Kisah Jendela Depan Makam Nabi SAW yang Tak Pernah Ditutup Selama 14 Abad
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bagi jemaah haji maupun umrah yang berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW ataupun ke Raudhah mungkin pernah melihat ada jendela yang menghadap ke makam Rasulullah.
Jendela yang terbuat dari kayu berwarna cokelat dengan ukuran sekitar 2 x 1,5 meter ini memiliki cerita sejarah karena sudah 14 abad atau 1.400 tahun tidak pernah ditutup. Jendela ini dikenal dengan nama "Jendela Ummul Mu’minin Hafsah RA".
Saat penulis melintas di lokasi, jendela tersebut masih terlihat kokoh. Di antara sisi-sisi jendela terdapat besi pembatas berwarna kuning emas. Daun jendela yang terbuka memperlihatkan besi persegi empat di dalamnya. Di sisi luar, terdapat ornamen-ornamen bunga berwarna kuning emas dan dua kamera pengawas CCTV.
Dikutip dari buku Siyar A'lam An-Nubala diriwayatkan jika dahulu rumah istri-istri Rasulullah saling berdekatan. Begitu juga rumah Aisyah RA dengan rumah Hafsah RA, yang kini menjadi tempat peziarah berjalan kaki untuk menyampaikan salam kepada Rasulullah tak lain dahulu adalah rumah dari Hafsah RA.
Saat kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab digagas rencana perluasan area Masjid Nabawi. Hal itu bertujuan untuk memudahkan pelayanan kepada jemaah agar lebih leluasa berjalan kaki ketika menyampaikan salam kepada Rasulullah.
Kondisi tersebut mengharuskan rumah Hafshah dipindah agar peziarah lebih leluasa menziarahi makam Rasulullah. Mengetahui rumahnya akan digusur, Hafsah menangis karena teringat kenangannya bersama Rasulullah di rumah tersebut.
Umar bin Khattab kemudian mengutus saudara kandungnya, Abdullah bin Umar untuk meminta Hafsah agar mau dipindah. Senagai gantinya, Hafsah menempati rumah Abdullah bin Umar. Usaha Abdullah ibn Umar berhasil, Hafsah menyetujui rumahnya terkena perluasan Masjid Nabawi dengan syarat jendela rumahnya yang menghadap ke makam Rasulullah tidak boleh ditutup, dan tidak boleh diganti selamanya.
Sejak saat itu hingga hari ini, jendela rumah tersebut tidak pernah dibongkar sebagai bentuk penghormatan kepada, Ummul Mu'minin Hafsah RA.
Jendela yang terbuat dari kayu berwarna cokelat dengan ukuran sekitar 2 x 1,5 meter ini memiliki cerita sejarah karena sudah 14 abad atau 1.400 tahun tidak pernah ditutup. Jendela ini dikenal dengan nama "Jendela Ummul Mu’minin Hafsah RA".
Saat penulis melintas di lokasi, jendela tersebut masih terlihat kokoh. Di antara sisi-sisi jendela terdapat besi pembatas berwarna kuning emas. Daun jendela yang terbuka memperlihatkan besi persegi empat di dalamnya. Di sisi luar, terdapat ornamen-ornamen bunga berwarna kuning emas dan dua kamera pengawas CCTV.
Dikutip dari buku Siyar A'lam An-Nubala diriwayatkan jika dahulu rumah istri-istri Rasulullah saling berdekatan. Begitu juga rumah Aisyah RA dengan rumah Hafsah RA, yang kini menjadi tempat peziarah berjalan kaki untuk menyampaikan salam kepada Rasulullah tak lain dahulu adalah rumah dari Hafsah RA.
Saat kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab digagas rencana perluasan area Masjid Nabawi. Hal itu bertujuan untuk memudahkan pelayanan kepada jemaah agar lebih leluasa berjalan kaki ketika menyampaikan salam kepada Rasulullah.
Kondisi tersebut mengharuskan rumah Hafshah dipindah agar peziarah lebih leluasa menziarahi makam Rasulullah. Mengetahui rumahnya akan digusur, Hafsah menangis karena teringat kenangannya bersama Rasulullah di rumah tersebut.
Umar bin Khattab kemudian mengutus saudara kandungnya, Abdullah bin Umar untuk meminta Hafsah agar mau dipindah. Senagai gantinya, Hafsah menempati rumah Abdullah bin Umar. Usaha Abdullah ibn Umar berhasil, Hafsah menyetujui rumahnya terkena perluasan Masjid Nabawi dengan syarat jendela rumahnya yang menghadap ke makam Rasulullah tidak boleh ditutup, dan tidak boleh diganti selamanya.
Sejak saat itu hingga hari ini, jendela rumah tersebut tidak pernah dibongkar sebagai bentuk penghormatan kepada, Ummul Mu'minin Hafsah RA.
(abd)