Jadi Khatib Idulfitri? Jangan Lupa Beberapa Sunah Nabi Berikut Ini
loading...
A
A
A
عَنْ حُصَيْنٍ أَنَّ بشر بن مروان رَفَعَ يَدَيْهِ يَوْمَ اْلجُمْعَةِ عَلَى اْلمِنْبَرِفَسَبَّهُ عَمَّارَةُ رُوَيْبَةَ الثَّقَفِى وَقَالَ مَا زَادَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى هَذَا وَأَشَارَ بِإِصْبِعِهِ االسَّبَابَةَ. [رواه ابن النسائى]
“Diriwayatkan dari Hushain, bahwa Basyir bin Marwan mengangkat kedua tangannya pada khotbah Jumuah di atas mimbar, kemudian dimarahi oleh Amarah Ruwaibah ats-Tsaqafi dan berkata: Rasulullah saw tidak menambah ini, dengan mengisyaratkan jari telunjuknya.” [HR. an-Nasa’i].
Dalam hadis tersebut, disebutkan bahwa Basyir bin Marwan mengangkat kedua tangannya pada khotbah Jumuah di atas mimbar. Namun, ia kemudian dimarahi oleh Amarah Ruwaibah ats-Tsaqafi karena perbuatannya tersebut. Amarah menyatakan bahwa Rasulullah Saw tidak melakukan hal tersebut, melainkan hanya mengisyaratkan dengan jari telunjuknya.
Dari hadis ini, tergambar bahwa dalam mengakhiri khotbah, Rasulullah SAW tidak mengangkat kedua tangannya seperti dalam doa, melainkan hanya mengisyaratkan dengan jari telunjuknya. Praktik ini kemudian diikuti oleh umat Islam dalam melaksanakan khotbah, baik pada Hari Raya maupun pada khotbah Jumuah.
Dengan demikian, penutupan khotbah dengan doa dan mengangkat tangan jari syahadat merupakan bagian dari tuntunan Rasulullah SAW kepada umatnya. Ini juga menjadi momen terakhir dalam ibadah Salat Id di mana umat Muslim berdoa bersama-sama untuk memohon keberkahan dan rahmat dari Allah SWT.
(mhy)