Kaidah Pokok Syariat Politik Islam Menurut Syaikh As-Sa’di
loading...
A
A
A
Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di mengatakan di antara ushûl syari’ah (kaidah pokok syari’at) adalah kaum Muslimin diperintahkan untuk melaksanakan agama mereka, menunaikan hak-hak Allâh dan menunaikan hak para hamba.
"Kaum Muslimin juga diperintahkan menyatukan suara dengan melakukan segala yang bisa menimbulkan rasa saling cinta dan bisa menghilangkan rasa iri dengki dan dendam," tulis Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di dalam kitab ad-Din as-Shahih Yahullu Jami’a al-Masyakil.
Allâh SWT berfirman:
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, oleh sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu [ QS al-Hujurât/49 :10]
Berpegang teguh kamu dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian berpecah belah. Ingatlah akan nikmat Allâh kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, lalu Allâh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allâh, orang-orang yang bersaudara [ QS Ali Imrân/3 :103]
Juga firman-Nya.
Oleh sebab itu bertakwalah kepada Allâh dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allâh dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman. [ QS al-Anfâl/8 :1]
Juga firman-Nya.
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. [QS Ali Imrân/3:105]
"Dan masih banyak lagi nash-nash lainnya yang mengisyaratkan pokok yang agung ini," tulis As-Sa’di.
Dengan kaidah pokok ini, katanya, kondisi kaum Muslimin akan stabil dan bisa terus meningkat ke arah yang lebih baik dan sempurna. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
Dan taatlah kepada Allâh dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah! Sesungguhnya Allâh beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allâh. Dan (ilmu) Allâh meliputi apa yang mereka kerjakan. [ QS al-Anfâl/8 :46-47]
As-Sa’di mengatakan dalam ayat di atas Allâh memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan Rasul-Nya dan Allâh melarang adanya perselisihan yang akan menyebabkan tercerai berainya hati serta memantik permusuhan yang mengakibatkan melemahnya kekuatan.
Dalam ayat di atas Allâh juga memerintahkan untuk memperbanyak dzikir dan bersabar, karena kedua hal tersebut sangat membantu dalam segala urusan .
Allâh juga memerintahkan untuk selalu ikhlas dan jujur, dan melarang kebalikannya, seperti riyâ, sum’ah, sombong, ujub, berkeinginan buruk serta berusaha menyesatkan manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allâh dan musuhmu [ QS al-Anfâl/8 :60]
Dalam ayat di atas Allâh Azza wa Jalla memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan semampunya. Kekuatan di sini mencakup kekuatan ide, politik, produksi dan persenjataan serta semua yang bisa memperkuat diri dalam menghadapi musuh dan bisa membuat mereka gentar.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! [ QS an-Nisâ/4 :71]
Maka lihatlah bagaimana ajaran-ajaran syariat ini menjadi sebab tunggal dan jalan yang paling efektif dalam menjalankan politi dalam dan luar negeri. Ketahuilah! Sesungguhnya kesempurnaan dan kebaikan ada pada segala tindakan yang mengikuti petunjuk syari’at. Sebaliknya, semua kekurangan yang sudah terjadi atau yang dikhawatirkan itu ditimbulkan oleh kelalaian dan sikap acuh terhadap syari’at.
"Kaum Muslimin juga diperintahkan menyatukan suara dengan melakukan segala yang bisa menimbulkan rasa saling cinta dan bisa menghilangkan rasa iri dengki dan dendam," tulis Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di dalam kitab ad-Din as-Shahih Yahullu Jami’a al-Masyakil.
Allâh SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, oleh sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu [ QS al-Hujurât/49 :10]
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Berpegang teguh kamu dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian berpecah belah. Ingatlah akan nikmat Allâh kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, lalu Allâh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allâh, orang-orang yang bersaudara [ QS Ali Imrân/3 :103]
Juga firman-Nya.
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Oleh sebab itu bertakwalah kepada Allâh dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allâh dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman. [ QS al-Anfâl/8 :1]
Juga firman-Nya.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. [QS Ali Imrân/3:105]
"Dan masih banyak lagi nash-nash lainnya yang mengisyaratkan pokok yang agung ini," tulis As-Sa’di.
Dengan kaidah pokok ini, katanya, kondisi kaum Muslimin akan stabil dan bisa terus meningkat ke arah yang lebih baik dan sempurna. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿٤٦﴾ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Dan taatlah kepada Allâh dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah! Sesungguhnya Allâh beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allâh. Dan (ilmu) Allâh meliputi apa yang mereka kerjakan. [ QS al-Anfâl/8 :46-47]
As-Sa’di mengatakan dalam ayat di atas Allâh memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan Rasul-Nya dan Allâh melarang adanya perselisihan yang akan menyebabkan tercerai berainya hati serta memantik permusuhan yang mengakibatkan melemahnya kekuatan.
Dalam ayat di atas Allâh juga memerintahkan untuk memperbanyak dzikir dan bersabar, karena kedua hal tersebut sangat membantu dalam segala urusan .
Allâh juga memerintahkan untuk selalu ikhlas dan jujur, dan melarang kebalikannya, seperti riyâ, sum’ah, sombong, ujub, berkeinginan buruk serta berusaha menyesatkan manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allâh dan musuhmu [ QS al-Anfâl/8 :60]
Dalam ayat di atas Allâh Azza wa Jalla memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan semampunya. Kekuatan di sini mencakup kekuatan ide, politik, produksi dan persenjataan serta semua yang bisa memperkuat diri dalam menghadapi musuh dan bisa membuat mereka gentar.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! [ QS an-Nisâ/4 :71]
Maka lihatlah bagaimana ajaran-ajaran syariat ini menjadi sebab tunggal dan jalan yang paling efektif dalam menjalankan politi dalam dan luar negeri. Ketahuilah! Sesungguhnya kesempurnaan dan kebaikan ada pada segala tindakan yang mengikuti petunjuk syari’at. Sebaliknya, semua kekurangan yang sudah terjadi atau yang dikhawatirkan itu ditimbulkan oleh kelalaian dan sikap acuh terhadap syari’at.
(mhy)