Bacaan Niat Puasa Ramadan Lengkap
loading...
A
A
A
Bacaan niat puasa Ramadan lengkap ini penting dipahami umat Islam yang sebentar lagi akan menjalani puasa wajib selama sebulan penuh di bulan Ramadan. Semua ulama sepakat, tanpa niat maka puasa Ramadan menjadi tidak sah.
Imam An Nawawi menjelaskan, secara bahasa, niat (النية) dalam bahasa Arab berarti mengingini sesuatu atau bertekad untuk mendapatkannya. Sedangkan Imam Al Baidhawi menjelaskan bahwa niat adalah dorongan hati untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan.
Dalam kitab fiqih 'Islam wa Adillatuhu', Prof Dr Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa menurut istilah syara’, niat adalah tekad hati untuk melakukan amalan fardhu atau yang lain. Niat dengan hanya mengucapkan di lisan belum dianggap cukup. Melafazkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya, tidak harus melafazkan niat.
Namun menurut jumhur ulama selain mazhab Maliki, hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kapan niat puasa Ramadan ini harus dijalankan? Menurut Prof Dr Wahbah Az Zuhaili, maknanya adalah keinginan secara umum (al iradah al kulliyah). Sehingga niat dari malam hari tetap dianggap sah dan niat tidak disyaratkan harus berbarengan dengan terbitnya fajar. Bahkan menurut madzhab Syafi’i, niat puasa Ramadan berbarengan dengan terbitnya fajar tidak sah.
Karena sulitnya menepatkan niat puasa menjelang terbitnya fajar, maka niat puasa Ramadan boleh dilakukan pada malam hari, boleh pula pada waktu sahur. Yang tidak boleh jika niat dilakukan setelah terbitnya fajar. Berbeda dengan puasa sunnah yang niatnya boleh dilakukan saat pagi.
Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fikih Empat Mazhab menjelaskan, menurut madzhab Syafi’i, Hanbali dan Hanafi, niat puasa Ramadhan harus diperbarui setiap hari puasa, pada malam hari sebelum tiba waktu fajar. Sedangkan menurut mazhab Maliki, niat puasa Ramadan cukup dilakukan sekali di awal asalkan tidak terpotong sakit atau safar yang mengakibatkan tidak puasa.
Menurut mazhab Syafi’i, niat puasa Ramadan tidak bisa diwakili dengan makan sesuatu pada saat sahur. Kecuali jika saat makan sahur terbetik dalam pikirannya bahwa besok akan berpuasa. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, niat puasa Ramadan bisa diwakili dengan makan sahur. Kecuali jika saat makan itu berniat bukan untuk berpuasa.
Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhisy syahri romadhoona hadzihis sanati lillaahi ta’aala
Artinya: “Aku niat puasa pada hari esok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’ala”
Sedangkan menurut Mazhab Hanbali (Hanabilah), siapa yang hatinya terbersit keinginan bahwa besok akan puasa, maka itu sudah dianggap niat.
Dengan demikian, doa sebelum makan sahur sama dengan doa sebelum makan. Yakni membaca:
Bismillah
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah”
Sedangkan doa yang lebih populer namun dipersoalkan keshahihannya adalah:
Allohumma baariklanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaaban naar
Artinya: “Ya Allah, berkahilah untuk kami apa yang Engkau karuniakan kepada kami dan peliharalah kami dari adzab neraka” (HR. Imam Malik dalam Al Muwatha’)
Sebagaimana penjelasan di atas, saat sahur ini sangat baik untuk berniat puasa. Niat puasa Ramadan sebaiknya dilakukan saat sahur agar tidak ketinggalan (terdahului terbitnya fajar).
Sebab menurut jumhur ulama selain mazhab Syafi’i, makan sahur sudah dianggap niat puasa Ramadhan, kecuali saat makan sahur berniat tidak puasa. Sedangkan menurut madzhab Syafi’i, makan sahur tidak dianggap niat puasa Ramadan kecuali jika makan sahurnya disertai niat puasa Ramadan.
Wallahu A'lam
Imam An Nawawi menjelaskan, secara bahasa, niat (النية) dalam bahasa Arab berarti mengingini sesuatu atau bertekad untuk mendapatkannya. Sedangkan Imam Al Baidhawi menjelaskan bahwa niat adalah dorongan hati untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan.
Dalam kitab fiqih 'Islam wa Adillatuhu', Prof Dr Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa menurut istilah syara’, niat adalah tekad hati untuk melakukan amalan fardhu atau yang lain. Niat dengan hanya mengucapkan di lisan belum dianggap cukup. Melafazkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya, tidak harus melafazkan niat.
Namun menurut jumhur ulama selain mazhab Maliki, hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kapan niat puasa Ramadan ini harus dijalankan? Menurut Prof Dr Wahbah Az Zuhaili, maknanya adalah keinginan secara umum (al iradah al kulliyah). Sehingga niat dari malam hari tetap dianggap sah dan niat tidak disyaratkan harus berbarengan dengan terbitnya fajar. Bahkan menurut madzhab Syafi’i, niat puasa Ramadan berbarengan dengan terbitnya fajar tidak sah.
Karena sulitnya menepatkan niat puasa menjelang terbitnya fajar, maka niat puasa Ramadan boleh dilakukan pada malam hari, boleh pula pada waktu sahur. Yang tidak boleh jika niat dilakukan setelah terbitnya fajar. Berbeda dengan puasa sunnah yang niatnya boleh dilakukan saat pagi.
Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fikih Empat Mazhab menjelaskan, menurut madzhab Syafi’i, Hanbali dan Hanafi, niat puasa Ramadhan harus diperbarui setiap hari puasa, pada malam hari sebelum tiba waktu fajar. Sedangkan menurut mazhab Maliki, niat puasa Ramadan cukup dilakukan sekali di awal asalkan tidak terpotong sakit atau safar yang mengakibatkan tidak puasa.
Menurut mazhab Syafi’i, niat puasa Ramadan tidak bisa diwakili dengan makan sesuatu pada saat sahur. Kecuali jika saat makan sahur terbetik dalam pikirannya bahwa besok akan berpuasa. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, niat puasa Ramadan bisa diwakili dengan makan sahur. Kecuali jika saat makan itu berniat bukan untuk berpuasa.
Lafadz Niat Puasa Ramadan
Dalam mazhab Syafi’i, lafadz niat puasa Ramadan adalah sebagai berikut:نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ الشَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhisy syahri romadhoona hadzihis sanati lillaahi ta’aala
Artinya: “Aku niat puasa pada hari esok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’ala”
Sedangkan menurut Mazhab Hanbali (Hanabilah), siapa yang hatinya terbersit keinginan bahwa besok akan puasa, maka itu sudah dianggap niat.
Doa Sahur
Dalam kitab-kitab hadis, tidak ada doa khusus ketika makan sahur. Demikian pula dalam kitab-kitab fiqih terkemuka (Fiqih Sunnah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Fiqih Empat Madzhab), hanya dicantumkan doa buka puasa namun tidak dicantumkan doa sahur.Dengan demikian, doa sebelum makan sahur sama dengan doa sebelum makan. Yakni membaca:
بِسْمِ اللَّهِ
Bismillah
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah”
Sedangkan doa yang lebih populer namun dipersoalkan keshahihannya adalah:
Doa sahur 2
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Allohumma baariklanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaaban naar
Artinya: “Ya Allah, berkahilah untuk kami apa yang Engkau karuniakan kepada kami dan peliharalah kami dari adzab neraka” (HR. Imam Malik dalam Al Muwatha’)
Sebagaimana penjelasan di atas, saat sahur ini sangat baik untuk berniat puasa. Niat puasa Ramadan sebaiknya dilakukan saat sahur agar tidak ketinggalan (terdahului terbitnya fajar).
Sebab menurut jumhur ulama selain mazhab Syafi’i, makan sahur sudah dianggap niat puasa Ramadhan, kecuali saat makan sahur berniat tidak puasa. Sedangkan menurut madzhab Syafi’i, makan sahur tidak dianggap niat puasa Ramadan kecuali jika makan sahurnya disertai niat puasa Ramadan.
Wallahu A'lam
(wid)