Pembebasan Irak: Kisah Orang-Orang Arab Nasrani yang Memilih Perang

Kamis, 18 Januari 2024 - 14:28 WIB
loading...
Pembebasan Irak: Kisah Orang-Orang Arab Nasrani yang Memilih Perang
Heran juga Khalid atas kegigihan mereka bertahan dalam agama Nasraninya itu. Ilustrasi: Ist
A A A
Kekalahan Persia di Ullais, Irak, disusul meninggalkan raja Kisra Ardasyir. Rakyat Persia pun sibuk karena kematian rajanya itu. Orang-orang Arab di pedalaman dan di Mesopotamia jadi tercerai berai. Tak terdengar lagi berita-berita adanya persiapan perang atau hendak mengusir Muslimin dari negeri itu.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Abu Bakr As-Siddiq " yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan Khalid bin Walid cukup arif untuk membiarkan begitu saja sikap mereka yang diam itu atau jadi lupa daratan karena kemenangan sehingga tak lagi melihat apa yang ada di balik semua itu dan yang akan terjadi sesudah itu.

"Yang mendorong semangat orang-orang Persia berperang di Ullais itu ialah kabilah-kabilah Arab juga. Jika kabilah-kabilah ini pada suatu waktu tenang-tenang saja berarti besok mereka akan membuat tipu muslihat," tutur Haekal.



Menurutnya, kalau Khalid tidak menumpas semua cita-cita mereka yang hendak mengadakan pembangkangan dan pengkhianatan, kalau semua jalan menuju ke Semenanjung tidak diamankan, maka jangan menyalahkan orang lain jika ia kelak ditimpa bencana. "Ia tak pernah mengabaikan perhitungan sampai yang sekecil-kecilnya sekalipun," ujar Haekal lagi.

Oleh karena itu, situasi demikian sudah diperhitungkannya dan perencanaannya juga matang. Perhitungan yang paling mudah ialah menduduki kota Hirah, dan menguasai tempat-tempat mereka di sebelah barat Sungai Furat ke arah perbatasan dengan Semenanjung.

Kepala daerah Hirah ketika itu seorang marzaban Persia bernama Azadabeh. Kekuasaan ibu kota Irak waktu itu sudah berkurang, sesudah selama 25 tahun memegang kekuasaan yang berwibawa. Sebabnya ialah, Banu Lakhm yang telah mendirikan kerajaan di Hirah sejak abad ketiga Masehi dan berlangsung selama berabad-abad itu, berselisih dengan Banu Tayyi' sehingga pecah perang antara mereka.

Dengan adanya perselisihan ini, Persia menggunakan kesempatan dengan membantu Banu Tayyi' melawan Nu'man bin al-Munzir yang akhirnya berhasil ditangkap, dipenjara dan kemudian dibunuh.

Setelah itu Iyas bin Qubaisah dari Banu Tayyi' bertindak sebagai penguasa Hirah dan daerah yang berada di bawah kekuasaannya.



Sesudah beberapa tahun berkuasa Banu Bakr bin Wa'il datang menghancurkan pasukan Persia didukung oleh sekutu-sekutu Iyas di Zu Qar yang membuat Iyas terjungkir dari kursinya dan Kisra mengangkat seorang marzaban dari pihaknya sebagai penguasa Hirah.

Dengan demikian habislah wibawa dan kekuasaannya. Tetapi pengaruhnya dalam hati orang-orang Arab membuat pihak Persia selalu memberikan perhatian dan mengambil hati mereka.

Oleh karena itu, Khalid khawatir melihat kedengkian mereka kepadanya itu, bahwa Banu Bakr bin Wa'il akan bekerja sama dengan Banu Tayyi' dan kabilah-kabilah Arab lain yang tinggal di Hirah dan sekitarnya untuk mengadakan perlawanan atau memutuskan jalan. Maka terpikir oleh Khalid hendak menyerangnya dan menguasai kota kemudian menjadikannya markas dan pusat segala kegiatannya.

Persiapan Memasuki Hirah

Penduduk Hirah memang sudah tidak ragu lagi bahwa Khalid akan datang juga dan akan mengepung mereka setelah tersiar berita-berita tentang Ullais dan Amgasyia serta kemenangan-kemenangan dan segala perbuatannya di kedua tempat itu.

Penguasa Hirah sudah memperkirakan bahwa Khalid akan melalui sungai dengan menggunakan kapal-kapal Amgasyia. Langkah pertama yang diambil Azadabeh mengerahkan bala tentaranya ke luar kota Hirah. Anaknya diperintahkan membendung jembatan-jembatan di Furat supaya air sungai tidak lagi mengalir ke hilir dan untuk merintangi perjalanan kapal di sana.



Perkiraan Azadabeh tidak meleset. Khalid dan pasukannya memang menggunakan kapal-kapal Amgasyia dan terus bertolak ke utara ke jurusan Hirah.

Sementara mereka dalam pelayaran itu, tiba-tiba kapal oleng lalu kandas. Dengan oleng dan kandasnya kapal tersebut pasukan Muslimin terkejut sekali, dan Khalid pun marah. Ditanyakannya sebab-sebab kejadian itu kepada awak kapal. Mereka mengatakan bahwa atas perintah penguasa Hirah jembatan-jembatan itu dibendung dan aliran air dialihkan. Dengan demikian kapal-kapal itu tak akan dapat berlayar.

Khalid keluar dengan satu batalion pasukan berkudanya dan menuju ke tempat anak Azadabeh di mulut tebing. Ia dan anak buahnya disergap di tempat berlindungnya itu, dan air di sungai kembali mengalir.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1471 seconds (0.1#10.140)