Kisah Dakwah Nabi Muhammad di Gua Tsur

Jum'at, 31 Januari 2025 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Rasulullah berkata, “Dengan harga (saya bayar).”

Aisyah berkata, “Maka kami persiapkan kedua kendaraan dengan secepat mungkin. Kami memasang ransum yang berkantong,
Asma binti Abu Bakar memotong bagian dari ikat pinggangnya dan mengikatkannya pada mulut kantong, sehingga dinamakan “Dzat Nithaqain” (wanita yang mempunyai dua ikat pinggang).

‘Aisyah berkata, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menuju ke gua yang ada di bukit Tsur, mereka berdua tinggal di sana selama tiga malam (yaitu pada Malam Jumat, malam Sabtu, dan malam Ahad).

Abdullah bin Abu Bakar (pemuda yang cerdas dan cerdik) tinggal menginap bersama mereka. Sebelum Shubuh, ia turun dan di pagi hari ia sudah bersama-sama dengan orang Quraisy di Makkah. Kalau ada perkara yang Abdullah dengar, ia kabarkan kepada Rasulullah dan Abu Bakar saat mendatangi keduanya di malam hari.

Sementara ‘Amir bin Furaihah, hamba sahaya Abu Bakar, selalu memerhatikan mereka berdua dengan memberikan minuman susu kambing yang ia gembalakan pada setiap sore saat waktu Isya telah masuk.

Keduanya bermalam dalam hidangan air susu perah yang dipanaskan dari hewan perah yang disiapkan untuk keduanya, hingga ‘Amir bin Furaihah menghalaunya di pagi buta. Begitulah yang ia lakukan setiap malam dari tiga malam tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar juga mengupah seorang dari Bani Al-Dayl yaitu dari Bani ‘Abdul bin ‘Adiy sebagai penunjuk jalan (dia adalah hamba sahaya keluarga ‘Ash bin Wail Sahmi, penganut agama kafir Quraisy) yang dipercayai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar. Keduanya menyerahkan kedua kendaraannya dengan perjanjian untuk bertemu untuk menyerahkan kedua kendaraannya pada pagi hari setelah berlalu tiga malam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat bersama Abu Bakar, ‘Amir bin Furaihah, dan si penunjuk jalan. Penunjuk jalan membawa mereka menyusuri jalan pantai.

Ketika orang Quraisy menyadari Nabi telah kabur, maka mereka mencarinya di seluruh pelosok kota Makkah, mereka mengirim utusan untuk mencarinya di sepanjang jalan, bahkan diiklankan dengan bayaran seratus ekor unta bagi siapa saja yang dapat mendatangkan Muhammad dalam keadaan hidup maupun mati.

Para pencari jejak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebenarnya sampai di pintu gua, tetapi Allah telah mengaturnya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata,

قُلْتُ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَنَا فِى الْغَارِ لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ نَظَرَ تَحْتَ قَدَمَيْهِ لأَبْصَرَنَا . فَقَالَ « مَا ظَنُّكَ يَا أَبَا بَكْرٍ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا


“Saya berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika saya dalam gua sekiranya salah seorang di antara mereka melihat ke bawah kedua kakinya, maka kita akan kelihatan.” Rasulullah menjawab, “Bagaimana menurutmu, wahai Abu Bakar terhadap dua orang yang ketiganya adalah Allah.” (HR. Bukhari, no. 3653 dan Muslim, no. 2381)

Ketika pencarian telah tenang, mereka keluar bersama dengan penunjuk jalan yang menguasai jalan arah selatan menuju ke arah Yaman, sampai ketika tiba di sebuah jalan yang tidak biasa dikenal oleh manusia ia belok ke utara hingga mendekati pantai laut Merah dan melewati jalur yang jarang dilewati oleh manusia.

(wid)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0810 seconds (0.1#10.140)