Kebiadaban Israel: Tingkat Kemarahan Warga Arab Kian Mendidih

Minggu, 21 Januari 2024 - 08:23 WIB
loading...
Kebiadaban Israel: Tingkat Kemarahan Warga Arab Kian Mendidih
Demonstrasi anti-Israel di Turki. Foto: MEE
A A A
Palestina secara resmi dipertahankan oleh negara-negara Selatan. Afrika Selatan telah mengambil inisiatif dengan mengajukan kasus genosida ke Mahkamah Internasional di Den Haag.

Palestina, pada saat yang sama, muncul kembali sebagai isu global, seperti yang terjadi dalam perjuangan melawan apartheid di Afrika Selatan.

Komposisi tim pengacara Afrika Selatan menjelaskan semuanya: multi-etnis, pria, wanita, Irlandia , Inggris , Afrika Selatan. Tidak ada orang Palestina yang secara resmi bergabung dengan mereka dalam kelompok tersebut.

Namun, sehari setelah sidang berakhir, terjadi demonstrasi besar-besaran di 45 negara – namun tidak di Mesir , Arab Saudi atau bahkan Aljazair.

Para pemimpin lalim di Mesir dan negara-negara Teluk tidak boleh merasa terhibur dengan hal ini.



Middle East Eye atau MEE melaporkan, dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Studi Kebijakan Arab, yang melakukan survei terhadap 8.000 warga Arab di 16 negara, 92 persen responden mengatakan permasalahan Palestina adalah isu yang menjadi perhatian seluruh warga Arab.

Hampir 90 persen responden Arab mengatakan mereka menganggap serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, yang dinyatakan sebagai organisasi teroris di Inggris dan negara-negara lain, sebagai “operasi perlawanan yang sah” atau “operasi perlawanan yang agak cacat namun sah”.

Delapan puluh sembilan persen responden menolak mengakui Israel, angka tertinggi dalam sejarah jajak pendapat di pusat tersebut. Hanya 13 persen warga Arab yang disurvei mengatakan mereka yakin perdamaian dengan Israel masih mungkin terjadi.

Kemarahan sedang mendidih di hati orang-orang Saudi, Mesir, Yordania, dan Irak – dan hal ini pada akhirnya akan muncul ke permukaan dan meledak.



Farouk I, raja kedua dari belakang Mesir yang turun tahta dan mengangkat bayi laki-lakinya, Foud, yang kekuasaannya berlanjut selama beberapa bulan sebelum monarki dihapuskan, menanggung akibatnya karena mendukung Nakba (bencana) pada tahun 1948.

Ini adalah salah satu alasan Mesir mengizinkan tentara untuk mengambil alih kekuasaan melalui kudeta beberapa tahun kemudian.

Saat ini, tingkat kemarahan jauh lebih besar.

David Hearst, Pemimpin Redaksi MEE, mengingatkan para penguasa lalim harus berhati-hati terhadap apa yang mereka inginkan. Keengganan mereka yang mendalam untuk melawan Israel bisa saja meledak di hadapan mereka.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1989 seconds (0.1#10.140)