wanita cantik lagi hartawan untuk berzina, namun ia meninggalkannya lantaran takut kepada Allah (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Maka, sesiapa yang taat dan selalu menjauhi larangan-larangan Allah, ia layak dinyatakan sebagai pemilik iman yang jujur dan layak mendapatkan naungan Allah Ta’ala di hari kiamat.

3. Ujian Kenikmatan yang Harus Disyukuri

Dalam kehidupan manusia, Allah telah banyak sekali mengaruniakan nikmat, baik yang terlihat, seperti harta, kesehatan, dan keluarga, maupun nikmat yang tak terlihat, seperti sel dalam tubuh, syaraf-syaraf, nafas, dan akal. Semua ini merupakan bentuk ujian manusia yang Allah berikan kepada para hamba-Nya agar mereka pandai bersyukur atas karunia yang telah diberikan atasnya.

Untuk itu, mari kita mengingat kembali kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, di mana Allah mengujinya dengan kenikmatan yang amat agung. Kenikmatan tersebut berupa kerajaan yang menjulang tinggi, pasukan yang kuat dari kalangan jin dan bintang, dan kemampuan berbicara dengan binatang serta mengendalikan awan (Al-Qurthubi, al-Jami’ li al-Ahkam Al-Qur’an, 15/202).

Namun, ini semua merupakan ujian Allah yang disadari oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, sehingga ia berkata sebagaimana yang diabadikan Allah dalam firman-Nya,
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2348 seconds (0.1#10.140)