Zionis Internasional di Era Ottoman: Harta Melimpah, Seni Kerja Terorganisir

Rabu, 11 Oktober 2023 - 06:40 WIB
loading...
Zionis Internasional...
Sultan Abdul Hamid II menolak permintaan Zionis internasional untuk membeli bumi Palestina. Foto/Ilustrasi: YouTube
A A A
Kisah perjuangan Zionis internasional untuk menguasai bahkan jika perlu membeli tanah Palestina amatlah gigih. Setidaknya hal tersebut tergambar dari upaya pemimpin gerakan Zionisme internasional, Theodore Herzl, melobi penguasa Ottoman , Abdul Hamid II. Kala itu, tahun 1896 M, Palestina adalah bagian dari wilayah Ottoman.

Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam bukunya berjudul "Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah" menceritakan setelah usaha Herzl dengan menggunakan perantara Neolanski gagal meyakinkan penguasa Ottoman, Sultan Abdul Hamid II, maka ia segera menuju ke istana William II, yang tak lain adalah kaisar Jerman. William II adalah sahabat Sultan Abdul Hamid dan sekaligus sebagai satu-satunya sekutu Utsmani di Eropa .

Hanya saja usaha ini pun kandas. Seorang sejarawan Turki Nizhamuddin Nazhif dalam bukunya yang berjudul I’laan Al-Hurriyah wa Al-Sulthan Abdul Hamid Al-Tsani mengatakan: “Tatkala menolak permintaan delegasi Yahudi--yang mendapat dukungan dari kaisar William--dalam usaha memperoleh tanah tempat mereka tinggal, atau tatkala Herzl kecewa dengan usahanya maka semakin tinggilah permusuhannya terhadap istana Yaldaz.”



Dan memang inilah yang akan terjadi sebagaimana yang diperkirakan oleh Sultan Abdul Hamid II. Sebab orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang memiliki seni kerja yang terorganisir. Mereka memiliki beragam kekuatan yang akan memberikan jaminan bisa berhasil dalam aksinya.

Harta melimpah di tangan mereka. Mereka menguasai jaringan bisnis dunia. Media-media Eropa berada di dalam cengkeraman. Maka sangat mungkin bagi mereka untuk menebarkan angin puting beliung dalam membentuk publik opini kapan saja mereka mau... “

Kemudian sejarawan ini menambahkan, mereka kemudian memulai dengan menggerakkan media-media internasional. Setelah itu mereka menyatukan musuh-musuh Sultan Abdul Hamid yang tumbuh dalam masyaraat Utsmani yang telah bercampur baur itu.

“Kita dapatkan para pengikut demokrasi melakukan rencana yang sangat teratur dan menyerang. Sebab, sebagaimana diketahui mereka hingga saat itu masih berpencar-pencar dan bekerja tanpa organisasi yang kuat. Padahal sangatlah tidak sulit bagi mereka untuk menyatukan musuh-musuh Sultan Abdul Hamid II yang tumbuh berkembang di dalam masyarakat Utsmani yang bercampur baur,” tuturnya.



“Pemimpin puncak gerakan Freemasonry Italia adalah orang yang menggerakkan dan sekaligus bertanggung jawab untuk mengorganisir mereka, sebab dia berada di kawasan Freemasonry yang paling dekat dengan pemerintahan Utsmani. Gerakan-gerakan Freemasonry ltalia khususnya kelompok Ruzuwata yang berada di Salonika telah memainkan perannya yang demikian penting dalam tugas ini..." lanjutnya.

Di tengah kegagalan ini, Herzl menetapkan untuk menggunakan cara-cara lain untuk menarik Sultan Abdul Hamid. Melalui Neolanski, dia memberikan pengabdiannya pada Sultan dalam masalah Armenia.

Herzl mengatakan, “Sultan meminta saya untuk memberikan pengabdian padanya dengan cara menggerakkan media-media Eropa dengan tujuan untuk melakukan usaha terakhir membicarakan masalah Armenia. Media-media itu diminta untuk mengungkap masalah ini dengan ungkapan yang tidak banyak memusuhi orang-orang Turki."

"Saya memberitahukan pada Neolanski tentang kesiapan saya untuk melakukan tugas ini. Namun saya tegaskan, agar saya diberi pemikiran yang jelas tentang kondisi Armenia tersebut. Siapa orang-orang yang ada di London yang harus saya yakinkan tentang apa yang mereka inginkan, serta media-media mana saja yang harus diredakan serangan-serangannya terhadap pemerintahan Utsmani. Dan lain-lain.”

Atas dasar itulah, maka diplomasi Zionis-Yahudi mulai melakukan langkah-langkah agresif untuk meyakinkan orang-orang Armenia agar mereka berhenti melakukan pemberontakan.



Hasilnya adalah Herzl melakukan kontak dengan Salazapori dan para pemimpin di Inggris meminta mereka agar melakukan tekanan pada orang-orang Armenia sebagaimana orang-orang Yahudi itu juga aktif melakukan peran yang sama di kota-kota lain di Eropa, seperti Prancis dan lainnya.

Hanya saja, diplomasi yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi ini mengalami kegagalan, karena tidak adanya respons positif dari pemerintahan lnggris. Tidak adanya sambutan positif lnggris ini menandakan, bahwa lnggris memberikan dukungan pada pemerintahan Abdul Hamid II. Hal ini menimbulkan publik opini di kalangan rakyat Inggris untuk melawan pemerintah.

Pertemuan Dua Jam

Herzl berusaha untuk menemui Sultan Abdul Hamid ll, khususnya pada saat kunjungan Kaisar William II ke Istambul. Namun para petugas di istana Yaldaz melarangnya masuk.

Herzl dengan gigih dan penuh semangat terus berusaha untuk menemui Sultan Abdul Hamid hingga akhirnya usaha yang dia lakukan berhasil dia petik buahnya, setelah dua tahun dia tekun berusaha, yakni tahun 1899-1901 M. Ini terbukti dengan terjalinnya hubungan Herzl secara langsung dengan kalangan pejabat-pejabat istana Yaldaz.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2132 seconds (0.1#10.140)