Sejarah Bani Israel di Palestina Setelah Kepemimpinan Nabi Sulaiman, Kerajaan Terbelah Lalu Runtuh
loading...
A
A
A
Pasca kepemimpinaan Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as yang memerintah Palestina sekitar 80 tahun, maka sejak tahun 923 SM kerajaan Sulaiman tersebut terbelah menjadi dua negara dan antara keduanya saling bertikai.
Mahir Ahmad Agha dalam bukunya yang diterjemahkan Yadi Indrayadi berjudul "Yahudi: Catatan Hitam Sejarah" (Qisthi Press, Juni 2005) memaparkan pertama, Kerajaan Yehuza (Judah) di Selatan dengan ibukotanya Yerusalem (al-Quds). Negara/kerajaan ini dipimpin oleh Rehoboam ibn Sulaiman. Ia dibaiat dan didukung oleh dua suku Bani Israel , yaitu Yehuza dan Benyamin yang tinggal-berdomisili di wilayah Selatan dan di sekitar Yerusalem.
Akan tetapi di daerah lain, Syakim atau Syakin tidak mau membaiatnya sebagai raja Bani Israel, karena kekasarannya dan karena mengancam masyarakat di sana jika tidak mau membaiatnya. Sejumlah 10 suku Bani Israel yang ada di sana menolak membaiat dan malah mereka membaiat Rehoboam, dari suku Ephraem (salah satu suku Bani Israel) dan inilah kerajaan kedua Bani Israel yang berada di sebelah utara.
"Mereka menamakan kerajaan mereka dengan Israel dan menjadikan ibu kota kerajaan mereka berturut-turut di Syakim, Terzah dan terakhir di Samirah," ujar Mahir Ahmad Agha.
Kerajaan ini diperkirakan hidup berkembang antara 923-722 SM dan menempati 72% wilayah Bani Israel. Kerajaan ini runtuh dan hilang setelah diserbu oleh Sargon II, raja Assyria, dengan rajanya yang terakhir adalah Hosea ibn Elah.
Menurut Mahir Ahmad Agha, dengan demikian berakhirlah semua kerajaan Bani Israel dan raja Sargon II membuat kebijakan agar seluruh suku Bani Israel diasingkaan dan ditempatkan di lembah sungai Eufrat dengan menunjukkan seorang gubernur Assyria untuk mereka.
Begitu juga dengan nasib kerajaan Bani Israel di Selatan yaitu Yehuza, dengan ibukota Yerusalem (al-Quds), pada tahun 606 SM diserbu pula oleh Nebukhadnesar. Banyak penduduk yang terbunuh dalam serangan tersebut dan Rajanya yang terakhir di sana Yahwakin ibn Bawakim dan keluarganya juga diasingkan ke Babilonia, Irak.
Akan tetapi, kata Mahir Ahmad Agha, di tempat pengasingan ini para bekas pimpinan kerajaan Yehuza memberontak pula, sehingga menyebabkan diserbu lagi ke Babilonia oleh Sargon II, raja Assyria, sehingga tahun 586 SM sudah berakhirlah semua kerajaan Bani Israel.
Mahir Ahmad Agha dalam bukunya yang diterjemahkan Yadi Indrayadi berjudul "Yahudi: Catatan Hitam Sejarah" (Qisthi Press, Juni 2005) memaparkan pertama, Kerajaan Yehuza (Judah) di Selatan dengan ibukotanya Yerusalem (al-Quds). Negara/kerajaan ini dipimpin oleh Rehoboam ibn Sulaiman. Ia dibaiat dan didukung oleh dua suku Bani Israel , yaitu Yehuza dan Benyamin yang tinggal-berdomisili di wilayah Selatan dan di sekitar Yerusalem.
Akan tetapi di daerah lain, Syakim atau Syakin tidak mau membaiatnya sebagai raja Bani Israel, karena kekasarannya dan karena mengancam masyarakat di sana jika tidak mau membaiatnya. Sejumlah 10 suku Bani Israel yang ada di sana menolak membaiat dan malah mereka membaiat Rehoboam, dari suku Ephraem (salah satu suku Bani Israel) dan inilah kerajaan kedua Bani Israel yang berada di sebelah utara.
"Mereka menamakan kerajaan mereka dengan Israel dan menjadikan ibu kota kerajaan mereka berturut-turut di Syakim, Terzah dan terakhir di Samirah," ujar Mahir Ahmad Agha.
Kerajaan ini diperkirakan hidup berkembang antara 923-722 SM dan menempati 72% wilayah Bani Israel. Kerajaan ini runtuh dan hilang setelah diserbu oleh Sargon II, raja Assyria, dengan rajanya yang terakhir adalah Hosea ibn Elah.
Menurut Mahir Ahmad Agha, dengan demikian berakhirlah semua kerajaan Bani Israel dan raja Sargon II membuat kebijakan agar seluruh suku Bani Israel diasingkaan dan ditempatkan di lembah sungai Eufrat dengan menunjukkan seorang gubernur Assyria untuk mereka.
Begitu juga dengan nasib kerajaan Bani Israel di Selatan yaitu Yehuza, dengan ibukota Yerusalem (al-Quds), pada tahun 606 SM diserbu pula oleh Nebukhadnesar. Banyak penduduk yang terbunuh dalam serangan tersebut dan Rajanya yang terakhir di sana Yahwakin ibn Bawakim dan keluarganya juga diasingkan ke Babilonia, Irak.
Akan tetapi, kata Mahir Ahmad Agha, di tempat pengasingan ini para bekas pimpinan kerajaan Yehuza memberontak pula, sehingga menyebabkan diserbu lagi ke Babilonia oleh Sargon II, raja Assyria, sehingga tahun 586 SM sudah berakhirlah semua kerajaan Bani Israel.
(mhy)