Amalan di 10 Hari Terakhir Ramadan, Jangan Dilewatkan!
loading...
A
A
A
Bulan Ramadan sudah memasuki hari ke 17, umat Islam selanjutnya akan memasuki malam-malam Ramadan yang penuh berkah dan kemuliaan. Lantas, apa persiapan menyambut 10 hari terakhir Ramadan yang di dalamnya terdapat satu malam kemuliaan bernama Lailatul Qadar?
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memberi perhatian besar terhadap 10 hari terakhir Ramadan ini. Beliau memerintahkan kaum muslimin agar mencari Lailatul Qadar dengan memperbanyak amal saleh.
"Diriwayatkan bahwa Nabi 'alaihis-shalatu wassalam senang menggandakan amal di bulan Ramadan lebih dari bulan-bulan lain. Pada masa 10 hari terakhir Ramadhan, baginda Nabi lebih rajin lagi beramal dari pada seluruh bulan Ramadhan itu," kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hawthah Al-Jindaniyah Habib Ahmad bin Novel Jindan yang menukil perkataan Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam Kitab An-Nasoih Ad-Diniyyah.
Para ulama rahimahumullah berkata, kemungkinan adanya Lailatul Qadar itu berlaku pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan . Karena itu, setiap mukmin harus menyiapkan diri mencari malam Lailatul Qadar itu pada setiap malam dari malam-malam bulan Ramadan.
"Hendaklah untuk malam itu memperbanyak amal saleh. Apabila tidak saja malam Lailatul Qadar , ia tetap sibuk dengan amalannya, tekun berzikir kepada Allah Ta’ala, tidak lalai, atau lupa," kata Habib Ahmad melalui websitenya pribadinya.
Orang yang beramal dengan ketaatan Allah pada malam Lailatul Qadar menjadi amalannya lebih utama dari amalan seribu bulan. Para ulama berselisih pendapat dalam menentukan waktunya. Sebagian dari mereka mengatakan, bahwa malam Lailatul Qadar itu tidak tertentu pada satu malam dari malam-malam bulan Ramadan. Yang lain mengatakan, bahwa malam itu berpindah-pindah, tidak dapat ditentukan pada sesuatu malam yang tetap.
"Pendapat saya malam Lailatul Qadar itu tidak tertentu, dan mungkin sekali berlaku pada malam lain dari malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadan . Meskipun pendapat terbanyak mengatakan bahwa kemungkinan berlakunya malam Lailatul Qadr itu pada malam-malam sepuluh hari terakhir," jelas Habib Ahmad.
Terkait ganjaran belipat ganda ini, ada suatu riwayat mengatakan bahwa salat sunnah di bulan Ramadan diganjar pahala salat fardhu. Sedangkan pahala salat fardhu digandakan seperti pahala 70 salat selain bulan Ramadan. Inilah perniagaan yang sama sekali tidak merugikan.
Adapun tentang kemudahan terdorongnya mengerjakan kebajikan di bulan Ramadhan , karena nafsu yang ammarah bissu’ (yang sering menyeret kepada kejahatan), ketika itu terpenjara disebabkan lapar dan dahaga. Setan terbelenggu dan tidak dapat mengacau dan mengajak manusia untuk berbuat jahat.
Karena itu, tidak ada halangan bagi seseorang untuk berbuat baik dan beramal saleh. Sebagaimana seorang mukmin harus memperbanyak ibadah pada bulan Ramadan . Berlomba-lomba untuk mengerjakannya.
"Demikian pula hendaknya ia mengamati diri dari melakukan dosa dan maksiat. Seharusnya ia meletakkan dirinya sejauh yang boleh dari perkara-perkara yang dilarang agama. Sebab maksiat dalam masa-masa yang dimuliakan Allah itu dosanya amat besar, sama seperti dilipatgandakannya pahala amal ibadah dan kebajikan yang dikerjakan," kata Habib Ahmad.
Wallahu A'lam
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memberi perhatian besar terhadap 10 hari terakhir Ramadan ini. Beliau memerintahkan kaum muslimin agar mencari Lailatul Qadar dengan memperbanyak amal saleh.
"Diriwayatkan bahwa Nabi 'alaihis-shalatu wassalam senang menggandakan amal di bulan Ramadan lebih dari bulan-bulan lain. Pada masa 10 hari terakhir Ramadhan, baginda Nabi lebih rajin lagi beramal dari pada seluruh bulan Ramadhan itu," kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hawthah Al-Jindaniyah Habib Ahmad bin Novel Jindan yang menukil perkataan Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam Kitab An-Nasoih Ad-Diniyyah.
Para ulama rahimahumullah berkata, kemungkinan adanya Lailatul Qadar itu berlaku pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan . Karena itu, setiap mukmin harus menyiapkan diri mencari malam Lailatul Qadar itu pada setiap malam dari malam-malam bulan Ramadan.
"Hendaklah untuk malam itu memperbanyak amal saleh. Apabila tidak saja malam Lailatul Qadar , ia tetap sibuk dengan amalannya, tekun berzikir kepada Allah Ta’ala, tidak lalai, atau lupa," kata Habib Ahmad melalui websitenya pribadinya.
Orang yang beramal dengan ketaatan Allah pada malam Lailatul Qadar menjadi amalannya lebih utama dari amalan seribu bulan. Para ulama berselisih pendapat dalam menentukan waktunya. Sebagian dari mereka mengatakan, bahwa malam Lailatul Qadar itu tidak tertentu pada satu malam dari malam-malam bulan Ramadan. Yang lain mengatakan, bahwa malam itu berpindah-pindah, tidak dapat ditentukan pada sesuatu malam yang tetap.
"Pendapat saya malam Lailatul Qadar itu tidak tertentu, dan mungkin sekali berlaku pada malam lain dari malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadan . Meskipun pendapat terbanyak mengatakan bahwa kemungkinan berlakunya malam Lailatul Qadr itu pada malam-malam sepuluh hari terakhir," jelas Habib Ahmad.
Memperbanyak Kebajikan di Bulan Ramadan
Perbanyaklah amal ibadah dan perbuatan baik di bulan Ramadan sesuai kemampuan. Karena kelebihan bulan ini semua amalan dilipatgandakan. Ramadhan memberikan pahala yang banyak dan kemudahan terdorongnya seseorang melakukan amal baik.Terkait ganjaran belipat ganda ini, ada suatu riwayat mengatakan bahwa salat sunnah di bulan Ramadan diganjar pahala salat fardhu. Sedangkan pahala salat fardhu digandakan seperti pahala 70 salat selain bulan Ramadan. Inilah perniagaan yang sama sekali tidak merugikan.
Adapun tentang kemudahan terdorongnya mengerjakan kebajikan di bulan Ramadhan , karena nafsu yang ammarah bissu’ (yang sering menyeret kepada kejahatan), ketika itu terpenjara disebabkan lapar dan dahaga. Setan terbelenggu dan tidak dapat mengacau dan mengajak manusia untuk berbuat jahat.
Karena itu, tidak ada halangan bagi seseorang untuk berbuat baik dan beramal saleh. Sebagaimana seorang mukmin harus memperbanyak ibadah pada bulan Ramadan . Berlomba-lomba untuk mengerjakannya.
"Demikian pula hendaknya ia mengamati diri dari melakukan dosa dan maksiat. Seharusnya ia meletakkan dirinya sejauh yang boleh dari perkara-perkara yang dilarang agama. Sebab maksiat dalam masa-masa yang dimuliakan Allah itu dosanya amat besar, sama seperti dilipatgandakannya pahala amal ibadah dan kebajikan yang dikerjakan," kata Habib Ahmad.
Wallahu A'lam
(wid)