Begini Gambaran Kekuatan Senjata dan Pasukan Zionis saat Caplok Palestina

Selasa, 10 Oktober 2023 - 14:54 WIB
loading...
Begini Gambaran Kekuatan Senjata dan Pasukan Zionis saat Caplok Palestina
Asap dan debu memenuhi udara setelah serangan udara di kamp pengungsi Jabalia di Gaza pada 9 Oktober. Foto: Al Jazeera
A A A
Mantan anggota Kongres AS, Paul Findley (1921 – 2019) mengatakan orang-orang Yahudi di Palestina selalu mempunyai senjata-senjata yang lebih baik dan lebih banyak dibanding orang-orang Palestina atau orang-orang Arab lainnya di negara-negara tetangga. Kondisi itu tergambar sejak tahun 1947.

Sementara baik Arab maupunPalestina secara resmi menghadapi embargo pembelian senjata dari Amerika Serikat dan sebagian besar negara Barat lainnya. Di sisi lain, orang-orang Yahudi secara sembunyi-sembunyi menerima pasokan-pasokan besar persenjataan dari Cekoslowakia sejak awal 1948.

"Satu kontrak saja bisa mencakup 24.500 pucuk senapan, 5.000 senjata mesin ringan, 200 senjata mesin medium, 54 juta rentetan amunisi, dan 25 pesawat perang Messerschmitt," tulis Paul Findley, dalam bukunya berjudul "Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S. - Israeli Relationship" yang diterjemahkan Rahmani Astuti menjadi "Diplomasi Munafik ala Yahudi - Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel" (Mizan, 1995).



Menjelang dimulainya perang unit-unit terorganisasi pada 15 Mei 1948, orang-orang Israel telah mampu menyediakan 800 kendaraan bersenjata melawan 113 milik gabungan negara-negara Arab, dan 787 mortir dan 4 senjata medan tempur melawan 40 mortir dan 102 senjata pihak Arab.

Pada saat yang sama, pasokan senjata utama lainnya bagi orang-orang Yahudi datang dari para Zionis Amerika di Amerika Serikat yang melanggar embargo senjata AS.

Pasokan-pasokan semacam itu termasuk dari Institut Sonneborn, sekelompok orang kaya Amerika-Yahudi yang diketuai oleh Rudolf G. Sonneborn, seorang industrialis-jutawan New York.

Dua lainnya adalah joint Distribution Committee and Service Airways, yang diketuai oleh orang Yahudi-Amerika Adolph ("Al") William Schwimmer, mantan ahli mesin penerbangan TWA.

Pemain utama lainnya adalah seorang kelahiran Austria, Teddy Kollek, yang mengetuai pembelian-pembelian senjata bawah tanah Israel di New York dan di kemudian hari menjadi walikota Jerusalem Barat yang masuk wilayah Yahudi.



Schwimmer dan perusahaan penerbangannya adalah salah satu dari sedikit kelompok bawah tanah Yahudi yang benar-benar dituntut karena perdagangan gelap mereka; dia dinyatakan bersalah di pengadilan federal Los Angeles pada 1950 dan didenda US$10.000 karena mengekspor pesawat-pesawat udara dan suku cadang untuk Israel dan negara-negara lain.

Schwimmer lalu menjadi kepala perusahaan pesawat terbang Israel, Israel Aircraft Industries, dan tampil lagi pada 1985 sebagai seorang pemain utama dalam skandal terburuk pemerintahan Reagan, skandal Iran-Contra.

Kekuatan Pasukan

Paul Findley mengatakan jumlah pasukan bersenjata Yahudi yang telah terlatih jauh melebihi jumlah seluruh pasukan yang diterjunkan ke medan perang oleh lima negara Arab pada 15 Mei 1948, dan keadaan demikian terus berlanjut.

Di garis depan, pasukan bersenjata Israel berjumlah 27.400 orang sedangkan dari negara-negara Arab 13.876 orang yang berasal dari Mesir 2.800 orang; Irak 4.000 orang; Lebanon 700 orang; Syria 1.876 orang; dan Transyordan 4.500 orang.

Pada waktu itu, 18 Mei, dinas intelijen angkatan bersenjata AS memperkirakan ada kekuatan 40.000 pasukan Yahudi dan 50.000 milisi melawan 20.000 pasukan Arab dan 13.000 gerilya.

Ahli sejarah Israel Simha Flapan menyatakan: "Jumlah pasukan Israel tidak kalah besar. Meskipun terdapat perbedaan dalam perkiraan mereka, terutama menyangkut jumlah pasukan Yahudi, banyak pengamat sepakat tentang fakta ini."



Pada tahun 1948 itu, Israel memiliki banyak kelebihan dalam hal pasukan dan persenjataan sehingga tidak pernah ada keraguan di kalangan para pengamat bahwa Israel akan memenangkan perang.

Menteri Luar Negeri George Marshall memberitahu kedutaan-kedutaan besar AS sehari sebelum perang dimulai bahwa angkatan bersenjata Arab sangat lemah dan bukan tandingan bagi Israel. Kekhawatirannya yang terbesar adalah bahwa "jika orang-orang Yahudi menuruti nasihat kaum ekstremis mereka yang lebih menyukai kebijaksanaan yang menghinakan bangsa Arab, setiap Negara Yahudi yang akan didirikan hanya mampu bertahan dengan bantuan terus-menerus dari luar negeri."

Pada 13 Mei, dua hari sebelum perang, kedutaan besar AS di Mesir melaporkan bahwa pasukan Arab belum berhasil mendapatkan senjata dari luar negeri dan bahwa moral mereka sangat rendah, sambil menambahkan: "Angkatan bersenjata Arab dikhawatirkan akan dikalahkan dengan mudah oleh pasukan Yahudi."



Raja Yordania Abdullah telah berulangkali memperingatkan: "Pasukan Yahudi terlalu kuat --adalah keliru jika kita ikut berperang."

Pasha Glubb yang legendaris dari Inggris Raya, ketua Legiun Arab Yordania, di kemudian hari mengingatkan: "Saya tidak melewatkan kesempatan untuk memberi informasi [pada pemerintah Yordania] bahwa Transyordan tidak mempunyai cukup sumber untuk berperang melawan negara Yahudi."

Menurut laporan ahli sejarah Israel Simha Flapan: "Perkiraan Agen Yahudi tentang tujuan dan kapasitas Arab... melaporkan bahwa para kepala staf Arab telah memperingatkan pemerintah masing-masing mengenai serangan Palestina dan perang yang berkepanjangan."

Ahli sejarah militer Pakistan Syed Ali el-Edroos menyimpulkan: "Dalam pengertian militer profesional, sesungguhnya, tidak ada rencana sama sekali."

Hampir empat puluh tahun kemudian, ahli sejarah Israel Benny Morris menyimpulkan: "Yishuv [komunitas Yahudi di Palestina] secara militer maupun administratif jauh lebih unggul dibanding orang-orang Arab Palestina."

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1907 seconds (0.1#10.140)