Sosok Ahmed Yassin, Tokoh Pendiri Hamas yang Terbunuh Setelah Sholat Subuh
loading...
A
A
A
Sosok Syaikh Ahmad Yassin mungkin sudah tidak asing bagi sebagian orang. Dalam riwayatnya, ia dikenal sebagai salah seorang pendiri Hamas.
Baru-baru ini, Hamas melancarkan sebuah serangan bertajuk "Operasi Badai Al-Aqsa" kepada Israel. Tindakan ini pun memperpanas ketegangan yang terjadi antara Israel dengan kelompok militan Palestina tersebut.
Melihat ke belakang, Hamas telah berdiri sekitar tahun 1980-an. Mendeklarasikan diri sebagai Gerakan Perlawanan Islam, mereka juga memiliki riwayat konflik panjang dengan Israel.
Mendengar nama Hamas, ada sejumlah tokoh penting yang sudah dikenali sebagai sosok pendirinya. Dari sekian banyak, salah satu di antaranya adalah Syaikh Ahmed Yassin.
Sosok Syaikh Ahmed Yassin
Ahmed Yassin lahir pada tahun 1936. Tempat kelahirannya adalah al-Jura, sebuah desa yang dulunya ada di wilayah Palestina.
Saat muda, Ahmed Yassin turut kehilangan tanah airnya yang diduduki. Ia pun menemani keluarga serta puluhan ribu pengungsi lainnya ke Jalur Gaza.
Mengutip Al-Jazeera, Senin (9/10/2023), kehidupannya semakin rumit ketika mengalami cedera saat berolahraga pada usia 12 tahun. Kondisi tersebut lantas membuatnya lumpuh dan terpaksa menggunakan kursi roda.
Terlepas dari keadaannya, Ahmed Yassin pergi ke Mesir pada 1959. Ia sempat menghabiskan sekitar satu tahun untuk belajar di Universitas Ain Shams. Sayang, pendidikannya harus terhenti karena kekurangan dana. Alhasil, ia pun memutuskan kembali ke Gaza dengan membawa bekal yang dirasa sudah cukup.
Namun, ada faktor lain yang dianggap membuat Ahmed Yassin semakin yakin untuk pulang. Hal ini karena adanya pengaruh Ikhwanul Muslimin Mesir yang nantinya akan mengilhami kemunculan Hamas di kemudian hari.
Beberapa waktu berjalan, Ahmed Yassin mulai dikenal namanya. Ia menjadi seorang guru studi Arab dan Islam serta mendapat reputasi sebagai salah satu pengkhotbah yang paling dihormati.
Sempat ditahan karena dianggap membentuk organisasi ilegal oleh Israel, Ahmed Yassin mendirikan Hamas pada 1987. Sekadar informasi, waktu itu ia tercatat sebagai salah satu petinggi Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Gaza.
Pada 1989, ia kembali ditangkap karena tuduhan menghasut kekerasan. Sekitar 1997, Ahmed Yassin baru dibebaskan setelah sebuah kesepakatan terjadi antara Israel dan Raja Husain dari Yordania.
Menghabiskan waktu bertahun-tahun di penjara, kondisi kesehatan Ahmed Yassin memburuk. Ia bahkan sudah mulai kehilangan penglihatan serta menderita penyakit pernapasan.
Meski demikian, kondisi tak lantas membuat pengaruhnya di Hamas luntur. Selama pemberontakan kedua (Intifada al-Aqsa) 2000, Yassin sempat mengusulkan inisiatif gencatan senjata.
Melihat potensinya sebagai ancaman besar, Perdana Menteri Israel waktu itu, Ariel Sharon, secara terbuka menyerukan pembunuhan terhadap Ahmed Yassin. Sekitar 6 September 2003, sebuah jet tempur F-16 menyerang rumah persinggahan Yasin. Waktu itu, ia masih selamat dan mengalami luka ringan.
Namun, Israel kembali memburunya. Pada 22 Maret 2004, Syaikh Ahmed Yassin terbunuh bersama sembilan orang lain akibat serangan helikopter Israel. Waktu itu, tokoh pendiri Hamas tersebut menjadi sasaran ketika keluar dari sebuah masjid setelah menunaikan sholat Subuh.
Kematian Syaikh Ahmed Yassin mendapat tanggapan beragam dari dunia. Setelahnya, protes pun dilakukan warga Palestina dengan mengutuk tindakan biadab Israel.
Tak hanya kecaman dari dunia internasional, pemimpin Brigade Al-Aqsa di Tepi Barat juga menyampaikan kemarahannya. Ia menyebut pihaknya bakal segera melakukan pembalasan yang setimpal terhadap Israel.
Baru-baru ini, Hamas melancarkan sebuah serangan bertajuk "Operasi Badai Al-Aqsa" kepada Israel. Tindakan ini pun memperpanas ketegangan yang terjadi antara Israel dengan kelompok militan Palestina tersebut.
Melihat ke belakang, Hamas telah berdiri sekitar tahun 1980-an. Mendeklarasikan diri sebagai Gerakan Perlawanan Islam, mereka juga memiliki riwayat konflik panjang dengan Israel.
Mendengar nama Hamas, ada sejumlah tokoh penting yang sudah dikenali sebagai sosok pendirinya. Dari sekian banyak, salah satu di antaranya adalah Syaikh Ahmed Yassin.
Sosok Syaikh Ahmed Yassin
Ahmed Yassin lahir pada tahun 1936. Tempat kelahirannya adalah al-Jura, sebuah desa yang dulunya ada di wilayah Palestina.
Saat muda, Ahmed Yassin turut kehilangan tanah airnya yang diduduki. Ia pun menemani keluarga serta puluhan ribu pengungsi lainnya ke Jalur Gaza.
Mengutip Al-Jazeera, Senin (9/10/2023), kehidupannya semakin rumit ketika mengalami cedera saat berolahraga pada usia 12 tahun. Kondisi tersebut lantas membuatnya lumpuh dan terpaksa menggunakan kursi roda.
Terlepas dari keadaannya, Ahmed Yassin pergi ke Mesir pada 1959. Ia sempat menghabiskan sekitar satu tahun untuk belajar di Universitas Ain Shams. Sayang, pendidikannya harus terhenti karena kekurangan dana. Alhasil, ia pun memutuskan kembali ke Gaza dengan membawa bekal yang dirasa sudah cukup.
Namun, ada faktor lain yang dianggap membuat Ahmed Yassin semakin yakin untuk pulang. Hal ini karena adanya pengaruh Ikhwanul Muslimin Mesir yang nantinya akan mengilhami kemunculan Hamas di kemudian hari.
Beberapa waktu berjalan, Ahmed Yassin mulai dikenal namanya. Ia menjadi seorang guru studi Arab dan Islam serta mendapat reputasi sebagai salah satu pengkhotbah yang paling dihormati.
Sempat ditahan karena dianggap membentuk organisasi ilegal oleh Israel, Ahmed Yassin mendirikan Hamas pada 1987. Sekadar informasi, waktu itu ia tercatat sebagai salah satu petinggi Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Gaza.
Pada 1989, ia kembali ditangkap karena tuduhan menghasut kekerasan. Sekitar 1997, Ahmed Yassin baru dibebaskan setelah sebuah kesepakatan terjadi antara Israel dan Raja Husain dari Yordania.
Menghabiskan waktu bertahun-tahun di penjara, kondisi kesehatan Ahmed Yassin memburuk. Ia bahkan sudah mulai kehilangan penglihatan serta menderita penyakit pernapasan.
Meski demikian, kondisi tak lantas membuat pengaruhnya di Hamas luntur. Selama pemberontakan kedua (Intifada al-Aqsa) 2000, Yassin sempat mengusulkan inisiatif gencatan senjata.
Melihat potensinya sebagai ancaman besar, Perdana Menteri Israel waktu itu, Ariel Sharon, secara terbuka menyerukan pembunuhan terhadap Ahmed Yassin. Sekitar 6 September 2003, sebuah jet tempur F-16 menyerang rumah persinggahan Yasin. Waktu itu, ia masih selamat dan mengalami luka ringan.
Namun, Israel kembali memburunya. Pada 22 Maret 2004, Syaikh Ahmed Yassin terbunuh bersama sembilan orang lain akibat serangan helikopter Israel. Waktu itu, tokoh pendiri Hamas tersebut menjadi sasaran ketika keluar dari sebuah masjid setelah menunaikan sholat Subuh.
Kematian Syaikh Ahmed Yassin mendapat tanggapan beragam dari dunia. Setelahnya, protes pun dilakukan warga Palestina dengan mengutuk tindakan biadab Israel.
Tak hanya kecaman dari dunia internasional, pemimpin Brigade Al-Aqsa di Tepi Barat juga menyampaikan kemarahannya. Ia menyebut pihaknya bakal segera melakukan pembalasan yang setimpal terhadap Israel.
(rhs)