Nabi Idris Serahkan Tugas Kenabian Kepada Anak Cucunya
loading...
A
A
A
KISAH Nabi Idris AS ini dinukil dari karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas (1448-1522). Beliau adalah salah satu sejarawan Mesir yang paling penting. Kisah ini diterjemahkan oleh Abdul Halim dengan judul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”. (
)
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa setelah Nabi Idris as naik ke langit, yang mengurus urusannya setelahnya adalah anaknya, Matusyilakh. Dia menghukumi di antara manusia dengan benar. Dan setelah Matusyilakh meninggal, tabut dan suhuf diserahkan kepada anaknya, Lamik. ( )
Al-Kisa’i mengatakan bahwa Lamik itu sangat keras dan sangat kuat. Dia bisa membalikkan batu besar dan bisa mencopotnya dari gunung.
Salah satu peristiwa yang terjadi kepadanya adalah bahwa pada suatu hari dia pergi ke sebuah lapangan. Dia melihat seorang wanita cantik yang sedang menggembalakan domba-dombanya. Wanita itu membuatnya kagum. Dia menghampirinya dan menanyakan namanya. Wanita itu menjawab, “Aku adalah Fainusah binti Iklil keturunan Qabil anak Adam.”
Lamik bertanya kepadanya, “Apakah engkau mempunyai suami?”
Fainusah menjawab, “Tidak.”
Lamik berkata kepadanya, “Engkau masih kecil, seandainya engkau telah baligh, tentu aku menikahimu.”
Pada saat itu disebut baligh apabila telah mencapai umur 200 tahun.
Fainusah berkata, “Sebenarnya aku telah berumur 220 tahun. Pergilah kepada bapakku dan pinanglah aku!”
Ketika Lamik mendengar itu, dia pergi kepada ayahnya dan meminangnya. Kemudian ayahnya menikahkan Fainusah dengannya.
Setelah Lamik menggaulinya, Fainusah mengandung dan kemudian melahirkan anak laki-laki yang kemudian diberi nama Yasykur, dan menurut riwayat lain, dia diberi nama ‘Abdul Ghaffar. Itulah Nuh.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa ketika waktu melahirkan telah tiba, Fainusah melahirkan Nuh di dalam gua. Dia bermaksud menyembunyikannya di sana karena takut kepada raja di zaman itu. Sebab, raja tersebut suka menawan wanita dan membunuh anak-anak kecil dengan kejam.
Setelah Fainusah melahirkan Nuh, dia pergi meninggalkannya dengan meratapinya. Akan tetapi, anak itu bersuara, “Wahai ibu, jangan khawatirkan diriku. Sebab, Dzat Yang telah menciptakanku akan menjagaku.” Maka, pada saat itu Fainusah pergi dengan tenang.
Nuh tinggal di gua itu selama 40 hari. Dan dalam 40 hari tersebut raja yang suka membunuh anak-anak kecil meninggal. Maka, Nuh dibawa oleh beberapa malaikat dan meletakkannya dalam pangkuan ibunya.
Tiba-tiba, cahaya yang ada di kening bapaknya, Lamik, berpindah ke keningnya. Ibunya mendidiknya hingga dia besar. Kemudian Nuh belajar pekerjaan tukang kayu dan menekuninya dengan sempurna.
Dia suka menggembalakan kambing milik kaumnya dengan mendapatkan upah. Hal itu dilakukannya dalam waktu yang cukup lama sampai bapaknya, Lamik, meninggal. Sebelum meninggal, bapaknya mengangkatnya untuk menjadi penggantinya dan menyerahkan suhuf, tabut, dan tali kepadanya. ( )
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa setelah Nabi Idris as naik ke langit, yang mengurus urusannya setelahnya adalah anaknya, Matusyilakh. Dia menghukumi di antara manusia dengan benar. Dan setelah Matusyilakh meninggal, tabut dan suhuf diserahkan kepada anaknya, Lamik. ( )
Al-Kisa’i mengatakan bahwa Lamik itu sangat keras dan sangat kuat. Dia bisa membalikkan batu besar dan bisa mencopotnya dari gunung.
Salah satu peristiwa yang terjadi kepadanya adalah bahwa pada suatu hari dia pergi ke sebuah lapangan. Dia melihat seorang wanita cantik yang sedang menggembalakan domba-dombanya. Wanita itu membuatnya kagum. Dia menghampirinya dan menanyakan namanya. Wanita itu menjawab, “Aku adalah Fainusah binti Iklil keturunan Qabil anak Adam.”
Lamik bertanya kepadanya, “Apakah engkau mempunyai suami?”
Fainusah menjawab, “Tidak.”
Lamik berkata kepadanya, “Engkau masih kecil, seandainya engkau telah baligh, tentu aku menikahimu.”
Pada saat itu disebut baligh apabila telah mencapai umur 200 tahun.
Fainusah berkata, “Sebenarnya aku telah berumur 220 tahun. Pergilah kepada bapakku dan pinanglah aku!”
Ketika Lamik mendengar itu, dia pergi kepada ayahnya dan meminangnya. Kemudian ayahnya menikahkan Fainusah dengannya.
Setelah Lamik menggaulinya, Fainusah mengandung dan kemudian melahirkan anak laki-laki yang kemudian diberi nama Yasykur, dan menurut riwayat lain, dia diberi nama ‘Abdul Ghaffar. Itulah Nuh.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa ketika waktu melahirkan telah tiba, Fainusah melahirkan Nuh di dalam gua. Dia bermaksud menyembunyikannya di sana karena takut kepada raja di zaman itu. Sebab, raja tersebut suka menawan wanita dan membunuh anak-anak kecil dengan kejam.
Setelah Fainusah melahirkan Nuh, dia pergi meninggalkannya dengan meratapinya. Akan tetapi, anak itu bersuara, “Wahai ibu, jangan khawatirkan diriku. Sebab, Dzat Yang telah menciptakanku akan menjagaku.” Maka, pada saat itu Fainusah pergi dengan tenang.
Nuh tinggal di gua itu selama 40 hari. Dan dalam 40 hari tersebut raja yang suka membunuh anak-anak kecil meninggal. Maka, Nuh dibawa oleh beberapa malaikat dan meletakkannya dalam pangkuan ibunya.
Tiba-tiba, cahaya yang ada di kening bapaknya, Lamik, berpindah ke keningnya. Ibunya mendidiknya hingga dia besar. Kemudian Nuh belajar pekerjaan tukang kayu dan menekuninya dengan sempurna.
Dia suka menggembalakan kambing milik kaumnya dengan mendapatkan upah. Hal itu dilakukannya dalam waktu yang cukup lama sampai bapaknya, Lamik, meninggal. Sebelum meninggal, bapaknya mengangkatnya untuk menjadi penggantinya dan menyerahkan suhuf, tabut, dan tali kepadanya. ( )
(mhy)