3 Ciri Orang Bertakwa dalam Surat Ali Imran Ayat 133 dan 134
loading...
A
A
A
Dalam Surat Ali Imran ayat 133—134, dijelaskan tentang tiga ciri yang dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa . Ciri-ciri seperti apakah itu?
Allah Ta'ala berfirman :
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,”
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
Dalam kitab tafsir Imam Al-Baghawi yang berjudul Ma ‘alimut Tanzil, beliau menjelaskan ayat ini dimulai dengan kata wa saari‘uu yang merupakan fi’il amri (kata perintah) yang artinya bersegeralah kalian. Bersegera dalam hal ini yaitu kepada kebaikan. Sebab, sebagaimana sama-sama kita ketahui bahwa sebaik-baik kebaikan adalah yang disegerakan.
Adapun dalam ayat ini kita diminta untuk bersegera kepada maghfirah Allah subhanahu wata ‘ala. Apa maksudnya?
Ustaz Nofriyanto MAg, yang juga Dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UNIDA GONTOR, menjelaskan para ulama menyebut bahwa kata “maghfirah” dalam ayat di atas ada yang bermakna taubat, jihad, melaksanakan kewajiban dinul Islam, salat, jihad, dan masuk agama Islam. Semua hal ini mendatangkan ampunan Allah subhanahu wata ‘ala.
Ayat ini dilanjutkan dengan kata “jannatin” yang berarti surga. Sebutan untuk tempat dambaan setiap insan yang beriman. Tempat berlimpah kenikmatan yang hampir tidak pernah terlihat oleh mata dan tidak pernah terdengar oleh telinga dan juga tidak pernah terbetik dalam hati.
"Namun, yang tak kalah menarik adalah penggunaan kata “ardh” setelahnya. Orang Arab menyebut kata lebar itu dengan sebutan ardhun,"jelas Ustaz Nofriyanto
Kenapa disebut ‘lebar’? Padahal kalau kita lihat sehari-hari kalau kita mengukur jalan misalkan yang biasa terbayang adalah panjangnya bukan lebarnya, padahal sejatinya lebar jalan pasti lebih kecil volumenya dibandingkan panjangnya.
Maksud penggunaan kata ‘ardh pada al-Quran surat Ali Imran ayat 133 tersebut agar terbesit dalam benak para hamba-Nya betapa luasnya surga yang lebarnya saja seperti langit dan bumi.
Surga selebar itu Allah peruntukkan bagi para hamba-Nya yang bertakwa . Siapakah mereka orang-orang yang bertakwa itu?
Senantiasa berinfak di jalan Allah subhanahu wata ‘ala dalam keadaan lapang atau pun sempit. Apalagi berinfak di bulan Ramadan ini. Bulan Ramadan sudah jelas lebih besar dan berlipat ganda pahala dan ganjarannya. Sebab, di antara tiga amalan utama di bulan Ramadan salah satunya adalah berinfak atau bersedekah.
Jadi, ciri pertama orang bertakwa yang akan mendapatkan maghfirah dan akan mendapatkan surga yang luasnya seperti langit dan bumi yaitu orang-orang yang gemar membela jalan hartanya di jalan Allah subhanahu wata ‘ala. Baik dalam kondisi susah maupun mudah.
Salah satunya sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Barang siapa yang mampu menahan atau mengendalikan rasa marahnya, padahal ia mampu melampiaskannya, namun ia tahan dan ia kendalikan, maka Allah ‘azza wajalla akan panggil ia dengan panggilan kehormatan nanti di akhirat di depan khalayak umum dan diberi kebebasan untuk memilih siapa saja yang ingin ia jadikan pasangan dari para bidadari surga.” (HR. At-Tirmidzi no. 2021, 2491; Abu Dawud no. 4777; Ibnu Majah no. 4186; Ahmad no. 15210)
Salah satu cara yang diajarkan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengendalikan rasa marah, yaitu apabila seseorang marah sedang dia dalam kondisi berdiri, hendaklah ia duduk; jika tetap marah, hendaklah ia berbaring; jika tetap marah, hendaklah ia berjudul; dan jika tetap marah juga, hendaklah ia shalat.
Kenapa harus dengan wudhu? Sebab, marah itu bagian dari setan dan setan itu tercipta dari api, dan api hanya bisa dipadamkan dengan air sebagaimana petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan hampir semua kejahatan yang terjadi yang sampai bisa melukai orang lain atau menzalimi bahkan menghilangkan nyawa orang lain itu pangkal masalahnya adalah tidak bisa menahan rasa marah.
Allah Ta'ala berfirman :
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,”
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
Dalam kitab tafsir Imam Al-Baghawi yang berjudul Ma ‘alimut Tanzil, beliau menjelaskan ayat ini dimulai dengan kata wa saari‘uu yang merupakan fi’il amri (kata perintah) yang artinya bersegeralah kalian. Bersegera dalam hal ini yaitu kepada kebaikan. Sebab, sebagaimana sama-sama kita ketahui bahwa sebaik-baik kebaikan adalah yang disegerakan.
Adapun dalam ayat ini kita diminta untuk bersegera kepada maghfirah Allah subhanahu wata ‘ala. Apa maksudnya?
Ustaz Nofriyanto MAg, yang juga Dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UNIDA GONTOR, menjelaskan para ulama menyebut bahwa kata “maghfirah” dalam ayat di atas ada yang bermakna taubat, jihad, melaksanakan kewajiban dinul Islam, salat, jihad, dan masuk agama Islam. Semua hal ini mendatangkan ampunan Allah subhanahu wata ‘ala.
Ayat ini dilanjutkan dengan kata “jannatin” yang berarti surga. Sebutan untuk tempat dambaan setiap insan yang beriman. Tempat berlimpah kenikmatan yang hampir tidak pernah terlihat oleh mata dan tidak pernah terdengar oleh telinga dan juga tidak pernah terbetik dalam hati.
"Namun, yang tak kalah menarik adalah penggunaan kata “ardh” setelahnya. Orang Arab menyebut kata lebar itu dengan sebutan ardhun,"jelas Ustaz Nofriyanto
Kenapa disebut ‘lebar’? Padahal kalau kita lihat sehari-hari kalau kita mengukur jalan misalkan yang biasa terbayang adalah panjangnya bukan lebarnya, padahal sejatinya lebar jalan pasti lebih kecil volumenya dibandingkan panjangnya.
Maksud penggunaan kata ‘ardh pada al-Quran surat Ali Imran ayat 133 tersebut agar terbesit dalam benak para hamba-Nya betapa luasnya surga yang lebarnya saja seperti langit dan bumi.
Surga selebar itu Allah peruntukkan bagi para hamba-Nya yang bertakwa . Siapakah mereka orang-orang yang bertakwa itu?
Tiga Ciri Orang Bertakwa
1. Senantiasa Berinfak di Jalan Allah
Jawabannya ada di ayat setelahnya, Al-Quran surat Ali Imran ayat 133. Yaitu mereka yang memiliki tiga sifat utama.Senantiasa berinfak di jalan Allah subhanahu wata ‘ala dalam keadaan lapang atau pun sempit. Apalagi berinfak di bulan Ramadan ini. Bulan Ramadan sudah jelas lebih besar dan berlipat ganda pahala dan ganjarannya. Sebab, di antara tiga amalan utama di bulan Ramadan salah satunya adalah berinfak atau bersedekah.
Jadi, ciri pertama orang bertakwa yang akan mendapatkan maghfirah dan akan mendapatkan surga yang luasnya seperti langit dan bumi yaitu orang-orang yang gemar membela jalan hartanya di jalan Allah subhanahu wata ‘ala. Baik dalam kondisi susah maupun mudah.
2. Bisa Menahan Emosi atau Marah
Ciri yang kedua adalah orang-orang yang bisa menahan emosi atau amarahnya. Saking bahayanya tidak bisa mengendalikan rasa amarah, orang Arab menyebutnya dengan al-ghadhabu ra`su kulli khatiiatin, yang artinya: marah adalah sumber segala keburukan. Namun, bagi siapa saja yang mampu menahan amarahnya maka dijamin baginya banyak kebaikan.Salah satunya sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ
“Barang siapa yang mampu menahan atau mengendalikan rasa marahnya, padahal ia mampu melampiaskannya, namun ia tahan dan ia kendalikan, maka Allah ‘azza wajalla akan panggil ia dengan panggilan kehormatan nanti di akhirat di depan khalayak umum dan diberi kebebasan untuk memilih siapa saja yang ingin ia jadikan pasangan dari para bidadari surga.” (HR. At-Tirmidzi no. 2021, 2491; Abu Dawud no. 4777; Ibnu Majah no. 4186; Ahmad no. 15210)
Salah satu cara yang diajarkan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengendalikan rasa marah, yaitu apabila seseorang marah sedang dia dalam kondisi berdiri, hendaklah ia duduk; jika tetap marah, hendaklah ia berbaring; jika tetap marah, hendaklah ia berjudul; dan jika tetap marah juga, hendaklah ia shalat.
Kenapa harus dengan wudhu? Sebab, marah itu bagian dari setan dan setan itu tercipta dari api, dan api hanya bisa dipadamkan dengan air sebagaimana petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan hampir semua kejahatan yang terjadi yang sampai bisa melukai orang lain atau menzalimi bahkan menghilangkan nyawa orang lain itu pangkal masalahnya adalah tidak bisa menahan rasa marah.