Konspirasi Yahudi Internasional: Kisah Terbunuhnya Presiden Abraham Lincoln

Selasa, 05 Desember 2023 - 10:45 WIB
loading...
A A A
Selanjutnya butir undang-undang tentang keuangan yang baru itu disebut berulang-ulang oleh Rothschild, dan menyinggung keuntungan yang bakal diperoleh dari upaya itu. Setelah itu, baru kata-kata berikut ini mengakhir isurat di atas:

"... pihak Bank telah mendapat wewenang bukan untuk mengurangi atau menambah mata uang yang beredar, sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu, bank juga mendapat wewenang hukum untuk memberi pinjaman atau menariknya kembali bila dianggap perlu. Mengingat bahwa bank adalah lembaga paling penting dalam suatu negara, maka pihaknya bisa bekerja dalam lingkup satu strategi, dan menentukan pasaran uang, sebagaimana yang dikehendaki. Kalau mau misalnya, mengurangi seluruh jenis produksi nasional dalam satu minggu, atau bahkan satu hari pun, hal itu akan bisa terlaksana. Oleh karenanya, lembaga-lembaga keuangan mendapat eksepsi hukum dari kewajiban membayar pajak atas pinjamannya, sahamnya, depositonya dan seluruh asetnya. Kami yakin, bahwa surat ini akan tuan anggap sebagai catatan istimewa."

Hormat kami ttd (Eickhaimer, Morton dan Van der Gold)



William G. Carr mengatakan surat di atas tidak memerlukan komentar lagi. Hanya sebagai tambahan saja perlu ditandaskan di sini, bahwa dengan adanya undang-undang baru tersebut, para pemilik modal internasional berhasil menguasai perekonomian Amerika Serikat, dan bukan pemerintah yang menguasainya. Bank-bank itu pada hakikatnya adalah lembaga keuangan Yahudi, khususnya ketika modal nasional dalam keadaan lemah.

Sedang pemerintah menggantungkan pada income besar dan tetap. Negara terpaksa akan bergantung pada para pemilik modal internasional tersebut, yang menguasai kebanyakan lembaga keuangan dan bank-bank internasional.

Dalam menghadapi persekongkolan seperti itu, tidak ada jalan lain bagi AbrahamLincoln, kecuali mengingatkan seluruh rakyat Amerika secara terbuka. Kali ini bangsa Amerika akan mendengarkan suara akal dan peringatan dari presiden mereka.

Lincoln tidak segan-segan lagi menyerang secara terbuka para pemilik modal internasional dengan ucapan provokatif, antara lain:



"Saya melihat dengan jelas sebuah ancaman krisis sedang datang mendekati kita sedikit demi sedikit, yaitu sebuah krisis yang membuat bulu-kudukku berdiri, karena cemas apa yang bakal menimpa negeri ini. Siasat suap-menyuap telah menjadi cara yang selalu dijadikan pegangan. Pada gilirannya, kelak akan terjadi kerusuhan dan kehancuran besar-besaran, sebagaimana seluruh kekayaan negara pada akhirnya akan jatuh ke tangan sekelompok kecil orang yang tidak segan-segan lagi menelan dan sekaligus menghancurkan bangsa ini."

William G. Carr mengatakan peringatan Lincoln itu disampaikan menjelang habis masa jabatannya sebagai presiden Amerika Serikat. Akan tetapi, dalam pemilihan berikutnya ia terpilih sebagai presiden untuk kedua kalinya.

Kali ini ia bertekad akan memperjuangkan sebuah undang-undang yang bisa menyingkirkan cengkeraman kuku Konspirasi dari Amerika. Hal inilah yang membuat mereka segera mempersiapkan diri untuk mencegah datangnya bahaya dari Lincoln. Maka, pada malam 14 April 1865, presiden Lincoln dibunuh oleh seorang Yahudi bernama John Dickles Booth.

Mayoritas rakyat Amerika tidak tahu sebab-sebab tindakan kriminil ini. Begitu pula catatan sejarah tidak mengupas peristiwa pembunuhan tersebut secara jelas. Hanya para penyelidik yang mendapat bukti-bukti kuat mengenai adanya hubungan nyata si pembunuh, John Dickles Booth dengan Yahuda B. Benjamin, agen Rothschild di Amerika.

Namun para pemilik modal Yahudi internasional kali ini juga tetap berada di balik layar dengan selamat. Sementara itu, si pembunuh harus menghadapi hukuman setimpal di muka pengadilan.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2803 seconds (0.1#10.140)