Mentauhidkan Allah Taala dan Bahaya Pengabdian Sampingan
loading...
A
A
A
Kenyataannya, orang-orang yang sudah mengaku Islam pun, bahkan mereka yang sudah rajin bersalat, berpuasa dan beribadah yang lain pun, di dalam kehidupan mereka sehari-hari masih bersikap, bahkan bertingkah laku seolah-olah mereka masih syirik (bertuhan lain di samping Tuhan Yang Sebenarnya).
Mereka masih mencampurkan (mensyirikkan) pengabdian mereka kepada Allah itu dengan pengabdian kepada sesuatu "ilah" yang lain. Pengabdian sampingan itu biasanya ialah di dalam bentuk "rasa ketergantungan" kepada ilah yang lain itu. Oleh karena itu, al-Qur'an mengingatkan setiap Muslim, bahwa dosa terbesar yang tak akan terampunkan oleh Allah ialah syirik ini.
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ( QS An-Nisa : 48 )
Dalam menafsirkan Surat ini Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi dalam An-Nafahat Al-Makkiyah menyatakan Allah mengampuni dosa-dosa kecuali syirik, baik dosa yang kecil maupun yang besar. Yang demikian itu menurut kehendak-Nya dalam mengampuni-Nya, yaitu bila hikmahnya telah mengampuninya.
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi, Allah telah menjadikan baginya banyak sekali sebab-sebab pengampunannya atas dosa-dosa, selain syirik. Sebab itu antara lain, seperti amal kebaikan-kebaikan yang menggugurkan dosa, musibah-musibah yang menghapus dosa di dunia, alam barzah dan hari kiamat, atau seperti doa sebagian kaum Mukminin untuk sebagian yang lain, atau seperti syafaatnya para pemberi syafaat, dan lebih dari itu semua adalah rahmat Allah. "Yang paling berhak mendapatkanya adalah para ahli iman dan tauhid," ujarnya.
Berbeda halnya dengan kesyirikan, sesungguhnya seorang musyrik telah menutup pintu-pintu ampunan bagi dirinya sendiri, dan juga telah mengunci rapat pintu-pintu rahmat, sehingga tidak berguna bagi mereka segala ketaatan selain dari ketahuidan, dan musibah-musibah yang tidak bermanfaat sama sekali baginya.
"Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa’at seorangpun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab,"( QS Asy-Syu’ara :100-101).
Oleh karena itulah Allah berfirman, “Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” maksudnya, ia telah berbuat kejahatan yang besar."
Dan kezaliman apa lagi yang paling besar dari orang yang menyamakan antara seorang makhluk dengan sang Pencipta yang Mahasempurna dari segala aspeknya, di mana DiriNya Mahakaya dan tidak butuh kepada seluruh makhluk, yang pada TanganNya ada manfaat, bahaya, pemberian maupun peniadaan, dan yang tiada suatu nikmat pun yang dirasakan oleh seluruh makhluk kecuali dariNya.
Maka adakah suatu hal yang lebih besar dari kezaliman itu? Oleh karena itu Allah menetapkan bahwa pelakunya abadi dalam siksa neraka dan diharamkan mendapatkan pahala, "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." ( QS Al-Maidah :72).
Ayat yang mulia ini berlaku bagi selain orang yang bertaubat, adapun orang yang bertaubat, maka akan diampuni baginya, baik dosa syirik ataupun dosa selainnya, sebagaimana Allah berfirman, "Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( QS Az-Zumar :53) yaitu bagi orang yang bertaubat dan kembali kepadaNya.
Imaduddin menambahkan Rasulullah pun pernah mengatakan, bahwa pokok pangkal setiap dosa ialah syirik. Jadi senada dengan peringatan yang disampaikan al-Qur'an .
Dapat dipahami, menurut Imaduddin, bahwa setiap orang yang akan melakukan sesuatu dosa, apalagi buat pertama kali, akan merasakan, bahwa hati nuraninya akan memberontak. Detak jantungnya akan bertambah cepat, timbul rasa malu kalau-kalau perbuatannya itu akan dilihat orang lain, terutama kenalannya, maka pada saat itu ia lebih takut (malu) kepada orang (ilah lain) dari pada kepada Allah, Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Maka pada saat itu ia sudah syirik sebelum melaksanakan keinginan hawa nafsunya itu.
Peringatan al-Qur'an dan ucapan Rasul itu disampaikan karena Allah sendiri tahu, bahwa memang tidak mudah mencapai tingkat tauhid yang ikhlas itu. Sangat banyak kendala dan halangan yang harus diatasi jika orang ingin mencapai tingkat tauhid yang murni ini.
Mereka masih mencampurkan (mensyirikkan) pengabdian mereka kepada Allah itu dengan pengabdian kepada sesuatu "ilah" yang lain. Pengabdian sampingan itu biasanya ialah di dalam bentuk "rasa ketergantungan" kepada ilah yang lain itu. Oleh karena itu, al-Qur'an mengingatkan setiap Muslim, bahwa dosa terbesar yang tak akan terampunkan oleh Allah ialah syirik ini.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ( QS An-Nisa : 48 )
Dalam menafsirkan Surat ini Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi dalam An-Nafahat Al-Makkiyah menyatakan Allah mengampuni dosa-dosa kecuali syirik, baik dosa yang kecil maupun yang besar. Yang demikian itu menurut kehendak-Nya dalam mengampuni-Nya, yaitu bila hikmahnya telah mengampuninya.
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi, Allah telah menjadikan baginya banyak sekali sebab-sebab pengampunannya atas dosa-dosa, selain syirik. Sebab itu antara lain, seperti amal kebaikan-kebaikan yang menggugurkan dosa, musibah-musibah yang menghapus dosa di dunia, alam barzah dan hari kiamat, atau seperti doa sebagian kaum Mukminin untuk sebagian yang lain, atau seperti syafaatnya para pemberi syafaat, dan lebih dari itu semua adalah rahmat Allah. "Yang paling berhak mendapatkanya adalah para ahli iman dan tauhid," ujarnya.
Berbeda halnya dengan kesyirikan, sesungguhnya seorang musyrik telah menutup pintu-pintu ampunan bagi dirinya sendiri, dan juga telah mengunci rapat pintu-pintu rahmat, sehingga tidak berguna bagi mereka segala ketaatan selain dari ketahuidan, dan musibah-musibah yang tidak bermanfaat sama sekali baginya.
"Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa’at seorangpun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab,"( QS Asy-Syu’ara :100-101).
Oleh karena itulah Allah berfirman, “Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” maksudnya, ia telah berbuat kejahatan yang besar."
Dan kezaliman apa lagi yang paling besar dari orang yang menyamakan antara seorang makhluk dengan sang Pencipta yang Mahasempurna dari segala aspeknya, di mana DiriNya Mahakaya dan tidak butuh kepada seluruh makhluk, yang pada TanganNya ada manfaat, bahaya, pemberian maupun peniadaan, dan yang tiada suatu nikmat pun yang dirasakan oleh seluruh makhluk kecuali dariNya.
Maka adakah suatu hal yang lebih besar dari kezaliman itu? Oleh karena itu Allah menetapkan bahwa pelakunya abadi dalam siksa neraka dan diharamkan mendapatkan pahala, "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." ( QS Al-Maidah :72).
Ayat yang mulia ini berlaku bagi selain orang yang bertaubat, adapun orang yang bertaubat, maka akan diampuni baginya, baik dosa syirik ataupun dosa selainnya, sebagaimana Allah berfirman, "Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( QS Az-Zumar :53) yaitu bagi orang yang bertaubat dan kembali kepadaNya.
Imaduddin menambahkan Rasulullah pun pernah mengatakan, bahwa pokok pangkal setiap dosa ialah syirik. Jadi senada dengan peringatan yang disampaikan al-Qur'an .
Dapat dipahami, menurut Imaduddin, bahwa setiap orang yang akan melakukan sesuatu dosa, apalagi buat pertama kali, akan merasakan, bahwa hati nuraninya akan memberontak. Detak jantungnya akan bertambah cepat, timbul rasa malu kalau-kalau perbuatannya itu akan dilihat orang lain, terutama kenalannya, maka pada saat itu ia lebih takut (malu) kepada orang (ilah lain) dari pada kepada Allah, Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Maka pada saat itu ia sudah syirik sebelum melaksanakan keinginan hawa nafsunya itu.
Peringatan al-Qur'an dan ucapan Rasul itu disampaikan karena Allah sendiri tahu, bahwa memang tidak mudah mencapai tingkat tauhid yang ikhlas itu. Sangat banyak kendala dan halangan yang harus diatasi jika orang ingin mencapai tingkat tauhid yang murni ini.
(mhy)