7 Macam Wirid Menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad
loading...
A
A
A
Macam wirid menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad ada 7. Hal ini disampaikan dalam kitabnya berjudul "Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah" [Dar Al-Hawi: 1994].
Berikut 7 macam wirid menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad:
1. Wirid berupa salat sunnah.
2. Wirid membaca Al-Qur'an.
3. Wirid berupa mempelajari ilmu yang bermanfaat
4. Wirid membaca kitab-kita tafsir, hadits dan tasawuf.
5. Wirid berupa zikir.
6. Wirid berupa zikir doa setelah shalat.
7. Wirid berupa tafakur.
1. Wirid salat sunnah bisa dijadikan wirid setiap hari. Misalnya, salat sunnah rawatib (salat sunnah sebelum dan sesudah salat fardhu), witir, dhuha dan tahajud.
2. Wirid membaca Al-Qur'an sebaiknya paling sedikit dalam sehari semalam kita membaca Al-Quran sebanyak 1 juz (one day one juz), sehingga dalam sebulan bisa khatam 30 juz. Atau membaca surat-surat tertentu pada waktu-waktu tertentu, seperti surat As-Sajadah , surat Al-Mulk , surat Al-Waqi’ah , surat Al-Kahfi , surat Al-Baqarah ayat 285-286, surat Al-Ikhlas , Al-Falaq dan An-Nas , dan sebagainya.
3. Wirid berupa mempelajari ilmu yang bermanfaat. Yang dimaksud dengan ilmu bermanfaat dalam hal ini adalah ilmu-ilmu yang menambah pengetahuan kita tentang Allah, hal-hal yang diperintahkan-Nya, hal-hal yang dilarang-Nya dan ilmu yang dapat mendorong kita meraih kebahagiaan akhirat.
Dengan kata lain ilmu bermafaat yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmu akidah, syariah dan akhlak. Ilmu-ilmu ini sebaiknya dipelajari setiap hari sebagai wiridan.
4. Wirid berupa membaca kitab-kitab tafsir, hadis dan tasawuf. Sayyid Abdullah Al-Haddad mendorong kita untuk memperbanyak membaca kitab-kitab tafsir, hadis, dan tasawuf.
Khusus terkait kitab tasawuf, beliau memberikan catatan untuk tidak membaca kitab-kitab atau risalah yang ditulis oleh para tokoh sufi tertentu, seperti Syaikh Muhammad bin Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi yang berisi hal-hal yang samar dan hakikat-hakikat pengetahuan yang tidak jelas, karena dikhawatirkan menimbulkan pemahaman yang salah bagi pembacanya.
Kitab berjudul Al-Mi’raj wal Madhnun karangan Imam Al-Ghazali juga disarankan untuk tidak dibaca. Demikian pula kitab-kitab yang berisi aliran hulul dan ittihad juga disarankan dihindari untuk dibaca demi keselamatan.
5. Wirid zikir. Dalam hal ini adalah zikir yang terikat dengan waktu dan bilangan tertentu yang dilakukan dengan hati dan lisan secara bersama-sama. Misalnya adalah taqdis (pengkudusan Allah dengan mengucapkan subhanal malikil quddus) dan tauhid (pengesaan Allah) serta tahlil dengan mengucapkan La ilaha illallah).
Dalam merutinkan wirid ini supaya dilakukan dengan duduk dalam keadaan suci dari hadats besar maupun kecil, di tempat yang sunyi dengan menghadap kiblat, seluruh anggota badan hendaknya tenang dengan kepala menunduk, dan mengingat Allah dengan hati yang hadir.
6. Wirid dzikir, doa dan selawat setelah salat. Di antara zikir dan doa setelah salat yang paling utama dan dianjurkan oleh Nabi adalah doa sebagai berikut:
Artinya: “Ya Allah, bantulah aku dalam berzikir dan bersyukur kepada-Mu serta membaikkan ibadah kepada-Mu.”
Setelah itu kemudian mengucapkan subhanallah 33 kali, alhamdulillah 33 kali dan Allahu Akbar 33 kali. Lalu menutupnya (untuk melengkapi bilangan seratus) dengan bacaan:
Artinya: “Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.” Selain itu, baik juga setelah shalat mewiridkan bacaan shalawat untuk Nabi SAW.
7. Wirid berupa tafakur. Sayyid Abdullah Al-Haddad mendorong kita untuk membiasakan diri dengan wirid berupa tafakur (merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah) selama satu atau beberapa jam pada siang dan malam hari. Namun demikian waktu terbaik adalah tengah malam.
Selanjutnya Sayyid Abdullah Al-Haddad menguraikan macam-macam tafakur, yakni: tafakur tentang luasnya ilmu Allah; tafakur tentang kelalaian diri; tafakur tentang kefanaan kehidupan duniawi; tafakur tentang kematian; dan tafakur tentang akhlak, amalan dan hukuman.
Namun demikian, Sayyid Abdullah Al-Haddad mewanti-wanti kaum Muslimin untuk tidak bertafakur tentang Dzat Allah karena bisa terjerumus ke dalam jurang keraguan dan kesesatan.
Berikut 7 macam wirid menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad:
1. Wirid berupa salat sunnah.
2. Wirid membaca Al-Qur'an.
3. Wirid berupa mempelajari ilmu yang bermanfaat
4. Wirid membaca kitab-kita tafsir, hadits dan tasawuf.
5. Wirid berupa zikir.
6. Wirid berupa zikir doa setelah shalat.
7. Wirid berupa tafakur.
1. Wirid salat sunnah bisa dijadikan wirid setiap hari. Misalnya, salat sunnah rawatib (salat sunnah sebelum dan sesudah salat fardhu), witir, dhuha dan tahajud.
2. Wirid membaca Al-Qur'an sebaiknya paling sedikit dalam sehari semalam kita membaca Al-Quran sebanyak 1 juz (one day one juz), sehingga dalam sebulan bisa khatam 30 juz. Atau membaca surat-surat tertentu pada waktu-waktu tertentu, seperti surat As-Sajadah , surat Al-Mulk , surat Al-Waqi’ah , surat Al-Kahfi , surat Al-Baqarah ayat 285-286, surat Al-Ikhlas , Al-Falaq dan An-Nas , dan sebagainya.
3. Wirid berupa mempelajari ilmu yang bermanfaat. Yang dimaksud dengan ilmu bermanfaat dalam hal ini adalah ilmu-ilmu yang menambah pengetahuan kita tentang Allah, hal-hal yang diperintahkan-Nya, hal-hal yang dilarang-Nya dan ilmu yang dapat mendorong kita meraih kebahagiaan akhirat.
Dengan kata lain ilmu bermafaat yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmu akidah, syariah dan akhlak. Ilmu-ilmu ini sebaiknya dipelajari setiap hari sebagai wiridan.
4. Wirid berupa membaca kitab-kitab tafsir, hadis dan tasawuf. Sayyid Abdullah Al-Haddad mendorong kita untuk memperbanyak membaca kitab-kitab tafsir, hadis, dan tasawuf.
Baca Juga
Khusus terkait kitab tasawuf, beliau memberikan catatan untuk tidak membaca kitab-kitab atau risalah yang ditulis oleh para tokoh sufi tertentu, seperti Syaikh Muhammad bin Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi yang berisi hal-hal yang samar dan hakikat-hakikat pengetahuan yang tidak jelas, karena dikhawatirkan menimbulkan pemahaman yang salah bagi pembacanya.
Kitab berjudul Al-Mi’raj wal Madhnun karangan Imam Al-Ghazali juga disarankan untuk tidak dibaca. Demikian pula kitab-kitab yang berisi aliran hulul dan ittihad juga disarankan dihindari untuk dibaca demi keselamatan.
5. Wirid zikir. Dalam hal ini adalah zikir yang terikat dengan waktu dan bilangan tertentu yang dilakukan dengan hati dan lisan secara bersama-sama. Misalnya adalah taqdis (pengkudusan Allah dengan mengucapkan subhanal malikil quddus) dan tauhid (pengesaan Allah) serta tahlil dengan mengucapkan La ilaha illallah).
Dalam merutinkan wirid ini supaya dilakukan dengan duduk dalam keadaan suci dari hadats besar maupun kecil, di tempat yang sunyi dengan menghadap kiblat, seluruh anggota badan hendaknya tenang dengan kepala menunduk, dan mengingat Allah dengan hati yang hadir.
6. Wirid dzikir, doa dan selawat setelah salat. Di antara zikir dan doa setelah salat yang paling utama dan dianjurkan oleh Nabi adalah doa sebagai berikut:
اللّهُـمَّ أَعِـنِّي عَلـى ذِكْـرِكَ وَشُكْـرِك ، وَحُسْـنِ عِبـادَتِـك
Artinya: “Ya Allah, bantulah aku dalam berzikir dan bersyukur kepada-Mu serta membaikkan ibadah kepada-Mu.”
Setelah itu kemudian mengucapkan subhanallah 33 kali, alhamdulillah 33 kali dan Allahu Akbar 33 kali. Lalu menutupnya (untuk melengkapi bilangan seratus) dengan bacaan:
لا إلهَ إلاَّ اللَّه وحْدهُ لاَ شَرِيكَ لهُ، لَهُ المُلْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وَهُو عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.” Selain itu, baik juga setelah shalat mewiridkan bacaan shalawat untuk Nabi SAW.
7. Wirid berupa tafakur. Sayyid Abdullah Al-Haddad mendorong kita untuk membiasakan diri dengan wirid berupa tafakur (merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah) selama satu atau beberapa jam pada siang dan malam hari. Namun demikian waktu terbaik adalah tengah malam.
Selanjutnya Sayyid Abdullah Al-Haddad menguraikan macam-macam tafakur, yakni: tafakur tentang luasnya ilmu Allah; tafakur tentang kelalaian diri; tafakur tentang kefanaan kehidupan duniawi; tafakur tentang kematian; dan tafakur tentang akhlak, amalan dan hukuman.
Namun demikian, Sayyid Abdullah Al-Haddad mewanti-wanti kaum Muslimin untuk tidak bertafakur tentang Dzat Allah karena bisa terjerumus ke dalam jurang keraguan dan kesesatan.
Baca Juga
(mhy)