Kisah Huyay bin Akhthab Bertahan Yahudi, Putrinya Diperistri Nabi Muhammad SAW
loading...
A
A
A
Namun, kata Muhammad bin Fariz al-Jamil, selama mereka menghabiskan sehari penuh bersama Rasulullah, tidaklah mustahil terjadi perdebatan dan dialog yang membuat kedua Yahudi ini yakin akan kenabian Muhammad, yang karena itu mereka memusuhinya.
Dalam riwayat lain yang dilaporkan Ibnu Ishaq, terdapat penjelasan yang mengungkap rahasia permusuhan ini serta menegaskan bahwa Huyay bin Akhthab dan saudaranya, Abu Yasir, adalah orang Yahudi yang paling iri kepada bangsa Arab. Karena, Allah mengistimewakan bangsa Arab dengan pengutusan Rasul-Nya. Mereka berdua pun berusaha sekuat tenaga untuk mencegah orang masuk Islam.
Firman Allah berikut berkaitan dengan dua tokoh Yahudi itu, “Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” ( QS al-Baqarah (2) : 109).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas , bahwa ayat ini turun mengenai Huyay bin Akhthab dan saudaranya, Abu Yasir, karena kedengkian mereka terhadap orang-orang Arab yang diistimewakan Allah dengan kerasulan Muhammad.
Dari penjelasan di atas, kata Muhammad bin Fariz al-Jamil, jelaslah bahwa sikap Huyay dan Abu Yasir terhadap sang Nabi tidak benar dari segi motifnya. Maksudnya, mereka memperlihatkan pengingkaran atas Muhammad sebagai nabi utusan Allah, tetapi dalam lubuk hati mereka mengakui hal sebaliknya.
Kedengkian lantaran dia merupakan orang Arablah yang mendorong keduanya mengabaikan rasio dan logika. Akibatnya, kaum mereka terhalang dari membenarkan kenabian beliau dan mengikuti ajarannya.
Bani Qainuga
Kemudian ketika Rasulullah berpindah dari Quba' ke Yatsrib, Yahudi pertama yang masuk Islam dari Bani Qainuga adalah rabi dan orang paling berilmu di antara mereka, al-Hushain bin Salam bin al-Harits.
Setelah masuk Islam, dia diberi nama baru oleh beliau: Abdullah. Bersama dia, masuk Islam juga seluruh keluarga dan bibinya, Khalidah binti al-Harits.
Abdullah bin Salam pun menelanjangi kaum Yahudi, dengan mengungkapkan berbagai penyimpangan mereka dalam perdebatan di hadapan Rasulullah.
Kepada mantan kaumnya ini, dia berkata, “Wahai orang-orang Yahudi, takutlah kalian kepada Allah dan terimalah apa yang diutus-Nya kepada kalian. Sesungguhnya, kalian mengetahui dia adalah utusan Allah. Kalian juga mendapati dia tertulis dalam Taurat dengan nama dan sifat-sifatnya.”
Sungguh aku bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah, aku beriman kepadanya, serta aku membenarkan dan mengakuinya.”
Akan tetapi, kaumnya menjawab, “Engkau berdusta!” Riwayat ini tidak menyebutkan apakah kemudian Abdullah memberitahu Rasulullah dan para sahabatnya penjelasan tertulis dalam Taurat mengenai pertanda kenabian tersebut atau tidak.
Dalam riwayat dari Sa'id bin Jubair (w. 94 H), terdapat kemiripan dari beberapa segi dengan riwayat Abdullah bin Salam. Sa'id menuturkan, Maimun bin Yamin, seorang pemimpin Yahudi, datang kepada Rasulullah dan menyarankan, 'Kirimlah utusan kepada kaum itu, dan jadikan aku mediator, niscaya mereka mendengarkanku.'
Beliau pun mengutus salah seorang Sahabat guna meminta orang-orang Yahudi datang. Setelah berkumpul, beliau berseru, “Pilihlah seseorang untuk menengahi antara aku dan kalian.”
Mereka menjawab, “Kami percaya pada Maimun bin Yamin.”
Kemudian, beliau menemui Maimun dan berkata, “Keluarlah, temui mereka.”
Dalam riwayat lain yang dilaporkan Ibnu Ishaq, terdapat penjelasan yang mengungkap rahasia permusuhan ini serta menegaskan bahwa Huyay bin Akhthab dan saudaranya, Abu Yasir, adalah orang Yahudi yang paling iri kepada bangsa Arab. Karena, Allah mengistimewakan bangsa Arab dengan pengutusan Rasul-Nya. Mereka berdua pun berusaha sekuat tenaga untuk mencegah orang masuk Islam.
Firman Allah berikut berkaitan dengan dua tokoh Yahudi itu, “Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” ( QS al-Baqarah (2) : 109).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas , bahwa ayat ini turun mengenai Huyay bin Akhthab dan saudaranya, Abu Yasir, karena kedengkian mereka terhadap orang-orang Arab yang diistimewakan Allah dengan kerasulan Muhammad.
Dari penjelasan di atas, kata Muhammad bin Fariz al-Jamil, jelaslah bahwa sikap Huyay dan Abu Yasir terhadap sang Nabi tidak benar dari segi motifnya. Maksudnya, mereka memperlihatkan pengingkaran atas Muhammad sebagai nabi utusan Allah, tetapi dalam lubuk hati mereka mengakui hal sebaliknya.
Kedengkian lantaran dia merupakan orang Arablah yang mendorong keduanya mengabaikan rasio dan logika. Akibatnya, kaum mereka terhalang dari membenarkan kenabian beliau dan mengikuti ajarannya.
Bani Qainuga
Kemudian ketika Rasulullah berpindah dari Quba' ke Yatsrib, Yahudi pertama yang masuk Islam dari Bani Qainuga adalah rabi dan orang paling berilmu di antara mereka, al-Hushain bin Salam bin al-Harits.
Setelah masuk Islam, dia diberi nama baru oleh beliau: Abdullah. Bersama dia, masuk Islam juga seluruh keluarga dan bibinya, Khalidah binti al-Harits.
Abdullah bin Salam pun menelanjangi kaum Yahudi, dengan mengungkapkan berbagai penyimpangan mereka dalam perdebatan di hadapan Rasulullah.
Kepada mantan kaumnya ini, dia berkata, “Wahai orang-orang Yahudi, takutlah kalian kepada Allah dan terimalah apa yang diutus-Nya kepada kalian. Sesungguhnya, kalian mengetahui dia adalah utusan Allah. Kalian juga mendapati dia tertulis dalam Taurat dengan nama dan sifat-sifatnya.”
Sungguh aku bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah, aku beriman kepadanya, serta aku membenarkan dan mengakuinya.”
Akan tetapi, kaumnya menjawab, “Engkau berdusta!” Riwayat ini tidak menyebutkan apakah kemudian Abdullah memberitahu Rasulullah dan para sahabatnya penjelasan tertulis dalam Taurat mengenai pertanda kenabian tersebut atau tidak.
Dalam riwayat dari Sa'id bin Jubair (w. 94 H), terdapat kemiripan dari beberapa segi dengan riwayat Abdullah bin Salam. Sa'id menuturkan, Maimun bin Yamin, seorang pemimpin Yahudi, datang kepada Rasulullah dan menyarankan, 'Kirimlah utusan kepada kaum itu, dan jadikan aku mediator, niscaya mereka mendengarkanku.'
Beliau pun mengutus salah seorang Sahabat guna meminta orang-orang Yahudi datang. Setelah berkumpul, beliau berseru, “Pilihlah seseorang untuk menengahi antara aku dan kalian.”
Mereka menjawab, “Kami percaya pada Maimun bin Yamin.”
Kemudian, beliau menemui Maimun dan berkata, “Keluarlah, temui mereka.”