Jelang Runtuhnya Daulah Abbasiyah: Peran Turki Saljuk yang Gemilang
loading...
A
A
A
NASIB Daulah Abbasiyah bak keluar dari mulut harimau, masuk mulut buaya. Bagaimana tidak, pada awalnya, kekhalifahan ini cemas akan dominasi orang-orang Turki yang mengancam kedudukan sultan. Khalifah pun mengundang Bani Buwaihi untuk menyingkirkan orang-orang Turki itu.
Begitu sukses mengusir mereka dari jabatan penting kekhakifahan, giliran Bani Buwaihi yang mendominasi. Akibatnya, Syiah merajalela di bumi Abbasiyah.
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" menulis, Tughrul Bek yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jama’ah sangat berambisi menantang kegiatan Bani Buwaihi, sehingga dia berusaha untuk melenyapkannya.
Atas undangan Khalifah al-Qaim (khalifah ke-26) Thugrul Bek datang ke Baghdad untuk mengatasi dominasi Bani Buwaihi yang secara paksa mengancam rakyat untuk menganut paham Syiah.
Tindakan Bani Buwaihi tidak sesuai dengan pemikiran dan opini rakyat banyak. Pemaksaan ini membawa risiko besar terhadap kelanjutan Daulah Abbasiyah.
Begitu Tughrul Bek berhasil merebut dan menguasai ibu kota Baghad, ia menahan penguasa Bani Buwaihi yang terakhir Malik al-Rahim (1058 M) sampai meninggal dalam tahanan.
"Latar belakang masuknya Turki Saljuk dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah untuk membantu Daulah tersebut mengatasi persoalan yang dihadapinya dengan Bani Buwaihi," ujar Syamruddin Nasution.
Kesempatan berkuasa bagi Thugrul Bek yang berbangsa Turki itu pun terbuka. Khalifah al-Qaim memberikan jabatan Amir Umara dan memberi nama penghormatan kepadanya dengan gelar “Sultan wa al-Malik al-Syarqi wa al-Garbi” atau dapat diartikan penguasa timur dan barat.
Untuk lebih mendekatkan hubungan, khalifah mengawinkan putrinya dengan Sultan baru itu, akan tetapi tidak lama kemudian Sultan meninggal tanpa meninggalkan seorang putra pun. Sehingga kekuasaan pemerintahan diserahkan kepada saudara sepupunya Alp Arselan sebagai penguasa kedua Bani Saljuk pada tahun 455 H/1063 M.
Pada masa pemerintahan Alp Arselan, dia mengangkat Nizamyul Muluk sebagai perdana menteri atau wazir. Melalui wazir ini Bani Saljuk mengalami kemajuan pesat dan dapat mencapai beberapa kejayaannya.
Keberhasilan Alp Arselan misalnya terlihat pada kemenangannya yang luar biasa bagi tentaranya yang hanya berjumlah 15.000 melawan 100.000 tentara Romawi di bawah pimpinan Kaisar Rudfghjklmanus.
Kebijaksanaannya terlihat begitu memesona, karena di saat Kaisar itu ditawan, ia tidak menyakitinya malahan mengajak musuhnya itu duduk di sampingnya dan dibebaskannya dengan segala penghormatan kembali ke negaranya.
Tidak ada syarat yang diminta dari pembebasan itu, selain pembebasan semua orang Islam yang ditawan di Romawi. Selanjutnya dia mengikat tali persahabatan dengan negara lawannya itu yang dapat bertahan sampai kurang lebih 50 tahun lamanya.
Walaupun kekuasaan Abbasiyah secara umum sudah lemah dan kekacauan pemerintahan telah meliputi seluruh negeri, akan tetapi Sultan Bani Saljuk masih dapat bertahan dan kerajaannya masih dapat dipertahankan lebih kurang satu abad lamanya. Hal itu bisa terjadi berkat kebijaksanaan raja-raja yang memerintah dan kepintaran para perdana menterinya.
Kemajuan yang dicapai pada masa kerajaan Turki Saljuk ini berkat peranan yang dimainkan oleh wazirnya Nizamul Muluk.
Ahmad Syalabi dalam "Tarekh al-Islamiy wa al-Hadharah Al-Islamiyah" (Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah, 1974) menyebut sewaktu Alp Arselan meninggal, terjadi perebutan kekuasaan antara putra mahkota yang menyebabkan terjadi beberapa pertempuran yang sangat membahayakan kestabilan negara. Maka Nizamul Muluk tampil berperan menyelesaikan persoalan itu dengan menetapkan Malik Syah, seorang putra mahkota yang masih muda menggantikan ayahnya. Walaupun untuk selanjutnya Nizamul Muluk-lah yang sangat berkuasa dalam pemerintahan.
Nizamul Muluk adalah seorang ahli politik, pemimpin militer yang bijaksana dan seorang filosof yang alim serta luas ilmu pengetahuannya, dan dia terkenal sebagai salah seorang penulis Persia yang ternama.
Pemerintahan Turki Saljuk mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan tidak terlepas dari peranan yang dimainkan orang Persia yang dimotori oleh wazirnya Nizamul Muluk.
Itulah sebabnya perkembangan ilmu pada masa Turki Saljuk di akhir pemerintahan Daulah Abbasiyah mengalami perkembangan menyamai pada masa awal berdirinya di saat orang Persia memainkan peranan di dalamnya.
Dapat dikatakan kerja sama yang erat antara Sultan dan Wazir itulah yang menjadi kunci keberhasilan Turki Saljuk mencapai kemajuan-kemajuannya.
Alp Arselan memainkan peranannya dalan bidang pemerintahan, sementara Nizamul Muluk mengambil peran di bidang ilmu pengetahuan.
Nizamul Muluk sebagai seorang yang cakap dan terdidik menyusun suatu karangan tentang pemerintahan dengan nama “Siasah Mawali” sebagai hasil sayembara yang dibuat Malik Syah.
Atas anjuran Nizamul Muluk, Sultan Maliksyah pernah menyelenggarakan suatu konferensi ahli astronomi pada tahun 1074 M.
Dengan konferensi itu Nizamul Muluk mengharapkan para ahli dapat memperbaiki sistem penanggalan Persia, sebagai sumbangannya kepada orang Persia.
Dalam Teks Books, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (IAIN Alauddin 1981/1982) disebutkan karya besar Nizamul Muluk adalah membangun sebuah Universitas yang terorganisir secara baik untuk tempat mempelajari Islam.
Universitas itu dibangun pada tahun 1065 – 1067 M yang terkenal dengan nama Universitas Nizamiyah yang terdapat di Baghdad.
Pada Universitas ini, Imam besar Hujjatul Islam Imam Ghozali pernah mengajar dan menjabat sebagai rektornya.
Siti Aminah dkk dalam buku "Sejarah Peradaban Islam" (Lesfi, 2009) menambahkan madrasah-madrasah Nizamiyah tersebut, selain dapat mendidik pelajar-pelajar dalam bidang ilmu keagamaan Islam, juga sangat berperan besar dalam menyebarkan, mengembangkan dan memperkokoh aliran mazhab Sunni dalam teologi Asy’ari dan mazhab Syafi’i dalam bidang fiqh.
Ketika dalam perjalanan dari Isfahan ke Baghdad di suatu tempat bernama Sinha Nahawand, Nizam al-Mulk dibunuh oleh seorang pasukan Hasan ibn Sabbah yang bertujuan menghidupkan aliran Syi’ah Fatimiyah pada tanggal 10 Ramadhan 485 H /14 Oktober 1092 M dalam usia 74 tahun.
Adapun faktor yang membuat Universitas ini mengalami perkembangan pesat, selain dari kurikulumnya dan silabusnya yang telah teratur, juga ditunjang oleh tenaga-tenaga pengajar yang mendapat jaminan gaji yang tinggi.
Siswa-siswanya diasramakan dan makan mereka ditanggung oleh negara.
Lihat Juga: Kisah Khalifah Harun Al-Rasyid Angkat Putra Mahkota, Permaisuri Jejalkan Mutiara ke Mulut Penyair
Begitu sukses mengusir mereka dari jabatan penting kekhakifahan, giliran Bani Buwaihi yang mendominasi. Akibatnya, Syiah merajalela di bumi Abbasiyah.
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" menulis, Tughrul Bek yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jama’ah sangat berambisi menantang kegiatan Bani Buwaihi, sehingga dia berusaha untuk melenyapkannya.
Atas undangan Khalifah al-Qaim (khalifah ke-26) Thugrul Bek datang ke Baghdad untuk mengatasi dominasi Bani Buwaihi yang secara paksa mengancam rakyat untuk menganut paham Syiah.
Tindakan Bani Buwaihi tidak sesuai dengan pemikiran dan opini rakyat banyak. Pemaksaan ini membawa risiko besar terhadap kelanjutan Daulah Abbasiyah.
Begitu Tughrul Bek berhasil merebut dan menguasai ibu kota Baghad, ia menahan penguasa Bani Buwaihi yang terakhir Malik al-Rahim (1058 M) sampai meninggal dalam tahanan.
"Latar belakang masuknya Turki Saljuk dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah untuk membantu Daulah tersebut mengatasi persoalan yang dihadapinya dengan Bani Buwaihi," ujar Syamruddin Nasution.
Kesempatan berkuasa bagi Thugrul Bek yang berbangsa Turki itu pun terbuka. Khalifah al-Qaim memberikan jabatan Amir Umara dan memberi nama penghormatan kepadanya dengan gelar “Sultan wa al-Malik al-Syarqi wa al-Garbi” atau dapat diartikan penguasa timur dan barat.
Untuk lebih mendekatkan hubungan, khalifah mengawinkan putrinya dengan Sultan baru itu, akan tetapi tidak lama kemudian Sultan meninggal tanpa meninggalkan seorang putra pun. Sehingga kekuasaan pemerintahan diserahkan kepada saudara sepupunya Alp Arselan sebagai penguasa kedua Bani Saljuk pada tahun 455 H/1063 M.
Pada masa pemerintahan Alp Arselan, dia mengangkat Nizamyul Muluk sebagai perdana menteri atau wazir. Melalui wazir ini Bani Saljuk mengalami kemajuan pesat dan dapat mencapai beberapa kejayaannya.
Keberhasilan Alp Arselan misalnya terlihat pada kemenangannya yang luar biasa bagi tentaranya yang hanya berjumlah 15.000 melawan 100.000 tentara Romawi di bawah pimpinan Kaisar Rudfghjklmanus.
Kebijaksanaannya terlihat begitu memesona, karena di saat Kaisar itu ditawan, ia tidak menyakitinya malahan mengajak musuhnya itu duduk di sampingnya dan dibebaskannya dengan segala penghormatan kembali ke negaranya.
Tidak ada syarat yang diminta dari pembebasan itu, selain pembebasan semua orang Islam yang ditawan di Romawi. Selanjutnya dia mengikat tali persahabatan dengan negara lawannya itu yang dapat bertahan sampai kurang lebih 50 tahun lamanya.
Walaupun kekuasaan Abbasiyah secara umum sudah lemah dan kekacauan pemerintahan telah meliputi seluruh negeri, akan tetapi Sultan Bani Saljuk masih dapat bertahan dan kerajaannya masih dapat dipertahankan lebih kurang satu abad lamanya. Hal itu bisa terjadi berkat kebijaksanaan raja-raja yang memerintah dan kepintaran para perdana menterinya.
Kemajuan yang dicapai pada masa kerajaan Turki Saljuk ini berkat peranan yang dimainkan oleh wazirnya Nizamul Muluk.
Ahmad Syalabi dalam "Tarekh al-Islamiy wa al-Hadharah Al-Islamiyah" (Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah, 1974) menyebut sewaktu Alp Arselan meninggal, terjadi perebutan kekuasaan antara putra mahkota yang menyebabkan terjadi beberapa pertempuran yang sangat membahayakan kestabilan negara. Maka Nizamul Muluk tampil berperan menyelesaikan persoalan itu dengan menetapkan Malik Syah, seorang putra mahkota yang masih muda menggantikan ayahnya. Walaupun untuk selanjutnya Nizamul Muluk-lah yang sangat berkuasa dalam pemerintahan.
Nizamul Muluk adalah seorang ahli politik, pemimpin militer yang bijaksana dan seorang filosof yang alim serta luas ilmu pengetahuannya, dan dia terkenal sebagai salah seorang penulis Persia yang ternama.
Pemerintahan Turki Saljuk mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan tidak terlepas dari peranan yang dimainkan orang Persia yang dimotori oleh wazirnya Nizamul Muluk.
Itulah sebabnya perkembangan ilmu pada masa Turki Saljuk di akhir pemerintahan Daulah Abbasiyah mengalami perkembangan menyamai pada masa awal berdirinya di saat orang Persia memainkan peranan di dalamnya.
Dapat dikatakan kerja sama yang erat antara Sultan dan Wazir itulah yang menjadi kunci keberhasilan Turki Saljuk mencapai kemajuan-kemajuannya.
Alp Arselan memainkan peranannya dalan bidang pemerintahan, sementara Nizamul Muluk mengambil peran di bidang ilmu pengetahuan.
Nizamul Muluk sebagai seorang yang cakap dan terdidik menyusun suatu karangan tentang pemerintahan dengan nama “Siasah Mawali” sebagai hasil sayembara yang dibuat Malik Syah.
Atas anjuran Nizamul Muluk, Sultan Maliksyah pernah menyelenggarakan suatu konferensi ahli astronomi pada tahun 1074 M.
Dengan konferensi itu Nizamul Muluk mengharapkan para ahli dapat memperbaiki sistem penanggalan Persia, sebagai sumbangannya kepada orang Persia.
Dalam Teks Books, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (IAIN Alauddin 1981/1982) disebutkan karya besar Nizamul Muluk adalah membangun sebuah Universitas yang terorganisir secara baik untuk tempat mempelajari Islam.
Universitas itu dibangun pada tahun 1065 – 1067 M yang terkenal dengan nama Universitas Nizamiyah yang terdapat di Baghdad.
Pada Universitas ini, Imam besar Hujjatul Islam Imam Ghozali pernah mengajar dan menjabat sebagai rektornya.
Siti Aminah dkk dalam buku "Sejarah Peradaban Islam" (Lesfi, 2009) menambahkan madrasah-madrasah Nizamiyah tersebut, selain dapat mendidik pelajar-pelajar dalam bidang ilmu keagamaan Islam, juga sangat berperan besar dalam menyebarkan, mengembangkan dan memperkokoh aliran mazhab Sunni dalam teologi Asy’ari dan mazhab Syafi’i dalam bidang fiqh.
Ketika dalam perjalanan dari Isfahan ke Baghdad di suatu tempat bernama Sinha Nahawand, Nizam al-Mulk dibunuh oleh seorang pasukan Hasan ibn Sabbah yang bertujuan menghidupkan aliran Syi’ah Fatimiyah pada tanggal 10 Ramadhan 485 H /14 Oktober 1092 M dalam usia 74 tahun.
Adapun faktor yang membuat Universitas ini mengalami perkembangan pesat, selain dari kurikulumnya dan silabusnya yang telah teratur, juga ditunjang oleh tenaga-tenaga pengajar yang mendapat jaminan gaji yang tinggi.
Siswa-siswanya diasramakan dan makan mereka ditanggung oleh negara.
Lihat Juga: Kisah Khalifah Harun Al-Rasyid Angkat Putra Mahkota, Permaisuri Jejalkan Mutiara ke Mulut Penyair
(mhy)