Bolehkah Bersyukur kepada Mereka yang Menjadi Perantara Kehadiran Nikmat Allah?
loading...
A
A
A
Prof Dr Quraish Shihab mengatakan uraian Al-Quran tentang syukur mencakup sekian banyak aspek. Salah satunya adalah siapa yang harus disyukuri?
"Pada prinsipnya segala bentuk kesyukuran harus ditujukan kepada Allah SWT," tulis Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007)
Menurutnya, Al-Quran memerintahkan umat Islam untuk bersyukur setelah menyebut beberapa nikmat-Nya:
"Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku" ( QS Al-Baqarah [2] : 152).
Dalam QS Luqman (31) : 12 dinyatakan:
"Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Luqman hikmah, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinya sendiri."
Namun demikian, kata Quraish, walaupun kesyukuran harus ditujukan kepada Allah, dan ucapan syukur yang diajarkan adalah "alhamdulillah" dalam arti "segala puji (hanya) tertuju kepada Allah," namun ini bukan berarti bahwa kita dilarang bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara kehadiran nikmat Allah.
Al-Quran secara tegas memerintahkan agar mensyukuri Allah dan mensyukuri kedua orang tua (yang menjadi perantara kehadiran kita di pentas dunia ini. Surat Luqman (31) : 14 menjelaskan hal ini, yaitu dengan firman-Nya:
"Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu; hanya kepada-Kulah kembalimu."
Walaupun Al-Quran hanya menyebut kedua orangtua --selain Allah-- yang harus disyukuri, namun ini bukan berarti bahwa selain mereka tidak boleh disyukuri.
"Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka dia tidak mensyukuri Allah (Begitu bunyi suatu rtwayat yang disandarkan kepada Rasul SAW).
"Pada prinsipnya segala bentuk kesyukuran harus ditujukan kepada Allah SWT," tulis Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007)
Menurutnya, Al-Quran memerintahkan umat Islam untuk bersyukur setelah menyebut beberapa nikmat-Nya:
"Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku" ( QS Al-Baqarah [2] : 152).
Dalam QS Luqman (31) : 12 dinyatakan:
"Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Luqman hikmah, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinya sendiri."
Namun demikian, kata Quraish, walaupun kesyukuran harus ditujukan kepada Allah, dan ucapan syukur yang diajarkan adalah "alhamdulillah" dalam arti "segala puji (hanya) tertuju kepada Allah," namun ini bukan berarti bahwa kita dilarang bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara kehadiran nikmat Allah.
Al-Quran secara tegas memerintahkan agar mensyukuri Allah dan mensyukuri kedua orang tua (yang menjadi perantara kehadiran kita di pentas dunia ini. Surat Luqman (31) : 14 menjelaskan hal ini, yaitu dengan firman-Nya:
"Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu; hanya kepada-Kulah kembalimu."
Walaupun Al-Quran hanya menyebut kedua orangtua --selain Allah-- yang harus disyukuri, namun ini bukan berarti bahwa selain mereka tidak boleh disyukuri.
"Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka dia tidak mensyukuri Allah (Begitu bunyi suatu rtwayat yang disandarkan kepada Rasul SAW).
(mhy)