5 Hadis tentang Menjaga Lisan dan Etika Berucap dalam Islam
loading...
A
A
A
Hadis tentang menjaga lisan menjadi pedoman penting dalam Islam untuk menjaga kualitas ucapan dan perilaku sehari-hari.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa lisan memiliki peran besar dalam menentukan baik atau buruknya seseorang di mata Allah SWT. Oleh karena itu, menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia, menyakitkan, atau menimbulkan fitnah merupakan bagian dari akhlak mulia yang harus diamalkan setiap Muslim.
Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 hadis tentang lisan yang memberikan panduan etika berbicara sesuai ajaran Islam, sehingga kita dapat lebih bijak dalam berucap dan menjaga hubungan sosial yang harmonis.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Dalam hadis ini, dijelaskan bahwa orang muslim yang beriman kepada Allah SWT hendak untuk berdiam jika tidak berkata baik daripada berkata hal buruk maupun tidak berguna.
Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah kita disiksa karena ucapan-ucapan kita?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Wahai Muadz, celaka kamu! Bukankah manusia tersungkur mukanya di dalam neraka karena buah dari lisannya?” (HR. At-Tirmidzi no. 2616, Ibnu Majah no. 3973; dan di-shahih-kan al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 413)
Hadis tersebut menjelaskan bahwa manusia dapat terjerumus kedalam neraka alhasil dari lisan mereka yang tidak terjaga dengan berbicara hal buruk (fitnah, ghibah, mencaci maki) melainkan berdiam diri atau berkata hal yang bermanfaat/baik.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.
“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” ( HR.Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 2988)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari hadis tersebut dijelaskan bahwa kebaikan islam dalam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. dalam hal ini, perkataan lisan yang tidak bermanfaat juga termasuk hal yang harus di tinggal dan hindari sebagai orang muslim.
Abu Ishaq Al Khowwash berkata,
“Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan dan banyak tidur” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5: 48).
Hadis ini bukan menjelaskan bahwa umat mukmin harus mengurangi berbicara karena banyak berbicara dibenci Allah SWT melainkan Allah SWT tidak menyukai orang yang mencibir, gibah, dan mengatakan hal yang tidak penting bahkan menyakitkan untuk orang lain. Hal ini juga menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menyukai hal yang berlebihan sehingga umat muslim harus bisa menyeimbangkan kebutuhan mereka.
hadis tentang menjaga lisan memberikan pelajaran yang sangat penting tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya mengelola ucapannya.
Perkataan yang keluar dari lisan kita tidak hanya berdampak pada orang lain, tetapi juga memiliki konsekuensi besar terhadap amal dan kehidupan akhirat.
Dengan memahami dan mengamalkan hadis-hadis ini, kita dapat meningkatkan kualitas keimanan, menjaga hubungan sosial, dan menjauhkan diri dari dosa-dosa yang bersumber dari ucapan yang tidak terkendali.
Mari jadikan lisan kita sebagai alat untuk menyebarkan kebaikan, mempererat ukhuwah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk berkata baik atau memilih diam sebagai bentuk ibadah dan ketaatan. MG/ Raffirabbani Panatamahdi Adizaputra
Baca juga: Ngerinya Bahaya Tidak Menjaga Lisan, Bisa Menyeret Manusia ke Neraka
Rasulullah SAW menegaskan bahwa lisan memiliki peran besar dalam menentukan baik atau buruknya seseorang di mata Allah SWT. Oleh karena itu, menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia, menyakitkan, atau menimbulkan fitnah merupakan bagian dari akhlak mulia yang harus diamalkan setiap Muslim.
Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 hadis tentang lisan yang memberikan panduan etika berbicara sesuai ajaran Islam, sehingga kita dapat lebih bijak dalam berucap dan menjaga hubungan sosial yang harmonis.
5 Hadis tentang Menjaga Lisan
1. Diam Lebih Baik daripada Berkata Buruk
Hadis tentang menjaga lisan pertama dalam artikel ini menjelaskan bahwa umat muslim diperintah untuk diam jika tidak bisa berbicara hal baik sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Al-Bukhari No.6018 :Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Dalam hadis ini, dijelaskan bahwa orang muslim yang beriman kepada Allah SWT hendak untuk berdiam jika tidak berkata baik daripada berkata hal buruk maupun tidak berguna.
2. Bahayanya Lisan Tidak Terjaga
Selain dari hadis yang menjelaskan kebaikan berdiam lisan daripada berkata buruk, ada pula alasan mengapa Lisan yang tidak terjaga menjadi hal yang berbahaya bagi amal manusia yang dijelaskan dalam hadits riwayat At-Tirmidzi 2616Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah kita disiksa karena ucapan-ucapan kita?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ! هَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوهِهِمْ فِي النَّارِ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
“Wahai Muadz, celaka kamu! Bukankah manusia tersungkur mukanya di dalam neraka karena buah dari lisannya?” (HR. At-Tirmidzi no. 2616, Ibnu Majah no. 3973; dan di-shahih-kan al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 413)
Hadis tersebut menjelaskan bahwa manusia dapat terjerumus kedalam neraka alhasil dari lisan mereka yang tidak terjaga dengan berbicara hal buruk (fitnah, ghibah, mencaci maki) melainkan berdiam diri atau berkata hal yang bermanfaat/baik.
3. Keutamaan dalam Menjaga Lisan
Ketiga dalam hadis dalam menjaga lisan yang menjelaskan keutamaan dalam menjaga lisan yang dijelaskan dalam hadis riwayat Al-Bukhari No.6477Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” ( HR.Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 2988)
4. Menghindari Perkataan yang Tidak Bermanfaat
Hadis tentang menjaga lisan selanjutnya menjelaskan pentingnya menghindari perkataan yang tidak bermanfaat sesuai dengan hadits riwayat Tirmidzi No.2317 :Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari hadis tersebut dijelaskan bahwa kebaikan islam dalam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. dalam hal ini, perkataan lisan yang tidak bermanfaat juga termasuk hal yang harus di tinggal dan hindari sebagai orang muslim.
5. Sedikit Berbicara Lebih Baik dari Banyak Berbicara
Terakhir dalam hadis tentang menjaga lisan, terdapat kebaikan dalam mengurangi berbicara daripada memperbanyak berbicara yang lebih dijelaskan dalam hadis riwayat Al Baihaqi :Abu Ishaq Al Khowwash berkata,
إن الله يحب ثلاثة ويبغض ثلاثة ، فأما ما يحب : فقلة الأكل ، وقلة النوم ، وقلة الكلام ، وأما ما يبغض : فكثرة الكلام ، وكثرة الأكل ، وكثرة النوم
“Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan dan banyak tidur” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5: 48).
Hadis ini bukan menjelaskan bahwa umat mukmin harus mengurangi berbicara karena banyak berbicara dibenci Allah SWT melainkan Allah SWT tidak menyukai orang yang mencibir, gibah, dan mengatakan hal yang tidak penting bahkan menyakitkan untuk orang lain. Hal ini juga menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menyukai hal yang berlebihan sehingga umat muslim harus bisa menyeimbangkan kebutuhan mereka.
hadis tentang menjaga lisan memberikan pelajaran yang sangat penting tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya mengelola ucapannya.
Perkataan yang keluar dari lisan kita tidak hanya berdampak pada orang lain, tetapi juga memiliki konsekuensi besar terhadap amal dan kehidupan akhirat.
Dengan memahami dan mengamalkan hadis-hadis ini, kita dapat meningkatkan kualitas keimanan, menjaga hubungan sosial, dan menjauhkan diri dari dosa-dosa yang bersumber dari ucapan yang tidak terkendali.
Mari jadikan lisan kita sebagai alat untuk menyebarkan kebaikan, mempererat ukhuwah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk berkata baik atau memilih diam sebagai bentuk ibadah dan ketaatan. MG/ Raffirabbani Panatamahdi Adizaputra
Baca juga: Ngerinya Bahaya Tidak Menjaga Lisan, Bisa Menyeret Manusia ke Neraka
(wid)