Kisah Pasukan Muslim Menumpas Kekuasaan Para Kisra Persia
loading...
A
A
A
Sesudah tampuk pimpinan Romawi dipegang oleh Heraklius, Persia dapat dipukul mundur, dan Salib Besar dapat direbutnya kembali. Kekalahan Persia itu tidak terbatas hanya pada mundurnya sampai ke perbatasan, tetapi semangat mereka sudah pula lemah, kekacauan makin terbuka dalam istana mereka, kepercayaan kepada diri sendiri hilang.
Setelah tiba-tiba pihak Arab datang, faktor-faktor inilah yang membuat mereka makin rapuh. Mereka sudah tak mampu lagi bertahan di hadapan para penyerbu itu, masing-masing mencari keselamatan untuk dirinya, para pangerannya mencari kekuasaan palsu di samping sang penakluk, menikmatinya walaupun untuk sementara, dengan membiarkan Kisra lambang persatuan dan kebanggaan mereka ke mana saja dibawa oleh nasib.
Demikianlah keadaan penguasa Persia itu, termasuk sebagian besar marzaban dan pangeran-pangerannya.
Memburu Kisra
Adapun Khalifah Umar bin Khattab tak berselang lama setelah merasa lega dengan kemenangan pasukannya di Nahawand dan persetujuan yang dicapai dengan pihak Hamazan, ia teringat pada kata-Âkata Ahnaf bin Qais, bahwa Persia akan terus mengadakan perlawanan terhadap pasukan Muslimin selama Yazdigird masih berada di tengahÂ-tengah mereka.
Maka tak mungkin ada dua raja berkumpul, salah satunya harus keluar. Jadi kalau begitu tak ada jalan lain ia harus mengejar pasukan Persia ke segenap pelosok kerajaan itu sampai Kisra dapat diusir dan hanya pasukan Muslimin yang akan berkuasa di sana.
Khalifah Umar tidak memberangkatkan brigade-brigade yang dibentuknya itu untuk menjelajahi kawasan Persia sebelum ia dapat membebaskan seluruh Irak-Persia.
Dengan demikian ia dapat melindungi barisan belakangnya, mengamankan jalur penarikan kembalinya serta menguasai jalan-jalan yang akan digunakan untuk membawa bala bantuan dari Irak-Arab dan Semenanjung untuk memperkuat pasukannya.
Setelah tiba-tiba pihak Arab datang, faktor-faktor inilah yang membuat mereka makin rapuh. Mereka sudah tak mampu lagi bertahan di hadapan para penyerbu itu, masing-masing mencari keselamatan untuk dirinya, para pangerannya mencari kekuasaan palsu di samping sang penakluk, menikmatinya walaupun untuk sementara, dengan membiarkan Kisra lambang persatuan dan kebanggaan mereka ke mana saja dibawa oleh nasib.
Demikianlah keadaan penguasa Persia itu, termasuk sebagian besar marzaban dan pangeran-pangerannya.
Memburu Kisra
Adapun Khalifah Umar bin Khattab tak berselang lama setelah merasa lega dengan kemenangan pasukannya di Nahawand dan persetujuan yang dicapai dengan pihak Hamazan, ia teringat pada kata-Âkata Ahnaf bin Qais, bahwa Persia akan terus mengadakan perlawanan terhadap pasukan Muslimin selama Yazdigird masih berada di tengahÂ-tengah mereka.
Maka tak mungkin ada dua raja berkumpul, salah satunya harus keluar. Jadi kalau begitu tak ada jalan lain ia harus mengejar pasukan Persia ke segenap pelosok kerajaan itu sampai Kisra dapat diusir dan hanya pasukan Muslimin yang akan berkuasa di sana.
Khalifah Umar tidak memberangkatkan brigade-brigade yang dibentuknya itu untuk menjelajahi kawasan Persia sebelum ia dapat membebaskan seluruh Irak-Persia.
Dengan demikian ia dapat melindungi barisan belakangnya, mengamankan jalur penarikan kembalinya serta menguasai jalan-jalan yang akan digunakan untuk membawa bala bantuan dari Irak-Arab dan Semenanjung untuk memperkuat pasukannya.
(mhy)