Jelang Runtuhnya Daulah Abbasiyah: Dominasi Orang-Orang Turki Jadi Masalah
loading...
A
A
A
Menurut Yoesoef Su’yb dalam "Sejarah Daulah Abbasiyah" (Bulan Bintang, 1978), jabatan kekhalifahan itu tidak diambil oleh orang-orang Turki, karena memandang bahwa jabatan kekhalifahan itu adalah hak suci orang-orang Arab, sehingga kalau jabatan itu diambil alih, maka dunia akan kiamat, hujan tidak akan turun, matahari tidak akan terbit.
Itulah sebabnya maka jabatan khalifah tetap mereka berikan kepada orang Arab Bani Abbas walaupun sebagai simbol belaka, sementara orang Turki menduduki jabatan di bawah jabatan khalifah.
Pada masa pemerintahan Khalifah al-Radhi (ke-20), supaya untuk membatasi peranan orang Turki diusahakannya juga dengan menambah struktur pemerintahan Daulah Abbasiyah. Jabatan ini disebutnya dengan “Amir Umara” yang berkedudukan di atas menteri. Tugasnya adalah memilih dan melantik pegawai pemerintahan. Maka Abu Ja’far bin Syirzat dipercayakan menduduki jabatan Amir Umara itu.
Karena dari jabatan Amir Umara itu pun keberadaan orang-orang Turki dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak dapat ditekan, maka terpaksa Khalifah al-Mustakfi (ke22) minta bantuan Bani Buwaihi untuk menekan mereka. (*)
Itulah sebabnya maka jabatan khalifah tetap mereka berikan kepada orang Arab Bani Abbas walaupun sebagai simbol belaka, sementara orang Turki menduduki jabatan di bawah jabatan khalifah.
Pada masa pemerintahan Khalifah al-Radhi (ke-20), supaya untuk membatasi peranan orang Turki diusahakannya juga dengan menambah struktur pemerintahan Daulah Abbasiyah. Jabatan ini disebutnya dengan “Amir Umara” yang berkedudukan di atas menteri. Tugasnya adalah memilih dan melantik pegawai pemerintahan. Maka Abu Ja’far bin Syirzat dipercayakan menduduki jabatan Amir Umara itu.
Karena dari jabatan Amir Umara itu pun keberadaan orang-orang Turki dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak dapat ditekan, maka terpaksa Khalifah al-Mustakfi (ke22) minta bantuan Bani Buwaihi untuk menekan mereka. (*)
(mhy)