Khutbah Jum'at : Ramadan di Tengah Duka Kaum Muslimin

Jum'at, 29 Maret 2024 - 04:05 WIB
loading...
Khutbah Jumat : Ramadan di Tengah Duka Kaum Muslimin
Umat muslim harus ingat jika dalam Ramadan tahun ini penderitaan sebagian saudara kita belum kunjung hilang. Di sejumlah negeri, kaum muslim menyambut Ramadan dengan ketertindasan, seperti di Gaza Palestina misalnya. Foto ilustrasi/IST
A A A
Ramadan di tengah duka kaum muslim menjadi tema yang menarik untuk diangkat menjadi khutbah Jum'at. Mengingat saat ini saudara-saudara muslim di Gaza tengah menghadapi bulan Ramadan yang sulit dan penuh bahaya.

Berikut ini khutbah Jumat bertajuk Ramadan di Tengah Duka Kaum Muslim yang bisa dijadikan sebagai referensi.

Ramadan di Tengah Duka Kaum Muslimin

Tidak ada bulan yang keutamaannya melebihi keutamaan Ramadan . Ramadan sering disebut sebagai 'rajanya bulan'.

Ramadan penuh keagungan dan keberkahan, di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dimana Allah SWT akan melipatgandakan pahala atas setiap amal kebaikan. Pantas rasanya setiap umat mukmin bergembira menyambut kedatangan Ramadan.

Namun demikian, umat muslim harus ingat jika dalam Ramadan tahun ini penderitaan sebagian saudara kita belum kunjung hilang. Di sejumlah negeri, kaum muslim menyambut Ramadan dengan ketertindasan.

Saudara kita di Palestina misalnya yang bukan hanya terancam kelaparan, namun juga dihadapkan pada aksi pembantaian. Jelas apa yang mereka alami bertolak belakang dengan keadaan kaum muslim di negeri lain yang gembira menyambut bulan suci Ramadan.

Seruan pembunuhan terhadap warga Gaza terus digencarkan oleh para Zionis. Seorang tokoh Yahudi, Rabbi Eliyahu Mali meminta murid-muridnya yang bertugas di pasukan militer Israel untuk membunuh semua orang di Gaza, termasuk Perempuan dan anak-anak.

Pemusnahan warga Gaza ini seperti menjadi kebijakan pemerintah Israel. Tahun lalu, Menteri Warisan Israel, Amihay Eliyahu melontarkan opsi untuk menyerang Gaza menggunakan senjata nuklir. Meskipun hal ini tidak terealisasi, tetap saja pemikiran ekstrim zionis saat ini sudah mulai sangat tidak manusiawi.

Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut setiap 10 menit satu anak-anak terbunuh di Gaza. Dokter Gaza mengatakan kepada Action Aid, setidaknya dua ibu terbunuh setiap 60 menit, dan tujuh perempuan terbunuh setiap dua jam.

Isolasi yang dilakukan Zionis juga telah menyebabkan bencana kelaparan di Gaza. Diperkirakan ada 800 ribu warga terancam mati akibat kelaparan dan tidak punya akses air bersih.

Militer Zionis juga tidak segan menembaki warga yang tengah mengerubuti truk-truk bantuan makanan. Karena itu penduduk Gaza sama sekali tidak punya persiapan khusus menyambut Ramadan, bahkan mereka seakan sudah berpuasa sejak lima bulan sebelum Ramadan.

Warga Gaza juga tak memiliki rumah sakit. Seluruhnya telah dihancurkan oleh Zionis. Banyak warga luka yang dirawat seadanya di tempat-tempat pengungsian dengan minimnya obat-obatan dan peralatan medis. Jumlah dokter dan tenaga medis pun semakin berkurang karena banyak yang menjadi korban.

Nasib memilukan juga dialami oleh Muslim Uighur yang hidup di dalam tekanan rezim komunis di China. Tahun lalu Organisasi Kongres Uighur Dunia melaporkan sejumlah umat Muslim di China dilarang berpuasa oleh pemerintah setempat.

Mereka terancam ditangkap jika ketahuan berpuasa. Anak-anak sekolah, para pegawai negeri dna keluarga mereka dilarang berpuasa selama Ramadan. Pemerintah komunis China juga memata-matai warga Muslim Uighur. Tujuannya untuk memastikan agar mereka tidak menjalankan ibadah puasa.

Derita Muslim di Gaza dan Uighur baru sekelumit dari potret derita banyak muslim dunia. Masih banyak Muslim menderita di Suriah, India, Myanmar, all. Sulit bagi mereka merasakan nikmatnya ibadah selama Ramadan karena ancaman kelaparan.

Ketika kita di tanah air merasakan indahnya sahur dan berbuka puasa bersama keluarga, di beberapa negeri lain banyak saudara seiman yang hidup di tenda-tenda pengungsian ala kadarnya.

Mereka kehilangan semua anggota keluarganya, mereka juga tidak memiliki makanan untuk sahur dan berbuka. Inilah realita Ramadan di tengah derita umat yang terjadi hampir setiap tahun.

Sungguh berdosa kaum muslim yang tidak memikirkan dan memberikan bantuan kepada semsama Muslim. Sebabnya, Allah SWT telah mewajibkan kita untuk memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan.

Firman Allah SWT :

اِنَّ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَهَاجَرُوۡا وَجَاهَدُوۡا بِاَمۡوَالِهِمۡ وَاَنۡفُسِهِمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَالَّذِيۡنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوۡۤا اُولٰۤٮِٕكَ بَعۡضُهُمۡ اَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ‌ؕ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَلَمۡ يُهَاجِرُوۡا مَا لَـكُمۡ مِّنۡ وَّلَايَتِهِمۡ مِّنۡ شَىۡءٍ حَتّٰى يُهَاجِرُوۡا‌ ۚ وَاِنِ اسۡتَـنۡصَرُوۡكُمۡ فِى الدِّيۡنِ فَعَلَيۡكُمُ النَّصۡرُ اِلَّا عَلٰى قَوۡمٍۢ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ مِّيۡثَاقٌ ؕ وَاللّٰهُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِيۡرٌ


(QS Al Anfal : 72)

Nabi Muhammad SAW juga sempat bersabda, "Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain. Dia tidak boleh mengkhianati, mendustai dan menelantarkan saudaranya" (HR at Tirmidzi).

Apakah kaum muslim tidak menyadari bahwa pahala ibadah shaum bisa rusak akibat sikap egois, tidak peduli dan menahan diri dari menolong mereka yang membutuhkan. Semua itu adalah perkara yang diharamkan agama yang dapat membinasakan pahala puasa.

Rasulullah SAW pernah bersabda, "Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga" (HR an-Nasa'i).

Sikap tak acuh itulah yang ditunjukkan terutama oleh para pemimpin Dunia Islam, khususnya pemimpin Arab. Mereka bermain retorika dengan mengutuk dan menghimbau kepada dunia untuk menghentikan kekejaman Yahudi. Padahal mereka mengetahui jika ucapan mereka hanya akan dianggap sebagai omong kosong.

Lalu agar tidak kehilangan muka, mereka memberikan bantuan ala kadarnya. Itupun dilakukan dengan cara yang tidak manusiawi, seperti menjatuhkan bantuan dari udara ke pantai dan laut. Hingga banyak warga yang tidak sanggup mencapai lokasi jatuhnya bantuan.

Ada beberapa penyebab penderitaan umat masih berlangsung. Pertama : Umat masih terbelenggu dengan paham nasionalisme yang menyebabkan hilangnya sikap peduli dan kemauan menolong saudara seiman.

Padahal paham egoisme dalam wujud nasionalisme ini diharamkan oleh Nabi Muhammad SAW. "Siapa saja yang berbangga-bangga dengan slogan-slogan shabiyah, maka suruhlah dia menggigit kemaluan ayahnya, dan tidak usah pakai bahasa kiasan terhadapnya" (HR al Bukhari).

Kedua : Umat Muslim, khususnya para pemimpin mereka, masih memberikan loyalitas dan kepercayaan pada negara-negara barat damn lembaga-lembaga internasional yang mereka dirikan, seperti PBB atau ICJ. Umat seperti lupa bahwa negara Barat adalah perancang kelahiran Zionis untuk menciptakan petaka di dunia Muslim.

Ketiga : Para pemimpin Dunia Islam telah lama menjadi penguasa boneka yang tunduk pada arahan politik Barat. Memang sebagian mereka dipilih oleh rakyat, tetapi atas restu negara-negara Barat. Karena itu tidak mungkin mereka menentang kekuasaan Barat.

Keempat : Umat masih belum sepenuhnya sadar bahwa berbagai penderitaan yang mereka alami hanya bisa dibebaskan dengan kekuatan mandiri di bawah kepemimpinan Khalifah Islamiyah. Kebutuhan umat akan akan institusi Khilafah Islamiyah adalah mutlak.

Khalifah adalah institusi yang ditunjuk oleh syariat untuk mengurus hukum-hukum Islam. Khalifah juga bertugas melindungi setiap muslim dari berbagai ancaman.

Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh Imam (Khalifah) adalah perisai orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya (HR Muslim).

Inilah empat hal yang harus segera diatasi jika umat ingin membebaskan diri dari penderitaan. Tidak mungkin datang pertolongan dan kemenangan tanpa menjalankan kausalitas yang wajib ditempuh oleh umat.



Wallahu a'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2195 seconds (0.1#10.140)