Begini Cara Rasulullah SAW Mengajarkan Ilmu-ilmu yang Ganjil
loading...
A
A
A
Ulama ahli fiqih dan pakar hadis, Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) menceritakan kisah seseorang yang meminta diajarkan tentang ilmu-ilmu ganjil kepada Baginda Rasulullah SAW . Kisah ini tertulis dalam Kitab Tanbihul Ghafilin(peringatan bagi orang-orang yang lalai).
Abdullah bin Miswar Al-Hasyimi berkata: "Seseorang pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata: 'Saya datang supaya engkau ajarkan padaku ilmu-ilmu yang ganjil'. Lalu Rasulullah SAW berkata: "Kamu telah berbuat apa terhadap pokok ilmu?' Orang itu bertanya: 'Apakah itu pokok ilmu?" ( )
Nabi Muhammad SAW balik bertanya: "Apakah kamu telah mengenalAllah 'Azza wa Jalla?" Jawabnya: "Ya". Nabi SAW bertanya lagi: "Maka apakah yang telah kamu kerjakan terhadap hak-Nya?" Orang itu menjawab: "MasyaAllah". (Yakni apa yang dapat dikerjakan). Kemudian Nabi SAW bersabda: "Laksanakan itu sebenar-benarnya, kemudian kamu kembali untuk saya ajarkan kepadamu ilmu yang ganjil-ganjil."
Setelah beberapa tahun orang itu datang kembali kepada Rasulullah SAW . Beliau SAW bersabda: "Letakkanlah tanganmu di dadamu (hati), maka apa yang kamu tidak suka untuk dirimu, jangan kamu lakukan terhadap saudaramu sesama muslim. Dan yang kamu suka untuk dirimu, lakukanlah sedemikian terhadap saudaramu sesama muslim, dan ini termasuk dari ghoro ibul 'ilmi (ilmu yang ganjil-ganjil)." Rasulullah SAW menegaskan bahwa persiapan untuk maut itu termasuk pokok dari ilmu, karena itu harus diutamakan sebelum yang lainnya.
Abdullah bin Miswar berkata bahwa Rasulullah SAW membaca ayat yang artinya: "Maka siapa yang dikehendaki mendapat hidayah, dilapangkan dadanya untuk menerima Islam . Dan siapa yang dikehendaki oleh Allah kesesatan maka menjadikan dadanya sempit sukar, bagaikan akan naik ke langit. Kemudian Nabi SAW bersabda: "Nur Islam jika masuk ke dalam hati maka lapanglah dadanya." Lalu Nabi SAW ditanya: "Apakah ada tandanya?" Jawab Nabi SAW : "Ya, menjauh dari tempat-tempat tipuan dan condong pada tempat yang kekal dan bersiap-siap menghadapi maut sebelum tibanya."
Ja'far bin Barqaan dari Maimun bin Mahran berkata bahawa Nabi Muhammad SAW ketika menasihati seseorang beliau bersabda: "Pergunakanlah lima sebelum tibanya lima. Masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, longgarmu (kelapangan) sebelum sibukmu, kayamu sebelum kekuranganmu (miskin) dan hidupmu sebelum mati mu." ( )
Kata Imam Abu Laits , dalam Hadis ini Rasulullah SAW telah menghimpun ilmu yang banyak. Sebab seseorang dewasa akan dapat berbuat apa yang tidak dapat dilakukan sesudah tua. Pemuda jika biasa berbuat dosa, sukar baginya menghentikannya jika telah tua, maka seharusnya seorang pemuda membiasakan dirinya berbuat baik di masa muda supaya ringan baginya melakukannya apabila telah tua.
Demikian pula ketika sehat sebelum sakit, seharusnya masa sehat itu digunakan untuk lebih rajin beramal saleh. Sebab jika telah sakit pasti lemah badannya dan kurang kekuasaan dalam menggunakan harta kekayaannya. Demikian pula di masa luang sebelum sibuk, yakni di waktu malam yang lapang, sedang di waktu siang sibuk. Karena itu hendaklah salat malam dan puasa siang terutama di musim dingin sebagaimana sabda Rasulullah SAW : "Musim dingin itu keutungan bagi seorang mukmin, panjang malamnya maka digunakan untuk sembahyang, dan pendek siangnya maka digunakan puasa."
Dalam riwayat lain kata Imam Abu Laits: "Malam itu panjang maka jangan persingkat dengan tidurmu. Siang itu terang maka jangan engkau gelapkan dengan dosa-dosamu."
Subhanallah, demikian pesan Rasulullah SAW mengajarkan kita tentang ilmu-ilmu yang ganjil. Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada kita agar mudah beramal saleh sebelum datangnya maut. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
Abdullah bin Miswar Al-Hasyimi berkata: "Seseorang pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata: 'Saya datang supaya engkau ajarkan padaku ilmu-ilmu yang ganjil'. Lalu Rasulullah SAW berkata: "Kamu telah berbuat apa terhadap pokok ilmu?' Orang itu bertanya: 'Apakah itu pokok ilmu?" ( )
Nabi Muhammad SAW balik bertanya: "Apakah kamu telah mengenalAllah 'Azza wa Jalla?" Jawabnya: "Ya". Nabi SAW bertanya lagi: "Maka apakah yang telah kamu kerjakan terhadap hak-Nya?" Orang itu menjawab: "MasyaAllah". (Yakni apa yang dapat dikerjakan). Kemudian Nabi SAW bersabda: "Laksanakan itu sebenar-benarnya, kemudian kamu kembali untuk saya ajarkan kepadamu ilmu yang ganjil-ganjil."
Setelah beberapa tahun orang itu datang kembali kepada Rasulullah SAW . Beliau SAW bersabda: "Letakkanlah tanganmu di dadamu (hati), maka apa yang kamu tidak suka untuk dirimu, jangan kamu lakukan terhadap saudaramu sesama muslim. Dan yang kamu suka untuk dirimu, lakukanlah sedemikian terhadap saudaramu sesama muslim, dan ini termasuk dari ghoro ibul 'ilmi (ilmu yang ganjil-ganjil)." Rasulullah SAW menegaskan bahwa persiapan untuk maut itu termasuk pokok dari ilmu, karena itu harus diutamakan sebelum yang lainnya.
Abdullah bin Miswar berkata bahwa Rasulullah SAW membaca ayat yang artinya: "Maka siapa yang dikehendaki mendapat hidayah, dilapangkan dadanya untuk menerima Islam . Dan siapa yang dikehendaki oleh Allah kesesatan maka menjadikan dadanya sempit sukar, bagaikan akan naik ke langit. Kemudian Nabi SAW bersabda: "Nur Islam jika masuk ke dalam hati maka lapanglah dadanya." Lalu Nabi SAW ditanya: "Apakah ada tandanya?" Jawab Nabi SAW : "Ya, menjauh dari tempat-tempat tipuan dan condong pada tempat yang kekal dan bersiap-siap menghadapi maut sebelum tibanya."
Ja'far bin Barqaan dari Maimun bin Mahran berkata bahawa Nabi Muhammad SAW ketika menasihati seseorang beliau bersabda: "Pergunakanlah lima sebelum tibanya lima. Masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, longgarmu (kelapangan) sebelum sibukmu, kayamu sebelum kekuranganmu (miskin) dan hidupmu sebelum mati mu." ( )
Kata Imam Abu Laits , dalam Hadis ini Rasulullah SAW telah menghimpun ilmu yang banyak. Sebab seseorang dewasa akan dapat berbuat apa yang tidak dapat dilakukan sesudah tua. Pemuda jika biasa berbuat dosa, sukar baginya menghentikannya jika telah tua, maka seharusnya seorang pemuda membiasakan dirinya berbuat baik di masa muda supaya ringan baginya melakukannya apabila telah tua.
Demikian pula ketika sehat sebelum sakit, seharusnya masa sehat itu digunakan untuk lebih rajin beramal saleh. Sebab jika telah sakit pasti lemah badannya dan kurang kekuasaan dalam menggunakan harta kekayaannya. Demikian pula di masa luang sebelum sibuk, yakni di waktu malam yang lapang, sedang di waktu siang sibuk. Karena itu hendaklah salat malam dan puasa siang terutama di musim dingin sebagaimana sabda Rasulullah SAW : "Musim dingin itu keutungan bagi seorang mukmin, panjang malamnya maka digunakan untuk sembahyang, dan pendek siangnya maka digunakan puasa."
Dalam riwayat lain kata Imam Abu Laits: "Malam itu panjang maka jangan persingkat dengan tidurmu. Siang itu terang maka jangan engkau gelapkan dengan dosa-dosamu."
Subhanallah, demikian pesan Rasulullah SAW mengajarkan kita tentang ilmu-ilmu yang ganjil. Mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada kita agar mudah beramal saleh sebelum datangnya maut. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)