Akhlak dan Fungsi Kenabian Muhammad SAW Menurut Al-Qur'an

Jum'at, 13 September 2024 - 11:09 WIB
loading...
Akhlak dan Fungsi Kenabian...
Al-Quran mengakui secara tegas bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki akhlak yang sangat agung. Ilustrasi: Ist
A A A
Al-Quran mengakui secara tegas bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki akhlak yang sangat agung. Bahkan dapat dikatakan bahwa konsideran pengangkatan beliau sebagai nabi adalah keluhuran budi pekertinya. Hal ini dipahami dari wahyu ketiga yang antara lain menyatakan bahwa: "Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung" ( QS Al-Qalam [68] : 4).

Prof Dr M Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran,Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" menjelaskan kata "di atas" tentu mempunyai makna yang sangat dalam, melebihi kata lain, misalnya, pada tahap/dalam keadaan akhlak mulia

Al-Quran surat Al-An'am ayat 90 menyebutkan dalam rangkaian ayat-ayatnya 18 nama Nabi/Rasul. Setelah kedelapan belas nama disebut, Allah berpesan kepada Nabi Muhammad SAW: "Mereka itulah yang telah memperoleh petunjuk dari Allah, maka hendaknya kamu meneladani petunjuk yang mereka peroleh."



Menurut Quraish, ulama-ulama tafsir menyatakan bahwa Nabi SAW pasti memperhatikan benar pesan ini. Hal itu terbukti antara lain, ketika salah seorang pengikutnya mengecam kebijaksanaan beliau saat membagi harta rampasan perang, beliau menahan amarahnya dan menyabarkan diri dengan berkata,

"Semoga Allah merahmati Musa as . Dia telah diganggu melebihi gangguan yang kualami ini, dan dia bersabar (maka aku lebih wajar bersabar daripada Musa as.)."

Karena itu pula sebagian ulama tafsir menyimpulkan, bahwa pastilah Nabi Muhammad SAW telah meneladani sifat-sifat terpuji para nabi sebelum beliau.

Nabi Nuh as dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah. Nabi Ibrahim as dikenal sebagai seorang
yang amat pemurah, serta amat tekun bermujahadah mendekatkan diri kepada Allah. Nabi Daud as dikenal sebagai nabi yang amat menonjolkan rasa syukur serta penghargaannya terhadap nikmat Allah. Nabi Zakaria as , Yahya as , dan Isa as , adalah nabi-nabi yang berupaya menghindari kenikmatan dunia demi mendekatkan diri kepada Allah SWT



Nabi Yusuf as terkenal gagah, dan amat bersyukur dalam nikmat dan bersabar menahan cobaan. Nabi Yunus as diketahui sebagai nabi yang amat khusyuk ketika berdoa, Nabi Musa terbukti sebagai nabi yang berani dan memiliki ketegasan, Nabi Harun as sebaliknya, adalah nabi yang penuh dengan kelemahlembutan. Demikian seterusnya, dan Nabi Muhammad SAW meneladani semua keistimewaan mereka itu.

Ada beberapa sifat Nabi Muhammad Saw. yang ditekankan oleh Al-Quran, antara lain,

"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu (umat manusia), serta sangat menginginkan kebaikan untuk kamu semua, lagi amat tinggi belas kasihannya serta penyayang terhadap orang-orang mukmin" ( QS Al-Tawbah [9] : 128).

Begitu besar perhatiannya kepada umat manusia, sehingga hampir-hampir saja ia mencelakakan diri demi mengajak mereka beriman (baca QS Syu'ara [26] : 3). Begitu luas rahmat dan kasih sayang yang dibawanya, sehingga menyentuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk-makhluk tak bernyawa.



Sebelum Eropa memperkenalkan Organisasi Pencinta Binatang, Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan, "Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang-binatang, kendarailah dan makanlah dengan baik."

"Seorang wanita terjerumus ke dalam neraka karena seekor kucing yang dikurungnya."

"Seorang wanita yang bergelimang dosa diampuni Tuhan karena memberi minum seekor anjing yang kehausan."

Rahmat dan kasih sayang yang dicurahkannya sampai pula pada benda-benda tak bernyawa. Susu, gelas, cermin, tikar, perisai, pedang, dan sebagainya, semuanya beliau beri nama, seakan-akan benda-benda tak bernyawa itu mempunyai kepribadian yang membutuhkan uluran tangan, rahmat, kasih sayang, dan persahabatan.

Diakui bahwa Muhammad SAW diperintahkan Allah untuk menegaskan bahwa, "Aku tidak lain kecuali manusia seperti kamu, (tetapi aku) diberi wahyu ..." ( QS Al-Kahf [18] : 110).

Beliau adalah manusia seperti manusia yang lain dalam naluri, fungsi fisik, dan kebutuhannya, tetapi bukan dalam sifat-sifat dan keagungannya, karena beliau mendapat bimbingan Tuhan dan kedudukan istimewa di sisi-Nya, sedang yang lain tidak demikian. Seperti halnya permata adalah jenis batu yang sama jenisnya dengan batu yang di jalan, tetapi ia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh batu-batu lain. Dalam bahasa tafsir Al-Quran, "Yang sama dengan manusia lain adalah basyariyah bukan pada insaniyah." Perhatikan bunyi firman tadi: basyarun mitslukum bukan insan mitslukum.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2768 seconds (0.1#10.140)