Kisah Kedermawanan Utsman bin Affan: Ketika Seorang Yahudi Terpaksa Menjual Sumurnya
loading...
A
A
A
Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644 sampai 656 dan merupakan Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama. Sama seperti dua pendahulunya yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab , Utsman bin Affan termasuk salah satu sahabat utama Nabi Muhammad SAW . Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Muhammad dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzun Nurrain (pemilik dua cahaya).
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menyebutkan bahwa Utsman orang yang begitu cinta damai, juga sangat pemurah, mengeluarkan hartanya demi kebaikan kaum Muslimin.
Ia mencontohkan, sesudah Rasulullah mengambil keputusan akan menghadapi Romawi di Tabuk dan sudah menyiapkan 'Pasukan 'Usrah,' Utsman menyediakan 300 ekor unta lengkap dengan isinya dan 1000 dinar di tangan Rasulullah untuk dipergunakan dalam persiapan perang itu.
Melihat segala yang dilakukan Utsman itu Rasulullah berkata: "Utsman tidak akan dirugikan apa yang dilakukannya sesudah hari ini," dan diulanginya dua kali.
Contoh lainnya adalah kisah tentang sumur Utsman. Di Madinah ada sebuah sumur milik orang Yahudi , airnya dijual kepada Muslimin dengan harga yang cukup memberatkan mereka. Suatu hari Rasulullah berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Barang siapa membeli sumur Rumah ini dan diserahkan untuk Muslimin, menurunkan timbanya di timba-timba mereka, ia akan mendapat minuman sebanyak itu di surga."
Utsman mendatangi orang Yahudi itu dan tawar-menawar harga. Tetapi karena orang Yahudi itu tidak mau menjualnya semua, maka yang dibeli oleh Utsman separuhnya dengan seharga 12.000 dirham dengan ketentuan yang sama-sama disepakati: Sehari untuk Yahudi itu dan sehari untuk Utsman.
Jadi kaum Muslimin menimba air pada hari bagian Utsman untuk dua hari. Yahudi itu mendatangi Utsman berkata: "Anda telah merusak sumur saya, maka beli sajalah yang separuh lagi."
Dan untuk keperluan Muslimin itu Utsman pun membelinya dengan harga 8.000 dirham. Tali timbanya yang digunakan seperti tali timba yang dimiliki salah orang dari Muslimin.
Sayangnya, Utsman sangat bersimpati kepada kerabatnya. Simpatinya itu sudah amat berlebihan sehingga mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan negara di kemudian hari.
"Simpati ini bukanlah karena kelemahan pada hari tuanya sesudah ia memegang kedudukan sebagai amirulmukminin - seperti diduga sebagian orang - tetapi memang sudah menjadi perangainya," tulis Haekal.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menyebutkan bahwa Utsman orang yang begitu cinta damai, juga sangat pemurah, mengeluarkan hartanya demi kebaikan kaum Muslimin.
Ia mencontohkan, sesudah Rasulullah mengambil keputusan akan menghadapi Romawi di Tabuk dan sudah menyiapkan 'Pasukan 'Usrah,' Utsman menyediakan 300 ekor unta lengkap dengan isinya dan 1000 dinar di tangan Rasulullah untuk dipergunakan dalam persiapan perang itu.
Melihat segala yang dilakukan Utsman itu Rasulullah berkata: "Utsman tidak akan dirugikan apa yang dilakukannya sesudah hari ini," dan diulanginya dua kali.
Contoh lainnya adalah kisah tentang sumur Utsman. Di Madinah ada sebuah sumur milik orang Yahudi , airnya dijual kepada Muslimin dengan harga yang cukup memberatkan mereka. Suatu hari Rasulullah berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Barang siapa membeli sumur Rumah ini dan diserahkan untuk Muslimin, menurunkan timbanya di timba-timba mereka, ia akan mendapat minuman sebanyak itu di surga."
Utsman mendatangi orang Yahudi itu dan tawar-menawar harga. Tetapi karena orang Yahudi itu tidak mau menjualnya semua, maka yang dibeli oleh Utsman separuhnya dengan seharga 12.000 dirham dengan ketentuan yang sama-sama disepakati: Sehari untuk Yahudi itu dan sehari untuk Utsman.
Jadi kaum Muslimin menimba air pada hari bagian Utsman untuk dua hari. Yahudi itu mendatangi Utsman berkata: "Anda telah merusak sumur saya, maka beli sajalah yang separuh lagi."
Dan untuk keperluan Muslimin itu Utsman pun membelinya dengan harga 8.000 dirham. Tali timbanya yang digunakan seperti tali timba yang dimiliki salah orang dari Muslimin.
Sayangnya, Utsman sangat bersimpati kepada kerabatnya. Simpatinya itu sudah amat berlebihan sehingga mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan negara di kemudian hari.
"Simpati ini bukanlah karena kelemahan pada hari tuanya sesudah ia memegang kedudukan sebagai amirulmukminin - seperti diduga sebagian orang - tetapi memang sudah menjadi perangainya," tulis Haekal.
(mhy)