Sebuah Pelajaran Berharga dari Pengalaman Pertama

Rabu, 19 Agustus 2020 - 14:18 WIB
loading...
Sebuah Pelajaran Berharga...
Kisah Qailah binti Makhramah mengingatkan kaum perempuan, bahwa sebaik-baiknya mengerjakan salat fardhu perempuan adalah di rumah mereka. Foto ilustrasi/ist
A A A
Ketika seseorang mengalami hal luar biasa dalam hidupnya, tentu akan selalu dia ingat. Apalagi hal tersebut adalah sebuah pengalaman pertamanya. Ada sebuah kisah menarik tentang pengalaman pertama ini yang sarat dengan hikmah dan hal penting bagi kaum perempuan dan laki-laki.

Inilah cerita seorang shahabiyat (sahabat perempuan Rasulullah) yang bernama Qailah binti Makhramah radhiyallahu ‘anha tentang pengalaman pertamanya masuk Masjid Nabawi . Kisah ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan juga al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad.

Saat itu di kota Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, fajar shadiq baru saja menyingsing. Suara azan pun menyambutnya, menggema menembus setiap sudut kota Madinah yang sarat dengan keimanan. Rasulullah, setelah menunaikan qabliyah fajar di rumah, keluar untuk memimpin salat subuh. Di belakang beliau, telah berbaris rapi insan-insan mulia.

Ketika hari masih pekat itulah, Qailah binti Makhramah radhiyallahu ‘anha, seorang wanita dari Bani Tamim yang baru saja menanggalkan keimanannya kepada berhala menuju kepada penyembahan kepada Rabbul Alamin semata, masuk dalam shaf untuk turut menjalankan ibadah salat berjamaah. Namun, terjadi kesalahan karena ketidaktahuannya. (Baca juga : Haruskah Beresolusi di Tahun Baru Hijriyah? )

Qailah bercerita: "Aku datang menemui Rasulullah saat beliau sedang mengimami masyarakat di salat subuh. Ia menyebutkan bahwa jamaah laki-laki hampir tak saling kenal karena keadaan yang masih gelap. Dan bintang-bintang masih bersinar di langit. Lalu aku memasuki masjid. Aku berbaris memasuki shaf. Berdiri di samping laki-laki. Karena waktu itu aku baru saja memeluk Islam.

Seorang lelaki di sampingku bertanya, “Kamu ini laki-laki atau perempuan?” Aku menjawab, “Aku perempuan”.

Sahabat laki-laki tersebut berkata, “Sungguh, hampir saja engkau memfitnahku. Pergilah, salatlah bersama para wanita.”

Lalu kulihat barisan shaf perempuan di sisi dekat rumah-rumah istri Nabi. Saat masuk masjid tadi aku tak menyadari adanya shaf tersebut. Aku pun menuju ke sana dan bershaf bersama kaum perempuan.

***

Itulah pengalaman pertama Qailah masuk Masjid Nabawi. Ia masuk di saat hari masih gelap. Dan salah masuk barisan. Hikmah dari kisah Qailah ini, dijelaskan Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullah dalam kitabnya 'Risalah Penting Untuk Muslimah,' ia berkata

"Wahai saudariku muslimah, perhatikanlah, tempat kejadian kisah tersebut adalah masjid Nabawi dan di masa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam masih hidup, dan waktu serta keadaannya adalah keadaan yang utama, yaitu waktu menunaikan salat subuh. Meskipun demikian itu sahabat laki-laki tersebut mengatakan: ‘Sesungguhnya engkau telah benar-benar bisa membuat aku tergoda'”

Dan makna yang disebutkan oleh sahabat laki-laki tersebut, itulah yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa sallam dalam hadis Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Aku tidak pernah tinggalkan sebuah godaan sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki daripada godaan perempuan.” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam hadis Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَاتَّقُوْا الدُّنْيَا وَاتَّقُوْا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Berhati-hatilah kalian dari dunia dan berhati-hatilah kalian dari wanita, karena awal bencana yang menimpa Bani Israil adalah pada wanitanya.” (HR. Muslim)

Kisah Qailah ini terjadi di masjid Nabawi, pada zaman Nabi SAW, lagi salat subuh, masih ada pemikiran seperti itu. Bayangkan kalau keadaannya bukan di masjid, berdua di tempat gelap, atau di ranah publik seperti jalan, pasar, pertokoan atau pusat perbelanjaan, perkantoran, perkumpulan atau komunitas , tempat-tempat pesta, dan sebagainya. Lebih parah lagi, bila si perempuan berhias sempurna, mengenakan aksesoris lengkap dan parfumnya harum semerbak. (Baca juga : Inilah Beberapa Puasa Sunnah Muharram dan Dalil-dalilnya )

Wanita merupakan godaan syahwat yang bisa mengguncang seorang lelaki. Seorang lelaki bisa terbius oleh kecantikan seorang perempuan, keindahan tubuh, perhiasan, dandanan, aroma yang harum semerbak, tutur kata yang lembut manja lagi menggoda, atau terpesona memandang gerak-gerik tubuhnya. Dia bisa lupa diri sehingga dia bisa terjerumus ke dalam dosa dan maksiat. Imannya goyah! Jarang lelaki yang selamat saat berhadapan dengan godaan wanita.

Kemudian cerita Qailah yang keliru masuk ke shaf lelaki karena ketidaktahuannya bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan.Tentu sangat mengerikan akibat yang akan timbul, seperti yang dikhawatirkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bani Israil menjadi hina, moral dan akhlak mereka hancur karena wanita mereka “dibebaskan” bercampur baur dengan para lelakinya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya dari bahaya godaan perempuan sebagaimana yang telah menimpa Bani Israil. Namun, apa yang dilakukan oleh sebagian umat beliau saat ini?

Di masjid saja, salah satu tempat yang mulia di kolong langit ini, tempat ketenteraman , keimanan, dan tempat menghadap dengan tulus kepada ar-Rahman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjauhkan lelaki dari perempuan. Hal ini dipahami dari sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

خَيْرُ صُفُوْفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوْفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf lelaki adalah yang paling depan dan sejelek-jeleknya adalah yang paling akhir. Sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling akhir dan sejelek-jeleknya adalah yang paling depan.” (HR. Muslim)

Shaf terdepan lelaki jauh dari jamaah perempuan. Sebaliknya, shaf terakhirnya dekat dengan jamaah perempuan. Sebab, setelah shaf terakhir jamaah lelaki adalah shaf pertamanya jamaah perempuan.

Dipahami dari hadis di atas, sekalipun dalam masjid, manakala kaum perempuan terpisah jauh dari lelaki, keadaan itu paling baik dan paling utama bagi kaum perempuan. (Baca juga : Amalan-amalan yang Bisa Jadi Pemberat Timbangan di Akhirat )

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mendorong kaum perempuan untuasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mendorong kaum perempuan untuk mengerjakan salat fardhu di rumah mereka. Dengan demikian, mereka tidak harus keluar ke masjid yang memungkinkan mereka bercampur dengan lelaki. Mereka melihat lelaki, lelaki melihat mereka.

Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3322 seconds (0.1#10.140)