Inilah Amalan-amalan Sunnah di Hari Raya Idulfitri

Jum'at, 05 April 2024 - 13:07 WIB
loading...
Inilah Amalan-amalan...
Salah satu amalan sunnah di Hari Raya Idufitri adalah makan terlebih dahulu sebelum berangkat menunaikan salat Ied ke lapangan. Foto ilustrasi/SINDOnews
A A A
Ada amalan-amalan sunnah di Hari Raya Idulfitri yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW. Di antara amalan sunnah tersebut ada satu tradisi yang cukup populer di Indonesia, yaitu mengucapkan "Selamat Hari Raya" atau ucapan Taqabbalallahu Minna wa Minkum.

Dalam satu kajian Ustaz Farid Nu'man Hasan disebutkan 11 amalan sunnah Hari Raya Idulfitri yang dapat diamalkan umat muslim. Berikut amalannya:

1. Mandi Sunnah di Hari Raya

Mandi pada hari 'Id adalah sunnah, bukan wajib dan ini telah menjadi ijma' para ulama. Mandi sunnah ini dapat dilakukan sejak tengah malam pada malam hari raya atau pada pagi saat Subuh. Berkata Imam Ibnu Rajab rahimahullah:

والغسل للعيد غير واجب . وقد حكى ابن عبد البر الإجماع عليهِ ، ولأصحابنا وجه ضعيف بوجوبه . وروى الزهري ، عن ابن المسيب ، قال : الاغتسال للفطر والأضحى قبل أن يخرج إلى الصلاة حقٌ


"Mandi pada hari raya bukanlah kewajiban, Ibnu Abdil Bar telah menceritakan adanya Ijma' atas hal itu. Sedangkan terdapat riwayat lemah bagi sahabat-sahabat kami yang menyebutkan kewajibannya. Az-Zuhri meriwayatkan dari Ibnul Musayyib, katanya: "Mandi pada Idul Fitri dan Idul Adha sebelum keluar menuju salat adalah benar adanya." (Imam Ibnu Rajab, Fathul Bari, 6/71)

2. Memakai Pakaian Terbaik dan Wangi-wangian

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, katanya:

أمرنا رسول الله صلى الله عليه و سلم في العيدين أن نلبس أجود ما نجد و أن نتطيب بأجود ما نجد و أن نضحي بأسمن ما نجد


"Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami pada dua hari raya untuk memakai pakaian terbaik yang kami punya, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang kami punya, dan berqurban dengan hewan yang paling mahal yang kami punya." (HR Al Hakim dalam Al Mustadrak 7560; Ath-Thabarani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir 2756; Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman 3715; Ath Thahawi 4730)

3. Makan Sebelum Berangkat Salat Idulfitri

Amalan ini sebagai pertanda berbuka di hari raya Idulfitri. Namun, pada Hari Raya Idul Adha dianjurkan tidak makan sebelum melakansakan salat Idul Adha. Pada hari Idulfitri disunnahkan makan kurma berjumlah ganjil, sebelum berangkat shalat Id. Hal ini didasarkan pada riwayat berikut:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ وَقَالَ مُرَجَّأُ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي أَنَسٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا


Artinya: "Pada saat Idulfitri Rasulullah SAW tidaklah berangkat untuk salat sebelum makan beberapa kurma." Murajja bin Raja berkata, berkata kepadaku 'Ubaidullah, katanya: berkata kepadaku Anas, dari Nabi: "Beliau memakannya berjumlah ganjil." (HR Al-Bukhari No. 953)

4. Pergi Menuju Lapangan untuk Salat Id

Salat hari raya Id di lapangan adalah sunnah Nabi. Beliau tidak pernah salat Id, kecuali di lapangan. Namun, jika ada halangan seperti hujan, lapangan yang berlumpur atau becek, tidak mengapa dilakukan di dalam masjid. Dikecualikan bagi penduduk Mekkah, salat Id di Masjidil Haram adalah lebih utama.

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq:

صلاة العيد يجوز أن تؤدى في المسجد، ولكن أداءها في المصلى خارج البلد أفضل ما لم يكن هناك عذر كمطر ونحوه لان رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يصلي العيدين في المصلى ولم يصل العيد بمسجده إلا مرة لعذر المطر


"Salat Id boleh dilakukan di dalam masjid, tetapi melakukannya di mushalla (lapangan) yang berada di luar adalah lebih utama, hal ini selama tidak ada udzur seperti hujan dan semisalnya, karena Rasulullah SAW salat dua hari raya di lapangan. Tidak pernah Beliau shalat di masjidnya kecuali sekali karena adanya hujan." (Fiqhus Sunnah, 1/318)

5. Menyuruh Kaum Wanita dan Anak-anak ke Luar Menuju Tempat Salat Id

Ummu 'Athiyah radhiallahu 'anha berkata:

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا


"Kami diperintahkan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam untuk mengeluarkan anak-anak gadis, wanita haid, wanita yang dipingit, pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Adapun wanita haid, mereka terpisah dari tempat salat. Agar mereka bisa menghadiri kebaikan dan doa kaum muslimin. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, salah seorang kami tidak memiliki jilbab." Beliau menjawab: "Hendaknya saudarinya memakaikan jilbabnya untuknya." (HR Al-Bukhari 324 dan Muslim 890)

Hikmahnya adalah selain agar mereka bisa mendapatkan kebaikan dan doa kaum muslimin, juga sebagai momen bagi kaum wanita dan anak-anak mendapatkan pelajaran dan nasihat agama.

6. Melaksanakan Salat Id

Salat Idulfitri maupun Iduladha hukumnya sunnah muakadah. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq:

شرعت صلاة العيدين في السنة الاولى من الهجرة، وهي سنة مؤكدة واظب النبي صلى الله عليه وسلم عليها وأمر الرجال والنساء أن يخرجوا لها


"Disyariatkannya salat 'Idain (dua hari raya) pada tahun pertama dari hijrah, dia adalah sunnah muakadah yang selalu dilakukan oleh Nabi shollallahu 'alaihi wasallam, Beliau memerintahkan kaum laki-laki dan wanita untuk keluar meramaikannya." (Fiqhus Sunnah, 1/317)

7. Mendengarkan Khutbah Hari Raya

Berkhuthbah saat Salat Id adalah sunnah menurut jumhur ulama, mendengarkannya juga sunnah. Syaikh Sayyid Sabiq menerangkan:

الخطبة بعد صلاة العيد سنة والاستماع إليها كذلك


"Khutbah setelah salat 'Id adalah sunnah, mendengarkannya juga begitu." (Fiqhus Sunnah, 1/321)

8. Berangkat dan Pulang Salat Id Melewati Jalan Berbeda

Sunnah ini diterangkan dalam berbagai riwayat. Di antaranya dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma, katanya:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ


"Nabi shollallahu 'alaihi wasallam jika keluar pada hari Id akan menempuh jalan yang berbeda." (HR Al-Bukhari 986)

9. Mengucapkan Selamat Hari Raya

Mengucapkan Selamat Hari Raya atau ucapan Tahniah lebaran termasuk amalan sunnah. Hal ini menjadi tradisi yang cukup populer di Indonesia. Diriwayatkan dari Al Watsilah bahwa beliau berjumpa Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan mengucapkan: "Taqabballahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amal kami dan Anda). Namun sanad riwayat ini lemah sebagaimana dikatakan Imam Al Hazifh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam Fathul Bari.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2525 seconds (0.1#10.140)